...Eudora tersenyum puas melihat tetesan terakhir dari ramuan itu. Margareth bilang jika ramuannya sudah habis maka akan terlihat hasilnya. Itu artinya semua ingatan Julian akan hilang dan begitu rencana nya berjalan dengan apa yang ia harapakan. Bagus! Bukankah itu berarti Eudora akan semakin dekat dengan Julian?Seperti biasa, Eudora akan memberikan makan malamnya kepada Julian. Setelah itu Eudora segera bergabung bersama di meja makan disertai senyum manisnya. Duduk dengan anggun berhadapan dengan Julian yang tampak acuh di sana. Netra matanya semakin menatap Julian dengan lekat. Eudora tidak melepaskan tatapannya dari Julian."Ada apa Eudora?" Tegur raja Charles saat melihat Eudora yang tampak melamun. Tersadar, lantas Eudora menggeleng seraya memberikan senyuman tipisnya. Untuk sekali lagi Enduro menatap Julian sebelum fokus pada makan malamnya. "Jadi, apa kalian sudah memutuskan?" Tanya raja Charles kemudian. "Memutuskan apa?" "Pernikahan." Seketika Julian berhenti menguny
...Julian terbangun dengan kerutan tajam di dahinya. Dia berusaha membuka matanya dan membiaskan cahaya yang sedikit mengganggu penglihatannya. "Ssh .." satu ringisan itu keluar dari bibir Julian saat ia mencoba untuk bangun. "Julian."Suara yang memanggil membuat Julian menolehkan kepalanya. Sesosok wanita yang dengan anggun melangkah mendekatinya beserta senyuman yang cantik. Eudora, orang pertama yang menyambut Julian. "Syukurlah kau sudah bangun." Eudora tersenyum manis dengan raut wajah yang berbinar. Julian masih bergeming seraya memijit kepalanya yang sedikit pening. Dia tidak tau apa yang terjadi dengan tubuhnya. "Minumlah," ucap Eudora menyodorkan satu gelas di hadapan Julian. Sejenak terdiam, namun setelahnya Julian meraih gelas yang Eudora berikan padanya dan meminumnya. Saat cairan itu masuk dan mengalir ke dalam mulutnya, Julian mengernyit heran. "Apa ini?" Tanya Julian setelah melepaskan gelas itu dari bibirnya. "Itu ramuan herbal. Tabib yang memberikannya untuk
...Berhari-hari berlalu kini keadaan Julian mulai membaik. Saat ini pria dengan wajah jemawa itu tengah berlatih seorang diri di halaman istana yang kosong. Julian bergerak gesit dengan permainan pedang yang sudah ia kuasai. Setelah dua hari tidak sadarkan diri, Julian memutuskan untuk melatih otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Di sisi lain Duck yang juga berada tidak jauh di sana terus memperhatikan pangeran Julian yang begitu fokus dalam berlatihnya. Setelah beberapa saat memperhatikan Julian dalam diam, Duck memlilih untuk melangkah mendekati Julian di sana. Namun Julian yang menyadari itu lantas menghentikan latihannya dan berbalik badan menghadap pada Duck. Julian tersenyum tipis menyambut kedatangan Duck. "Tepat sekali kau datang. Aku membutuhkan lawan," ucap Julian melempar satu pedang lainnya pada Duck. Begitu cepat dan tepat Duck menangkap pedang yang Julian lempar padanya. Pertarungan pun dimulai. Ini bukan sebuah pertarungan yang nyata, ini hanya sebagai simulasi unt
...Bagi Duck, amanat adalah sebuah perintah. Maka dari itu Duck berusaha untuk memenuhi permintaan Anne yang menginginkan Julian. Seharian Duck menelusuri istana guna mencari keberadaan pangeran Julian. Namun sejak tadi sibuk mencari, Duck tidak sedikitpun melihat batang hidung dari Julian. Duck melangkah ke arah halaman istana yang biasanya selalu ada Julian di sana. Namun ternyata yang Duck dapati hanya kesunyian belaka. Tanpa menyerah Duck terus mencari Julian dan berusaha untuk menemukan pria itu. Beberapa pelayan istana Duck tanyai, tapi mereka mengatakan jika tidak melihat pangeran Julian. Kembali Duck melangkah untuk mencari keberadaan pangeran Thedas itu. Hingga langkah Duck terhenti saat melihat gerbang istana yang terbuka. Dari kejauhan Duck bisa melihat siluet dari seseorang yang memunggungi nya. Tanpa di beritahu pun Duck tahu jika itu adalah pangeran Julian. Namun yang membuat Duck mengerut heran, tampak Putri Eudora juga ada di sana bersama dengan Julian. Keduanya te
...Anne tersentak ketika dua orang prajurit menarik pergelangan tangannya secara tiba-tiba. Salah satu dari prajurit itu melepas rantai di kaki Anne dan menggantinya dengan tangan Anne yang kini di rantai. "A-apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!" Pekik Anne memberontak. "Aku tidak mau!" Anne menahan tubuhnya yang hendak di seret keluar dari penjara. Dia tidak tahu kemana dua prajurtini akan membawanya pergi. "Diam!" Sentakan itu membuat Anne bungkam. Tubuh nya bergetar dengan ketakutan yang terpancar dalam sorot matanya. Pasrah dan mengalah Anne membiarkan saat tubuhnya di seret paksa oleh dua prajurit itu. Perlakuan mereka sungguh sangat kasar. Cahaya yang menerpa menyipitkan mata Anne karena silau. Karena biasanya yang selalu Anne dapati hanya kegelapan. Bahkan selama dirinya terkurung di balik jeruji besi itu, Anne tidak pernah sedikitpun melihat secercah cahaya. Dan kali ini ada sedikit kebahagiaan dalam hati Anne saat merasakan udara yang sejuk di luar penjara. Langkah
...Seperti biasa, di siang terik matahari seperti ini Julian menggunakan waktunya untuk berlatih. Bergerak gesit dengan pedang yang ia genggam erat di tangan kanannya. Julian terlihat lihai menguasai pedangnya. Tidak peduli dengan keringat yang terus mengucur di pelipis hingga ke lehernya. Julian benar-benar memperlihatkan dirinya sebagai seorang pangeran. Di balik sana Eudora menatap damba Julian dengan bibir yang tersenyum simpul. Perlahan Eudora melangkah mendekati Julian. Membawa nampan perak yang berisikan minuman segar untuk Julian. "Julian," panggil Eudora lembut. Hal itu tentu membuat Julian menoleh. Lantas Julian menghentikan aksi berlatihnya dan memilih untuk mendekati Eudora. "Untukmu," ujar Eudora menyodorkan segelas air yang ia bawa. Melihat itu membuat Julian tersenyum tipis. "Terimakasih," balas Julian. meraih gelas itu lalu meneguknya hingga tandas.Bahkan hanya sekedar minum pun Julian tetap terlihat tampan, Eudora memuji dalam hati. Eudora tersenyum manis begi
...Anne masih terpaku di tempatnya, begitupun dengan Julian. Untuk sesaat tatapan mereka saling mengunci satu sama lain. Perasaan Anne menggebu tinggi. Julian kini berada di depannya. Sesuai apa yang Anne inginkan sebelumnya. Namun ada sedikit yang berbeda. Tatapan mata Julian terlihat kosong dan linglung. Pria itu tidak seperti biasanya. "Julian," panggil Anne lagi dengan pelan. Tetapi Julian masih bergeming. Menelisik setiap inci dari wajah wanita itu. Antara mengenalinya atau tidak. Sorot mata lembut milik Anne entah kenapa berhasil membuat tatapan Julian terkunci enggan untuk berpaling. Perasaan apa ini? Kenapa jantung Julian terasa berdebar tidak karuan. Gelenyar aneh itu seketika Julian rasakan. Perlahan Anne merubah posisi dengan berdiri tepat tidak jauh dari Julian. Jauh di dalam lubuk hatinya Anne merasakan perasaan yang bahagia dan haru. Bibir Anne membentuk sebuah kurva tipis menatap pada Julian yang masih terdiam. "Kau .. siapa?" Tanya Julian dengan kerutan samar di
...Dengan nafas tersengal Anne berlari sekuat tenaga. Pelarian Anne membawanya menuju ke perbatasan hutan. Sejenak Anne terdiam mematung. Mengingat kenangan dulu saat pertama kali bertemu dengan Julian di sini. Tidak. Anne menggeleng keras. Ini bukan saatnya untuk mengenang memori. Mengabaikan pikirannya, Anne lantas kembali berlari semakin menerobos hutan. Sampai kemudian Anne tiba di rumah lamanya, Neverland. Matanya mengamati suasana Neverland yang jauh berbeda dari sebelumnya. Begitu kacau dan berantakan. Tanpa sadar Anne meneteskan air matanya. Apalagi melihat sebagian warga Neverland yang masih bertahan hidup dengan kesusahan. BrukhTiba-tiba tanpa sengaja seseorang menyenggol bahu Anne hingga membuatnya tersadar dari lamunan. Terlihat seorang pria tua yang berada di dekat Anne. "Hei nak! Menyingkir lah! Jangan berdiri di tengah jalan!" Seru nya setengah kesal. "A-ah maaf," sahut Anne sesal. Anne memperhatikan pria tua itu lekat. "Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Kenapa