Beberapa saat kemudian, tanpa kendala yang berarti lift ini berhenti bergerak. Lalu, bunyi ting sebagai penanda bahwa sebentar lagi pintu lift akan terbuka terdengar.Aku mengenakan masker dan topi pad, juga menggendong ransel dengan barang ala kadarnya yang kubawa sejak sebelum aku pergi ke Nabit.Aku nggak mau penampilan ku, yang menurut penduduk Anbar, terlalu sempurna akan menarik perhatian mereka.Dan ... lift terbuka.Beberapa penduduk Andar, yang ... seperti biasa memiliki penampakan aneh untuk ukuran manusia, berdiri mengantri di depan lift.Aku menganggukkan kepala dan dengan cepat keluar dari lift.Beberapa dari mereka menatapku dengan tatapan bertanya, dan sebagian lain menindaklanjuti rasa penasaran mereka dengan bisik-bisik.Aku mengabaikannya.Ah ....Ini kedua kalinya aku berada di terminal sihir ini. Bayangan ketika aku digendong Daffar ketika itu melintas.Ah ....Aku segera menepisnya.Egh!Aku tertegun ketika mengedarkan pandangan ke bangunan yang memiliki langit-la
Sesaat aku berdiri termangu di depan pintu ruang tertinggi di gedung utama Anbar ini.Bagaimana bayangan kobra yang bisa membesar dengan ukuran tak normal itu kembali hadir dan membuat bulu kuduk bergidik.Tapi, aku harus memasuk ke dalam ruangan itu dan mendekat ke dalam Isar itu untuk menemukan petunjuk.Aku menarik napas dalam, lalu mengembuskannya dengan pelan.Satu.Dua.Tiga.Dan tepat pada hitungan ke tiga aku melangkah masuk.Aku memohon pada jantungku untuk bekerja sama dengan tetap berdetak di ritme normalnya.Selangkah demi selangkah, aku makin dekat dengan bejana darah itu.Sesaat aku berhenti.Lalu, dengan pelan mendongak ke atas.Pandangan mata ini menembus langit-langit yang menyusupkan warna jingga langit Anbar.Eh!Ke mana patung bergerak Penjaga Agung Anbar itu?Aku menggeser fokus penglihatan, tapi tak terlihat patung hitam dengan mata menyala yang tadi berjongkok di atas puncak kubah ini.Hah!Aku menjerit tanpa suara ketika tiba-tiba kepala patung bergerak itu men
Dua belahan belati itu seolah memiliki magnet berbeda yang saling tarik menarik."Ting!"Penyatuan dua belahan logam bergagang gading itu menimbulkan bunyi denting nyaring.Dan uniknya, belahan belati Anbar tak berubah warna ketika bersatu dengan belati Ardasyr yang memiliki bilah logam berkilau dan gagang seputih gading. Belahan belati Anbar itu tetap hitam dari ujung ke ujung.Setelah penyatuan sempurna, belati yang kini telah utuh itu berputar tiga ratus delapan puluh derajat dengan pelan. Lalu, belati dengan dua warna itu mendekat ke arahku ketika berhenti berputar.Aku memperhatikan dari ujungnya yang runcing hingga pangkal pegangannya.Heh!Pandangan mata ini tertuju pada ukiran bentuk bintang yang semula hanya separo dan kini telah utuh menjadi bentuk satu bintang yang sempurna.Aku memperhatikan jalinan rumit dalam gambar bintang itu.Itu ....Bukankah itu mirip dengan-Sesaat aku otak ini menggali satu ingatan aneh yang pertama kali tertanam dalam memori ingatan.Hem.Iya.Ak
Seketika aku menjatuhkan diri ke tanah, lalu bergulung ke belakang.“Agh!” teriakku mengiringi jantung ini yang serasa hendak terbang."Boom!"Kaki patung hitam itu menghantam tanah di depanku dengan keras.Permukaan bumi Anbar di halaman gedung utama ini melesak.Untung saja tubuh patung bergerak itu besar, jadi kecepatannya lebih pelan daripada gerak tubuhku yang kecil.Phuh!Sedetik saja terlambat, aku pasti sudah gepeng di bawah tapak kaki patung bergerak itu.Aku kembali bangkit.Dengan pola lari zig zag, aku terburu berlari mendekati gerbang utama gedung sihir ini.“Hah!” teriakku kencang.Aku terpental dua meter ke arah depan.Ternyata, pola yang mungkin membingungkannya membuat patung hitam dengan mata menyala itu memukulkan kepalan tangannya ke arahku.Walaupun bersyukur, hantaman bagian bawah kepalan tangannya itu tak mengenai tubuh ini, tapi tetap saja, jatuh terpental seperti ini sakit.Patung hitam bergerak yang mungkin akhirnya melihatku dengan lebih jelas ini terus meny
Pak Badzan terkekeh, mungkin ia memperhatikan reaksi tubuhku.“Begitu efek gerak mobil ini bagi tubuh jenis manusia murni. Awalnya Daffar juga seperti itu,” komentar Pak Badzan datar.Oh! Jadi, begitu.Pantasan Daffar lebih memilih menggunakan kereta kuda dibanding menggunakan mobil seperti ini ketika kami mengunjungi pertemuan di gedung utama Anbar ketika itu.Aku berusaha menggunakan kekuatan yang berada dalam tubuhku untuk menghentikan efek sihir itu. Tapi, sepertinya memang materi tubuh jenis manusiaku memiliki reaksi alami layaknya manusia yang ada di Shrim.Kekuatan sihir dari mobil ini tidak digunakan untuk menyerangku, tapi aku berada di atas kekuatan sihir ini, menungganginya.Jika tarikan di lift bisa hilang begitu kekuatanku muncul, laju mobil yang kencang yang pasti memiliki kekuatan sihir lebih banyak menghalangi itu.Akhirnya aku hanya bisa diam menenangkan diri. Mencoba berdamai dengan tarikan dan beban berat di kepala ini.Ini tidak seberat ketika pertama kali melintas
Seketika gerakan tangan ini terhenti.Langkah kaki Daffar kian mendekat.“Anneth,” panggilnya penuh penekanan.Aku menurunkan tangan, mengembuskan napas dalam yang membuat bahu bergerak turun, lalu menoleh dengan kaku tanpa langsung menatap wajahnya.“Menyenangkan sekali bisa menemukanmu di Omega Lab dalam masa cuti panjang mu yang tak terbatas,” sindir Daffar lembut.Aku menghela napas dalam ketika apa yang dititahkan penguasa Ardasyr seolah menyalakan alarm peringatan.“Neth,” gumam Allen lirih sambil menepuk bahu ini.Aku menoleh ke arah Allen dan menatapnya dengan tatapan kosong.“Tuh!” seru Allen pelan sambil menggerakkan sedikit kepalanya ke arah Daffar.“Anneth,” ulang Daffar meminta perhatian pada aku yang belum juga menatapnya.Aku terpaksa mengangkat pandang.Jujur, bukan aku nggak mau menatap wajahnya yang super super guanteng itu, aku hanya merasa kalut dalam pikiran ini bahkan sejak pertama kali mendengar suaranya tadi.Daffar tersenyum manis.“Ini bukan apa yang disebut
“Sebenarnya, aku juga nggak ingin melakukan itu, tapi nggak mungkin aku biarkan mereka membuatmu sebagai kelinci percobaan untuk pengujian Darah Malaikat secara langsung,” jelasnya dengan berat.Aku menelan ludah.“Hei,” ujarnya sambil sekilas melihat ke arahku.“Emang ada di dunia ini di mana seorang laki-laki yang membiarkan calon pengantinnya menderita di tangan orang-orang seperti para petinggi Anbar itu?” lanjutnya sambil mengerling.Ah!Gimana hati ini nggak tambah berat mendengar itu?“Lagian sang calon pengantin ini belum sempat menjawab lamaranku, jadi dalam masa menunggu itu aku tetap nggak akan membiarkan siapapun mengganggu calonku,” imbuh Daffar. Lalu, ia terkekeh.Wajah Daffar terlihat sedikit lebih cerah, awan-awan mendung itu pelan-pelan menyingkir dari wajah ganteng itu.Kata-kata Daffar yang harusnya membuatku bahagia sampai ke angkasa itu, saat ini justru membuatku makin sakit.Aku harus berdiri di batas senang dan sakit yang menggurat panjang dalam hati ini.Aku ke
Siku ku menempel di bahu Daffar.Kemudian, aku menggerakkan telapak tangan ke depan dada laki-laki yang memabukkan semua orang yang melihatnya ini.Kini telapak tangan kanan ku berada sejengkal di depan dada Daffar.Telapak tangan ini bergerak mundur sejengkal ketika dalam pikiran ini mengukur panjang belati dua dimensi itu jika keluar dari dalam tempat bersemayamnya di tangan kanan ku.Sejenak aku memejamkan mata.Sampai di batas mana jika belati itu masuk dalam tubuh Daffar?Agh!Aku baru membayangkan, tapi mendadak rasa sakit yang terasa begitu menusuk jantung terasa.Uh! Ternyata menusukkan belati dua dimensi itu ke jantung Daffar sama juga dengan menusukkannya ke jantung ku sendiri.Agh!Bagaimana ini?Aku membuka mata dan menunduk untuk menatap wajah Daffar.Laki-laki itu memejamkan mata dengan ekspresi wajah setenang bayi.“Daffar,” panggilku mengusik ketenangannya.Bola mata dalam kelopak mata yang tertutup itu bergerak-gerak, tapi mata itu tetap terpejam.“Em,” gumamnya lembu