Share

Pengkhianatan

Penulis: Eljanes Crocus
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-30 05:52:26

"Sh---sakit. Kenapa gelap sekali?" pikir Reta masih memejamkan mata,

Rasa sakit serta hawa dingin yang menusuk kutikula membuat kesadaran gadis itu kembali. Terbit kerutan di kedua alis berkat hal aneh tengah mengoyak organ dalam tubuhnya.

Dengan susah payah dia berhasil membuka mata namun terkejut ketika mendapati diri tengah tersungkur tak berdaya. Tubuh itu terlentang melirik langit mobil yang sekarang justru menjadi alasnya berbaring,

Berusaha keras mengingat kejadian yang telah menimpa hingga muncul sekelebat ingatan buruk dalam benak Reta.  Bersama ketiga temannya, mobil putih itu sedang berada dalam perjalanan pulang sampai insiden rem yang tiba tiba tak berfungsi lalu menyebabkan kendaraan beserta seluruh penumpang jatuh ke dalam jurang. 

"Ryan, Ryan, bangun!" pekik suara gadis begitu tergesa gesa, suaranya cukup keras sampai mengalihkan lamunan Reta.

"Suara siapa?" gumamnya mendongak, berusaha meraih benda apapun sebagai tumpuan agar tubuh itu mampu beranjak.

Begitu naas ketika merasakan jemari lentiknya tak lagi mampu untuk menggenggam bahkan tak kuasa merubah posisi tubuh. Sakit! Bagai pisau yang berulang kali menyayat setiap organ, membuat gadis itu putus asa.

Entah kemalangan apa yang harus ia tanggung, baru beberapa jam lalu Reta berhasil melaksanakan upacara tukar cincin yang telah lama diimpikan. 

"Syla?" gumamnya sekilas memandang sosok wanita dari jendela mobil tanpa kaca.

"Syukurlah, kalau dia selamat." Sekilas tersenyum setelah menghela nafas lega,

Setidaknya kedua manik hitam itu masih mampu menatap, memandang laki laki yang sedang berusaha keras menahan sakit di bahu kanannya demi keluar dari mobil yang telah terhenti dalam keadaan terbalik.

"Tapi, bagaimana Reta?" ucap Ryan, menatap sekilas helai rambut tak tertata yang terlihat dari jauh.

"Apa lagi? Tujuanmu sudah berhasil---tidak perlu berpura pura bersimpati. Selama ini kan, kau hanya berpura pura mencintainya."

Deg.

Bibir kering itu terkatup rapat, sorot mata penuh harap telah memadam ditemani tertegunnya tubuh tanpa daya tadi. Tanpa sadar linangan air mulai memenuhi pelupuk mata setelah mendengar ucapan bak ratusan tombak yang berhasil menorehkan luka ke dalam hati Reta.

Benar benar pedih, bagaimana bisa wanita yang telah dianggapnya sahabat mampu membicarakan kalimat tak berperasaan bahkan sebelum memastikan kematiannya. 

Sulit untuk percaya bahwa kasih sayang serta kenangan yang selama ini mereka buat tak lebih hanyalah karangan dan sandiwara semata. Terlebih lagi itu direncanakan bersama pria yang dicintainya,

Harta, perusahaan, jabatan, bahkan kesucian yang merupakan hal terpenting bagi setiap wanita telah ia berikan karena percaya kalau pria itulah dermaga terakhir dalam hidup Reta.

"A-apa yang Syla maksud? tujuan?" sontaknya dalam hati, berusaha menyadarkan diri dari mimpi buruk.

"Tidak! Ryan sangat mencintaiku..."

Cinta yang masih berharap membuat gadis itu berusaha membuka mulut, namun secuil suara tak mampu sampai dalam telinga mereka.

"Kau benar. Tujuanku untuk merebut seluruh kekayaan keluarga Sidney telah tercapai," lugas Ryan dengan raut datar.

"K-kenapa!" benak Reta menggigit bibir.

"7 tahun! Selama itu kita telah bersama, dan setelah semua yang kita lalui. Apakah sedetik saja, kau---tidak pernah tulus mencintaiku?" Harapnya dalam hati, semakin menambah linangan yang membasahi pipi.

"Ayo cepat! kita harus pergi. Tak lama lagi mobil ini akan meledak," timpal Syla

Mereka berdua tak ragu melangkah pergi, menyisakan suara hentakan kaki yang terdengar jelas oleh Reta. Perlahan menjauh dan menghilang,

"Bukankah harta itu telah lama kau dapatkan! Apakah masih belum cukup, sampai kau tega bersekongkol dengan sahabatku untuk membunuhku.." 

"Huh, kau telah dikhianati Reta." bergumam sendiri sambil tersenyum sepat,

Lengkungan bibir yang ia ukir untuk menertawai kebodohannya selama ini, karena tak menyadari kepalsuan yang telah bersembunyi dibalik cinta.

Soro mata tak sengaja berbalik hingga terbelalak berkat terkejut. Mendapati gadis lain tengah terbaring dengan mata terpejam, membuat benaknya semakin kesal.

"Bagaimana bisa, mereka juga tidak segan meninggalkan Lia?"

"Apakah sebegitu murah nyawa manusia di mata mereka! Bahkan jika aku memang akan mati---tidak akan kubiarkan orang lain mati karenaku."

"Aku harus mengeluarkan Lia dari sini," Berusaha keras menggerakkan tubuh.

"Sial! Suaraku tidak bisa keluar, bahkan tubuhku sulit untuk bergerak. Sekarang----bagaimana caranya aku membangunkan Lia?" 

Benak yang sibuk berpikir seketika merasa risau saat kabut asap mulai bermunculan dari segala sudut mobil. Mengerahkan segala upaya untuk menahan sakit ketika tubuhnya berhasil berpindah tempat, 

"Li-a," ucap Reta lirih, mulai menghentakkan kaki demi menyadarkan temannya.

Usaha yang tak henti dilakukan, perlahan membuahkan hasil ketiga gadis itu mengernyit seraya membuka mata. "Eurgh.." 

Bak orang linglung dengan respon sama, manik hitam membulat sempurna ketika menatap langit aneh. Segera menoleh dan mendapati sosok lemah tak berdaya,

"Reta! Kamu gapapa?" pekik Lia, dengan sigap beranjak segera mengulurkan telapak demi membopong tubuh temannya.

"Li--a c-cepat pergi!" tegas Reta menepis cepat bantuan itu,

"T-tapi Ta! aku harus bantu kamu keluar dulu," sanggahnya merasa cemas, menolak untuk pergi tanpa berbuat sesuatu demi mengeluarkan gadis tadi.

"Jangan Lia! ga ada waktu lagi,"

"Cepat pergilah. Mobil ini akan meledak!" pekiknya antusias

"Kamu ga bisa nyuruh aku seenaknya! aku ga akan pergi tanpa kamu," bentak Lia, berusaha menahan linangan air mata.

"Huhu…"

"Ayo Ta! kamu bangun juga," masih berusaha memapah tubuh Reta yang sudah tak berdaya,

"Aku mohon. Demi aku! larilah," pintanya memelas.

"Engga!" tegas Lia enggan menuruti, masih sigap menunggu tak bergerak sedikitpun.

"Hubungi Om Zachta! suruh dia mengambil alih seluruh perusahaan dan harta milikku,"

"Jangan biarkan. Ryan menyentuh harta milik keluarga Sidney," pinta Reta yang berhasil berbicara dengan jelas, tak henti meneteskan air mata.

"Hiks..."

"Sebenarnya apa yang terjadi? Reta, ayo kita pulang." rengek Lia

"Pulanglah. Dan turuti permintaanku,"

"Aku mohon..." gumamnya tersenyum.

Seketika dengan berat hati, gadis itu harus pergi meninggalkan Reta sendiri di dalam mobil. Langkah kakinya semakin menjauh, membuat gadis itu kembali merasakan keheningan.

Menyadari bahwa saat ini dia benar benar sendiri dalam kendaraan yang hampir meledak. "Hhh, aku akan mati."

"Sangat sunyi dan juga gelap. Aku akan kesepian," gumam Reta, merasakan sesuatu dari dalam tubuhnya berusaha untuk keluar secara paksa. 

Srash..

Cairan berwarna merah pekat terlempar ke segala arah, semakin menambah rasa sakit yang Reta rasakan. Sensasi terbakar serta nyeri tak mampu ditahannya lagi,

"Hah. Apakah ini rasanya kematian?" Mulai terengah engah,

"Om Zachta, bisakah om memaafkanku? Terakhir kali aku berbohong dan tidak sempat menjelaskan,"

"Jika ada kesempatan kedua. Aku akan memilih untuk tinggal bersamamu! A-aku juga, ingin membalas dendam."

Dap..

Seketika berjuta kegelapan datang menyerang, berhasil mengepung cahaya dan mencabut semua rasa sakit dalam hidup Reta. 

Memasuki ruang kesunyian tanpa sinar yang membuat gadis itu tak mampu mendengar sekaligus melihat, hanya memahami bahwa inilah akhir dari kesadaran yang masih tersisa.

Masih jelas dalam ingatan bahwa beberapa saat lalu gadis itu telah berada di antara hidup dan mati berkat rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Bahkan merasa yakin jika jiwanya akan terbangun di alam lain,

Tut...

Tut...

Tut...

Sepetak kamar steril mulai terpenuhi dengan bunyi singkat, terlihat satu buah sofa empuk ditemani meja kaca serta layar televisi berukuran sedang. Benda kotak itu menghadap pada gadis yang tengah terpejam di atas ranjang luas berselimut putih,

Meski lirih, namun dengan pasti pasien tadi mendengar suara alat EKG yang diletakkan di samping tempat tidurnya (Elektrokardiografi adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktivitas listrik otot jantung, merupakan rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan memasang elektroda pada badan)

Perlahan semakin jelas indra penciumannya menghirup aroma obat farmasi yang begitu menyengat hingga mampu menyebar ke seluruh ruangan.  Perlahan membuat gadis tadi membuka mata,

Kedua maniknya tengah berusaha beradaptasi dengan cahaya lampu. Raut datar sekaligus sorot lemah itu merasa aneh ketika mendapati langit kamar, bagaimana mungkin? Padahal terakhir kali tubuh tanpa dayanya sedang tergeletak dalam mobil berasap.

"Ini rumah sakit?"

***Bersambung.

Bab terkait

  • Pria milik 'ARANA'   Kesempatan lain

    Memandang dinding serba putih juga perabotan lain, semakin yakin bahwa dirinya tengah berada bahkan terbaring di atas ranjang pasien. Manik hitam yang sibuk mengamati sekeliling seketika tersentak kaget, saat mendapati begitu banyak alat menempel ria di bagian dadanya. "Ah, apa ini!" teriak Reta dalam hati nyaris membulatkan mata, "A--pa aku masih hidup?" Ceklek.... Terdengar suara dari arah pembatas berhias kaca yang perlahan terbuka, berhasil mengalihkan sorot mata Reta pada seorang suster yang sedang berjalan dengan sebuah papan berisi lembar kertas. Masih sigap menatap setiap kalimat yang tertulis di dalamnya seakan bersiap untuk melakukan semacam pengecekan. Perawat itu berhenti tepat di samping ranjang lalu mulai mengalihkan pandangan, saling bertatapan dengan santai hingga menyadari sesuatu yang membuatnya terbelalak. "Hah!" sontak perawat, dengan cepat berlari keluar ruangan. Meninggalkan Ret

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • Pria milik 'ARANA'   Pecahan memori

    Reta Sidney, wanita berusia 25 tahun yang telah berhasil menduduki jabatan CEO di perusahaan K. Menyebar banyak proyek besar serta program baru yang mampu meningkatkan saham perusahaan, Siapa sangka wanita seperti Reta memiliki nasib yang malang. Di malam pertunangan, dia harus menerima sebuah pengkhianatan dari sahabat dan pria tercintanya. Setelah itu mati dengan cara mengenaskan, Beruntung takdir masih memberi sedikit simpati dan memberi kesempatan Reta untuk membalas semua derita. Hingga berhasil hidup kembali dengan cara aneh dalam tubuh gadis berusia 18 tahun bernama Arana, Dengan keluarga sederhana juga kepala keluarga yang mampu mengatur keuangan namun tidak membuat anaknya merasa kekurangan. Meski bekerja dalam perusahaan besar sekaligus milik keluarga, ayah Arana bekerja di bawah tekanan para kakaknya yang berkuasa karena beruntung menjadi putra sulung. Walau berbeda dari kehidupan dulu, mau tidak mau Reta h

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-31
  • Pria milik 'ARANA'   Pemakaman

    Kediaman luas yang tak terlalu megah, perabotan lengkap yang tertata rapi tanpa bantuan pelayan. Teringat jika mereka terpaksa memecat dua pelayan demi menyanggupi biaya pengobatan Arana, "Biar Leo aja yang mengantar Ana," ucapnya menatap Citra, "Ya sudah, kamu ke atas sama kakak. Mama mau nyiapin makan malam buat kita semua," mengusap cepat ujung kepala gadis yang tengah tersenyum sebagai tanda persetujuan, Sigap gadis itu beralih melangkah di samping pria yang mulai hari ini akan menjadi kakaknya. Mereka berjalan menaiki tangga hingga berhenti di depan pintu kamar yang telah terbuka, Terlihat sebuah ruangan berhias nude yang begitu memanjakan mata. Meski tidak seluas kamar Reta, namun ini adalah ruangan yang begitu nyaman. Setidaknya semua itu ditata dengan tulus tanpa adanya kepalsuan. Sekilas memandang ke segala arah. Kamar kosong yang sebelumnya dipenuhi berbagai peralatan aneh demi menopang hidup Arana,

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-31
  • Pria milik 'ARANA'   Menyelinap masuk

    Hembusan angin menerpa dedaunan, beberapa langkah kaki terdengar saling bersahutan. Mereka bertiga baru saja selesai melepas duka di hadapan makam. Terlihat Leo, yang masih menggenggam erat tangan adiknya. "Kalau tidak salah, tadi aku melihat Tuan Maxime. Bagaimana dia bisa kemari?" celetuk Leo penasaran, "Hah? Dia kenal sama Om Zachta?" pikir Ana berusaha untuk tetap tenang melihat dua orang yang tengah berhadapan. "Dia itu omnya Reta," "Om kandung?" tanya Leo mengangkat alis, sedikit penasaran karena usia pria yang baru memasuki umur kepala tiga. "Iya, dia anak paling bungsu. Jadi usianya cuma beda 5 tahun sama Reta," "Oh--ya udah. Kalo gitu, aku pamit pulang." ujar Leo mendapat anggukan sebelum gadis tadi melangkah pergi meninggalkan kedua kakak beradik. "Ayo kita ke mobil," ajaknya tersenyum menatap Ana, Segera mereka berjalan menghampiri kendaraan yang terparkir cukup jauh. Gadis itu terdiam melangkah

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-31
  • Pria milik 'ARANA'   Kesalahan satu malam

    WARNING 21+ _____________________________ Harap bijak dalam membaca. _____________________________ 30 menit kemudian, Gadis yang tengah asik mengotak atik layar ponsel, tak sengaja mendengar langkah kaki dari luar kamar. Sekali lagi tersentak kaget, segera meringkuk di belakang sofa. Ceklek. Seorang pria tinggi dengan setelan jas yang dipakai mulai melangkah masuk dengan sebuah berkas di tangannya. Diletakkan berkas tadi ke atas meja, dengan sigap membuka beberapa kancing kemeja sebelum meraih segelas air dan meneguk habis. "Tunggu! Kenapa aku sembunyi! Kan niatku mau ketemu Om Zachta," pikir Ana mengerutkan alis, menggerutui sikap penakutnya. "Kok malah gini, seharusnya aku keluar!" Dengan keberanian yang berhasil meyakinkan diri, perlahan gadis itu mendongak dan beranjak bangun, menatap punggung lebar berbalut jas hitam di depannya. Mulai melangkah mende

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-31
  • Pria milik 'ARANA'   Pria mesum

    Suasana hening dalam kamar serta udara dingin yang menyelimuti, tampak ranjang luas berisi sepasang orang yang sempat memadu kasih. Terlihag seorang gadis tengah mengernyit sambil beralih posisi. "Ng..." Kedua matanya terbuka, menatap langit kamar yang terasa asing sebelum beralih menatap lantai berisi potongan kain. Seketika terbelalak karena mengingat akan kejadian buruk, tragedi yang membuat Ana harus menghabiskan malam dengan Max. Masih terasa jelas bagaimana pria itu merobek serta menjamah paksa setiap bagian tubuhnya, bahkan sakit di antara selangkangan tidak akan sembuh dalam waktu dekat. Dengan cepat Ana menoleh hingga me

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • Pria milik 'ARANA'   Serangan balik

    Setelah selesai mengatasi rasa sakitnya, gadis itu bergegas turun. Mendapati anggota keluarga lain telah mengisi meja makan. "Besok Ana udah bisa masuk sekolah," celetuk Wira nyaris membuat gadis itu tersedak. "Sekolah?" "Iya, nanti Ana bakal punya banyak temen baru." tambah Citra tersenyum cerah, "Nanti malam kamu bisa ikut kakakmu keluar, buat belanja perlengkapan sambil jalan jalan." ujar Wira menatap gadis yang tengah sibuk mengisi perut. "Hm.." gadis itu mengangguk sambil tersenyum, entah kapan terakhir kali dia berbelanja barang seperti itu. Pukul 14.00 "Nyonya, di luar ada Nona Sarah dan Nona Mia." pekik seorang pelayan wanita, Karena tak lagi harus membayar biaya pengobatan, mereka kembali mempekerjakan wanita paruh baya serta putrinya yang sedari dulu bekerja di rumah ini. "Suruh masuk, beritahu Rima untuk menyiapkan tempat di taman belakang. Setelah itu pergilah ke atas dan panggil Ana," ujar Citra men

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06
  • Pria milik 'ARANA'   Pria tua!

    Pukul 19.00 Hamparan lantai yang begitu luas, cahaya terang serta hentak kaki yang saling bersahutan. Di depan rak kaca, terlihat bayangan seorang gadis yang tengah berjalan bersama Leo. Kedua tangan mereka sibuk menenteng beberapa kantong plastik, "Mau beli apa lagi?" gumam Leo melirik ujung kepala gadis yang sedang sibuk menunduk. "Hm, kayaknya udah deh!" gadis itu mendongak setelah mengabsen barang yang memenuhi kantong. "Ya udah. Ayo pulang," "Hm," angguk Ana, mengikuti langkah pria di sampingnya. Sesampai di luar toko, tak sengaja sorot mata gadis itu menoleh ke arah lain. Bangunan dengan pernak pernik lentera serta dekorasi serba pink, berhasil memikat Ana. Langkahnya terhenti, membuat Leo menyadari kemana pandangan adiknya mengarah. "Mau beli es krim?" sontaknya mengangkat alis, Seketika Ana menoleh sambil mengangguk, dengan raut polos yang terpampang nyata. "Ya udah ayo.." lugas Leo, meng

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06

Bab terbaru

  • Pria milik 'ARANA'   Pelari handal

    WARNING 21+HARAP BIJAK DALAM MEMBACA DAN MEMILIH BACAAN._________________________________________Penolakan yang berulang kali terlontar, tak sedikitpun dihiraukan oleh Max. Membuka paksa pengait yang terlilit di belakang punggung gadis itu,Mendorong tubuh Ana ke sudut ruangan. Membuatnya bersandar, mulai mendengar jantung yang berdetak kencang dengan rasa panik memenuhi benak.Entah apalagi yang harus ia lakukan. Tubuh itu terlalu lemah untuk melawan tindakan Max,Menatap lekat manik coklat yang baru saja mengarah dan memandangnya dengan sorot lembut."Sebe

  • Pria milik 'ARANA'   Tak berhak melarang

    "Halo?" ucap suara pria dibalik layar."Jangan buang waktuku. Cepat katakan, kenapa kau tidak mengirim hal yang kusuruh?" sontak Max mengerutkan alis.Pagi ini laki laki itu dengan antusias menunggu laporan yang seharusnya Fero berikan. Namun sampai hari menjelang siang tak kunjung tiba,"Hubungkan layar laptop pada Fero! Aku ingin lihat, apa yang sebenarnya dia lakukan." pekik Max pada pengawal yangs sedang bertugas disisinya."Katakan. Apa yang sedang gadis itu lakukan?""Mm. Nona Ana, semalam pindah dan tinggal dalam asrama sekolah.""Dia sekarang sedang bekerja, sebagai pelayan di cafe li

  • Pria milik 'ARANA'   Tak butuh anestesi

    "Apa kau yakin?" gumam Mosco berusaha memastikan,"Aku tidak suka mengulang." seru Max, dengan raut sinis.Dor!Entah apa yang membuat pria itu berani mengacungkan senjata ke arah Max. Namun dengan sigap telapak kekar itu menangkis peluru yang keluar,Merebut paksa dan membalikkan mulut pistol ke hadapan Mosco,"Kau sudah kuberi kesempatan. Tapi tidak kau gunakan dengan baik,"Dor! Dor! Dor!Dengan cepat menghabiskan sisa peluru untuk menembus habis kepala pria berambut gelombang tadi.

  • Pria milik 'ARANA'   10 peluru

    "Bapak Ryan Bimantara.."Dep.Kedua manik hitam itu membulat sempurna, seketika ingatan masa lalu membuka luka lama. Ana terdiam tak menghiraukan tepuk tangan meriah yang murid lain lontarkan,Api amarah yang terlihat jelas dari sorot matanya, beralih pada sosok pria yang tengah berjalan menaiki tangga.Mata serta senyuman yang tak asing. Pria yang pernah menjadi alasannya tertawa, namun sosok yang sama kini mengobarkan api luka dalam hati Ana."Bisa bisanya. Dia begitu bangga membawa nama perusahaanku!" gerutu Ana dalam hati, menggertakkan gigi dengan kedua tangan mengepal kuat.15 menit kemudian.

  • Pria milik 'ARANA'   Mengikuti seminar

    "Ups! maaf, maaf." celetuk siswi, dengan sigap menyentuh bahu gadis yang telah ia tabrak."Maaf ya, ini salah mereka. Aku sibuk bercerita dan ga sengaja nabrak kamu,""Hey! Padahal kau selalu mengoceh meski kita tidak memintanya!" hardik Gea mengerutkan alis."Hust! Udah diem.""Sekali lagi, maaf ya!""Iya, gapapa." angguk Ana, dengan senyum ramah.Perlahan mendongak, menatap lekat para gadis yang ada di depannya. Mereka terdiam seakan saling mengenal,"Loh. Kamu yang kemarin nanya ruang kepsek kan?"

  • Pria milik 'ARANA'   Memburu teman

    Tap.Tap.Tap.Langkah kaki itu begitu santai melewati lorong sekolah. Dengan seragam serta tas yang tersemat di punggungnya, gadis itu menatap jalan dengan raut datar."Padahal semalam. Aku udah niat, ga pakai uangnya!""Ternyata aku pake juga, buat beli buku.""Dan untung saja, bekas ciumannya cukup dibawah. Aku pikir ini tidak akan terlihat," benak Ana sedikit mengusap kerah bajunya.Sorot mata sedikit terganggu, mendapati beberapa siswa dan siswi yang tengah berkumpul di depan pintu kelas."Hey. Tunggu!"

  • Pria milik 'ARANA'   Jalang kecil, milik Tuan Maxime.

    WARNING 18+.HARAP BIJAK DALAM MEMBACA.____________________________________Tanpa melepas aksinya, dia beralih posisi. Dengan kedua lutut yang berpijak di atas sofa, tangan yang lain mulai membuka kancing pengait kemeja gadis itu.Kulit putih Ana mulai terlihat jelas, dengan sigap meraih pengait di bagian punggung. Mendepak sangkar dari kedua gundukan itu,Terlihat jelas dua puncak dada yang mulai membulat sempurna karena aksinya. Meraup gundukan yang terasa cukup pas dalam genggaman,Memberikan pijatan kasar, membuat gadis tadi menahan nyeri sambil menggigit bibir bawahnya. Memutar dan memilin kuat puncak gundukan yang semakin mengeras,Ana menggeliat tak menentu, merasakan sentuhan yang membuat hawa panas menjalar ke setiap bagian tubuhnya."Ah..""Hentikan! Keluarkan jarimu!" sontak Ana, merasakan sesuatu yang hampir keluar.Namun laki laki itu tak menghiraukan, semakin mempercepat gerakan tangannya.

  • Pria milik 'ARANA'   Menyentuh tubuh Arana.

    WARNING 18+.HARAP BIJAK DALAM MEMBACA DAN MEMILIH BACAAN._________________________________________Prang!Dengan sengaja, telapak tangan gadis itu mendepak gelas berisi minuman yang ada di atas meja.Seketika membuat laki laki itu mendongak, menghentikan gerakan jarinya."Maaf! Saya akan segera bereskan." sontak Ana, beranjak pergi.Namun lengan kekar itu, masih sigap melilit pinggul langsing Ana. Membuat gadis itu tak dapat bergerak,"Kau senang sekali meninggalkan sesuatu yang belum selesai," bisik Max.Telunjuknya menerobos masuk ke sela kain, membelai lembut kutikula perut datar gadis tadi. Rasa risih yang membebani benaknya, membuat tekad Ana semakin bulat.Dia menekan kuat, tangan kekar itu dan menoleh dengan raut dingin."Permisi, saya harus pergi.""Jika Tuan ingin ditemani, saya akan panggilkan pelayan lain." lugas Ana,"Tapi, yang ku inginkan hanya kau." ucap Max,

  • Pria milik 'ARANA'   Bekerja di sebuah Bar

    Hiruk pikuk dunia malam begitu menakjubkan bagi kalangan remaja. Sebuah tempat mewah dengan banyak pelayan yang menyajikan minuman serta pelayanan lain,Tempat yang biasanya ia datangi untuk menenangkan pikiran, kini Ana berkunjung sebagai seorang pekerja."Huft. Capek juga mondar mandir nganterin minuman," benaknya, sedikit menekan kuat punggung belakang yang terasa nyeri."Untung aja, dulu aku pernah lihat temen sekelas nyari kerja di Bar ini.""Walau capek. Yang penting dapet duit!"1 jam yang lalu"Yes, udah dapet kerja!" sorak Ana, berhasil menghubungi salah satu tempat yang membuka lowongan."Tapi! Gimana cara ijinnya?""Pasti mama, nggak bakal ngebolehin aku keluar."10 menit sebelum berangkat.Gadis itu berdandan rapi dengan pakaian casual, membawa sebuah ransel sebaga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status