Mata Reagan menatap ke arah gerbang untuk melihat apakah mobil dari salah satu orang yang ditunggunya akan muncul. Dan saat ia hendak mengalihkan pandangan kembali ke layar ponsel, bola matanya menangkap sosok berbadan tinggi yang sedang berdiri tak jauh dari gerbang."Siapa mereka?" Dilihatnya kedua orang itu berpakaian serba hitam lengkap dengan kaca mata, "Itu kan tampang-tampang pengawal. Apa daddy telah mengirim pengawal untuk menjagaku?" Dengan rasa penasaran yang tinggi Reagan menatap layar ponsel dan mencari kontak ayahnya, "Ini pasti perbuatan daddy. Dia pasti sengaja menyuruh orang untuk memata-mataiku di kampus ini. Dia kan paling tidak suka kalau aku mendekati wanita lain selain menantu pilihannya."Dengan kesal Reagan menempelkan ponsel ke telinga dengan mata yang terus menatap ke arah gerbang di mana ada dua pria bertubuh besar sedang berdiri layaknya para bodyguard."Brengsek! Kenapa daddy tidak mengangkat teleponku?"Reagan kesal karena panggilannya tidak direspon. Ket
"Apa? Mengawasi Clare?" Luke dan Reagan sama-sama menjawab."Iya, sepertinya om Dean dan tante Kensky takut ada hal yang tidak diinginkan terjadi kepada Clare."Luke berkomentar. "Apa itu artinya orang tua Clare sudah tahu kalau Reagan sedang berusaha mendapatkan putri mereka? Tadi kau menyebut-nyebut nama Reagan, kenapa?""Aku pikir juga begitu. Tapi kata Clare bukan, itu tidak ada sangkutpautnya dengan Reagan.""Aku rasa juga begitu," balas Reagan, "Karena dilihat dari respon orangtuanya mereka sangat baik padaku. Bahkan ibunya sendiri yang bilang, bahwa aku harus rajin-rajin mengajak Agatha jalan-jalan agar dia tidak stres di rumah.""Aneh," kata Luke, "Kalau begitu kenapa Clare harus dijaga oleh pengawal?"Ansley mengendus. "Mengherankan, karena mulai sekarang dan seterusnya akan ada pengawal yang terus menjaganya. Tapi sudahlah, yang penting selama kita masih bisa berinteraksi dengannya setiap hari itu berarti tidak ada pengaruhnya bagi kita. Sekarang kita harus sama-sama menjaga
Reagan tak bisa marah, apalagi ia tahu respon kedua orang tua Clare kepadanya sangat baik. "Kalau memang ada sesuatu yang membahayakan akan terjadi padamu, jangankan kedua pengawal itu, aku akan selalu siap menjagamu Agatha."Wajah Clare memerah karena malu.Ansley yang menyadarinya pun segera berkata, "Ayo, kita masuk."Di sisi lain.Dalam kamarnya yang besar dan mewah sosok Soraya sedang merias wajahnya dengan makeup tebal dan lipstik berwarna merah. Sambil mengoleskan kuas ke pipi untuk menambah rona di wajahnya ia terlihat bahagia karena rencananya satu persatu mulai terwujud. Ia sudah berhasil membujuk Reagan dan sekarang ia harus berhasil membujuk Clare agar mau menjalin hubungan dengan Reagan."Aku rasa Dean akan murka kalau dia tahu anak perempuannya menjalin hubungan dengan pria yang bukan calon suaminya," Soraya terbahak, "Dean, Dean, sebentar lagi kau dan Kensky akan mendapatkan kejutan dariku. Tunggu saja."Drttt... Drttt...Getaran ponsel mengejutkan Soraya dari pikiranny
"Silahkan duduk," balas rektor sembari menyandarkan punggungnya di kursi, "Ini soal data dirimu yang aku buat dalam dokumen permohonan waktu kau melamar di sini."Alis Soraya berkerut. "Kenapa dengan data itu, bukankah semuanya sudah aman?""Iya, tapi masalahnya aku hampir ketahuan.""Ketahuan?" Soraya terkejut, "Ketahuan bagaimana maksudmu?"John tampak gelisah. "Pelankan suaramu, aku tidak ingin pembicaraan kita didengar orang lain."Soraya ikut gelisah. "Kalau begitu cepat katakan, apa maksudmu hampir ketahuan dan siapa orang yang hampir mengetahuinya?"John menatap mejanya dengan mata bergerak sana-sini. "Kemarin pemilik universitas meminta semua data staf di sini. Karena namamu yang ada dalam pikiranku, aku menaruh namamu di urutan paling atas. Seandainya namamu paling bawah mungkin beliau tidak akan bertanya, tapi karena namamu berada di urutan paling atas beliau meminta semua datamu padaku untuk diperiksa.""Lalu masalahnya apa? Yang penting kau menuliskan dataku sesuai kualifi
Sambil menikmati makan malam bersama Rebecca Soraya menceritakan apa yang sedang dialaminya kepada ibunya. "Kemungkinan aku akan keluar dari kampus itu, Mama."Rebecca yang hendak menyuapi dirinya sendiri langsung terkejut. "Keluar, kenapa?""Ini semua karena si tua itu," balas Soraya lalu menatap Rebecca, "Si pemilik kampus meminta padanya daftar nama para staf kampus serta jangka waktu mereka menjabat. Karena kelalaiannya dia tidak sadar menaruh namaku di daftar paling atas. Si pemilik kampus marah karena namaku menjadi prioritas, sementara masa jabatanku belum sebulan di kampus itu. Jadi besar kemungkinan beliau mencurigainya dan akan mewawancaraiku secara langsung."Alis Rebecca berkerut. "Apa masalahnya? Harusnya bagus, kan? Itu berarti kau bisa mengenal pemilik kampus itu secara langsung."Mata Soraya terbelalak. "Bagus bagaimana, Mama? Aku tidak mengerti soal tes-tes yang nanti akan beliau berikan kepadaku. Kalau misalnya aku tidak bisa menjawabnya, bagaimana? Data diriku terca
Kensky hanya diam sambil menikmati sarapan. Sebagai orang yang pernah mengalami masa lalu buruk bersama Soraya, ia dan Dean sudah sepekat untuk merahasiakan semua itu dari Clare."Iya, Pi. Beliau adalah dosen pembimbing di kampus kita. Tapi selama ini aku hanya sekali saja bertemu dengannya. Selebih itu aku tidak pernah melihatnya lagi."Dean menelan sisa makanannya sambil melirik Kensky yang juga sedang mengunyah."Bagaimana menurutmu tentang karakternya? Rencana papi akan ke kampus untuk menemuinya. Tapi jika penilaian kamu dan rektor sesuai dengan apa yang papi harapkan, papi tidak perlu lagi ke sana untuk memberikannya tes."Clare menghabiskan susunya. Setelah membersihkan mulut dengan serbet berbahan licin ia menceritakan kepada Dean saat dirinya bertemu Soraya. "Dia tidak suka aku memanggilnya dengan sebutan ibu. Katanya dia belum menikah, jadi seharusnya aku memanggil dia nyonya."Kensky menahan tawa, sedangkan Dean terus melontarkan pertanyaan yang wajar agar Clare tidak curig
Begitu mata kuliah pertama selesai Clare segera mencari Ansley. Tak mau menghubungi karena tahu wanita itu pasti sedang bersama kedua sahabatnya membuat Clare ingin segera menemuinya.Sebenarnya tidak ada kepentingan bagi Clare untuk menemui Ansley, tapi ia ingin mencari wanita itu hanya alasan agar bisa melihat Reagan. Kebersamaan mereka berempat setiap hari membuat Clare merasa nyaman.Entah kenapa sekarang ia lebih senang jika melihat Reagan dan itu akan ia lakukan setiap hari agar hatinya selalu bahagia. Baginya ini adalah kesempatan untuk menikmati kebebasan sebelum ia akan terikat pernikahan dengan laki-laki yang tidak dikenalinya.Ekspresi bahagia di wajah Clare kian merona begitu melihat ketiga temannya sedang duduk di pojok kantin. Ansley duduk sendirian di bangku panjang, sedangkan Luke duduk bersama Reagan sambil berhadapan dengan Ansley. Ia pun segera mendekat dan menyapa mereka semua."Halo, maaf mengganggu kalian."Tiga pasang mata terkejut menatapnya. Ansley menepuk bag
"Nyonya Soraya dan rektor berciuman?" Tak ingin mereka mengetahui keberadaannya Reagan segera berpaling dan menjauhi ruangan itu.Di saat bersamaan Soraya keluar dan melihat Reagan yang sedang berdiri tak jauh dari posisinya. "Gawat, apa tadi dia melihat kami?" Dengan langkah cepat ia mendekati Reagan, "Hei, sejak kapan kau di situ, Nak?"Reagan menoleh. "Baru saja, Nyonya. Hanya saja tadi waktu ingin masuk ponselku tiba-tiba berbunyi. Jadi, aku menjauh sedikit untuk menerima panggilan.""Syukurlah," kata Soraya dalam hati, "Berarti dia tidak melihat aku dan rektor.""Oh, iya, apa benar Anda memanggilku?"Soraya menatapnya. "Iya, tapi sepertinya tidak jadi. Maaf sudah menyita waktumu, tiba-tiba ada urusan mendadak yang membuatku harus segera pergi.""Oh, tidak apa-apa.""Lain waktu kita akan bicara lagi, oke?""Iya, Nyonya."Dengan langkah cepat Soraya pun akhirnya meninggalkan Reagan sendirian. Sementara pria itu dengan rasa penasaran tinggi, terus menatap Soraya yang kini menghilang
Begitu sapu tangan yang sama ditemukannya ia segera mendekati kembali dan mendekati ranjang.Sejenak ia terdiam sambil menatap Clare yang tersaji di atas ranjang. Ia sangat bahagia karena wanita yang sangat ia dampakan itu sebentar lagi akan menjadi istrinya."Apa yang kau lakukan, Reagan?" tanya Clare saat tangan pria itu menyentuh kaki kanannya."Aku akan mengikatnya. Kenapa?""Kau tidak perlu melakukannya.""Selama tidak ada dalam aturan game aku rasa tidak masalah."Clare tak menjawab. Dalam hati ia mengutuk dirinya karena tak sempat membuat aturan sebelum game dimulai.Reagan kembali tersenyum. Sambil mengikat kaki Clare ia menatap bagian kewanitaan yang mulus dan berwarna pink itu.'Brengsek,' katanya dalam hati, 'Kalau bukan karena game ini aku sudah menidurimu sejak tadi, Clare. Kau membuatku bergairah.'"Selesai?" tanya Clare setelah Reagan selesai mengikat ke dua kakinya. Ia bisa membayangkan dengan posisi terkangkang dan terikat seperti itu pasti Reagan akan leluasa membala
Clare tak menjawab. Perlahan ia merayap di tubuh Reagan hingga kepalanya sejajar dengan bagian keras dan besar milik Reagan.Reagan mulai gelisah. Dilihatnya pandangan Clare begitu licik saat menatap bagian itu. "Apa yang kau lakukan?"Lagi-lagi Clare tak menjawab. Ia hanya tersenyum sambil menyentuh pucuk bagian itu dengan lidahnya."Oh," desah Reagan. Matanya terpejam saat rasa dingin mulai merambat ke batangnya yang keras, "Clare, kau curang. Kau melanggar aturan, Sayang."Clare menghentikan permainan lidahnya. Sambil menatap Reagan ia berkata, "Curang bagaimana, hah? Kan aku sedang memijat.""Memijat?" Reagan terkekeh, "Itu bukan memijat, Sayang. Tindakanmu seperti itu seakan-akan sengaja membuatku kalah.""Itu salahmu. Kau kan tinggal menahannya saja biar tidak kalah."Baru hendak menjawab Reagan langsung terdiam saat Clare memasukan semua bagian itu ke mulutnya.Clare tak peduli. Sambil menggerakan mulut dan kepalanya ia terus menatap Reagan dengan pandangan penuh kemenangan."H
Dengan senyum menggoda Claren mengambil botol minyak tubuh yang ada di atas nakas.Reagan yang merasa permainan akan segera dimulai segera memadamkan lampu utama kemudian menyalahkan lampu tidur berwarna kuning.Aroma pewangi ruangan dan cahaya lampu membuat suasana kamar begitu intim.Setelah Reagan mengatur posisi tubuhnya dengan tengkurap, Clare melepaskan jubah mandi hingga tubuh tanpa sehelai benangnya pun terlihat di bawah redum cahaya lampu.Clare mendekati Reagan. Ia menaiki ranjang lalu menuangkan minyak ke telapak tangan. "Aku mulai dari kaki saja, ya?"Reagan memejamkan mata. "Terserah kamu."Claren pun mulai mengoles minyak itu di bagian betis dan pergelangan Reagan dengan tangannya yang lembut."Kau mendapatkan ide ini dari mana?" tanya Reagan sambil menikmati setiap elusan tangan Clare.Clare tersenyum. "Aku terobsesi saat kita pacaran dulu. Kita berdua harus menahan gairah karena kau takut aku masih kuliah. Aku rasa saling menyentuh dan menahan gairah akan sangat menyen
Clare menoleh.Zet!Wajahnya membeku dan tubuhnya terpaku saat melihat Reagan masuk dengan senyum yang sangat lebar."Ini dia calon prianya. Ayo, duduklah," kata Dean.Kensky dan lainnya tersenyum sambil menatap Clare yang masih berdiri seperti patung.Clare masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. 'Reagan? Reagan adalah calon suamiku?' batinnya, 'Pria yang dijodohkan denganku adalah pacarku?'"Clare? Apakah kau akan terus berdiri?" Suara Dean mengejutkannya, "Calon suamimu sudah datang. Kenapa kau tidak duduk?"Air mata bahagia lolos di matanya. "Kalian ... apa kalian semua mengerjaiku?"Suara tawa memenuhi ruangan."Maafkan kami, Sayang."Reagan yang merasa bersalah langsung berdiri mendekati Clare. "Kita sama-sama dikerjai, Sayang. Wanita yang selama ini telah dijodohkan mommy dan daddy denganku adalah kamu."Clare menangis. "Benarkah?"Reagan mengangguk. "Iya. Aku ingin minta maaf, kata-kataku kemarin pasti sudah membuatmu sakit."Clare menangis lagi. "Aku pikir kau
Kensky tak menjawab. Ia melepaskan pelukan lalu menghapus air kata Clare. "Jangan sedih lagi, ya. Siapa tahu pria pilihan mami dan papi mengobati luka di hatimu saat ini. Mungkin Reagan telah mengecewakanmu, tapi sebagai orang tua mami berharap pria ini tidak akan pernah mengecewakanmu."Clare tak menjawab."Bersiaplah, sebentar lagi mereka akan datang. Mami sudah menghubungi Ansley, dia akan membantumu berdandan malam ini."Tok! Tok!Bunyi ketukan pintu yang terbuka membuat mereka berdua menoleh."Halo, apa aku mengganggu?"Suara Ansley membuat Kensky tersenyum. "Masuklah, Sayang," Kensky menatap Clare, "Mami tinggal dulu. Ans, tolong buat Clare membuang semua kesedihan di wajahnya dan gantikan dengan senyuman terbaik, ya.""Siap, Tante."Jika Ansley begitu bersemangat, Clare justru sebaliknya. Ia tak menjawab bahkan tak menyapa Ansley meski wanita itu sudah tersenyum lebar kepadaya.Seandainya pria yang akan datang melamar itu adalah Reagan Harvest pasti saat ini ia sudah kegirangan
Perkataan ibunya membuat Reagan terkejut.Tuan Harvest berkomentar. "Sebenarnya ini belum waktunya kami membicarakan masalah pernikahan kalian, tapi calon mertuamu ingin mempercepat pernikahan putrinya. Mereka takut kau atau putrinya akan terlibat cinta dengan orang lain. Jadi besok malam kita akan menemui mereka dan langsung melakukan lamaran."Lagi-lagi Reagan terpaku. Setelah syoknya kembali ia berkata, "Boleh aku mengungkapkan sesuatu?"Tuan dan nyonya Harvest menyimak. Mereka menatap Reagan dengan pandangan penasaran.Reagan menarik napas panjang. "Aku mencintai anak pemilik universitas. Namanya Clare Agatha Stewart. Daddy pasti tahu dia dan Daddy sangat menenalnya. Aku sangat mencintainya Daddy dan aku tidak akan mau menikah jika wanita itu bukan dia."Ekspresi tuan dan nyonya Harvest berubah.Reagan berkata lagi, "Aku tahu ini salah, tapi aku sangat mencintanya. Aku sangat mencintai Agatha dan kami saling mencintai."***Di dalam kamar yang besar dan sejuk sambil berbaring Clar
"Sayang, bisa kau jelaskan untuk siapa mobil yang kau minta dari papi?""Untuk bibi Soraya, Pi. Katanya hari ini dia berulang tahun. Jadi dia memintaku hadiah mobil."Zet!Soraya dan Rebecca terpaku.Dean menatap tajam ke arah mereka. "Aku tak menyangka mereka begitu berani membohongimu, Nak. Hari ini bukan ulang tahun Soraya, Clare, dia telah membohongimu.""Benarkah?""Untuk apa papi bohong? Papi tidak seperti mereka, Nak. Mereka itu tukang bohong."Aku minta maaf, Papi. Aku hanya menuruti apa yang bibi Soraya minta.""Apalagi yang dia minta padamu selain mobil?""Berapa hari lalu kata nenek Rebecca bibi Soraya diculik. Untuk membebaskannya mereka harus meminta uang jutaan dolar. Karena kasihan, aku memberikan uang itu kepada mereka. Aku sendiri yang mengantar uang itu ke rumah mereka."Zet!Keringat membasahi tubuh Rebecca dan Soraya."Maafkan aku, Pi, aku salah.""Tidak, Sayang. Papi tidak marah padamu, kau hanya korban. Mereka yang salah dan mereka harus dihukum."Tut! Tut!Dean
Ting! Tong!"Kalau begitu biar aku yang buka, itu pasti Clare."Soraya mengekor di belakang Rebecca sambil membawa gelasnya.Ting! Tong!"Sabar, Sayang. Bibi dan nenekmu akan tiba," kata Rebecca lalu memegang handle pintu untuk membukanya.Clek!"Selamat malam."Senyum di wajah Rebecca dan Soraya lenyap melihat dua sosok tinggi berpakaian polisi berdiri di depan pintu."Malam," balas Rebecca, "Ada yang bisa dibantu?""Apa benar di sini sedang merayakan pesta ulang tahun?" tanya salah satu polisi sambil menatap Rebecca dan Soraya secara bergantian.Soraya melirik ibunya dan lalu berkata dalam hati, 'Untuk apa kedua polisi ini datang ke sini? Lagi pula siapa yang memberitahu kepada mereka soal acara ulang tahun?'"Eh, mungkin Anda salah tempat, Pak. Di sini tidak ada pesta ulang tahun," jawab Rebecca cepat.Salah satu polisi mengambil catatan dari saku celana kemudian membacanya. "Tapi catatan ini menunjukan bahwa alamatnya di sini. Apa benar di sini rumah Soraya Oxley?"Drtt... Drtt...
Dean mendekati Reagan. "Benar, bahkan Rebecca dan Soraya tidak pernah tahu soal ini. Yang tahu hal ini sekarang hanya kalian berdua dan pak rektor."Menyebutkan rektor membuat Clare terkejut. Jika sebelumnya ia tidak akan berani membuka suara soal hubungan Soraya dan lelaki itu, saat ini tanpa berpikir panjang Clare mengutarakan apa yang ia rasakan saking kesalnya kepada Soraya.Dean tersenyum. "Aku dan ibumu sudah tahu soal itu, Sayang, kau tidak perlu khawatir.""Benarkah? Papi tahu dari siapa?" tanya Clare penasaran.Dean tak ingin melibatkan Reagan. Meski ia tahu kabar itu sejak awal dari Reagan, ia telah menyiapkan jawaban yang pas atas pertanyaan yang dilontarkan Clare."John sendiri yang menceritakan semuanya kepada kami. Tapi kami tidak akan menyalahkannya, dia juga hanya korban Soraya dan Rebecca.""Jahat sekali mereka," kata Clare marah, "Seandainya aku tahu siapa mereka sejak awal aku tidak akan pernah mau membantu mereka."Kensky menatap Clare. "Jauh sebelum ini sebenarnya