"Aku akan kembali besok. Maafkan jika kedatanganku hari ini mengagetkanmu". Kalimat dari Yoga seakan terus terngiang di telingaku. Ini sudah malam, baby Revan sudah tertidur pulas dari tadi. Entah kenapa aku tadi mengiyakan permintaan Yoga untuk bisa kembali datang ke rumah ini.Hufftt... Aku menghembuskan nafas pelan.Sebenarnya aku juga sudah lelah menghadapi kehidupan yang seperti ini. Aku juga tak mau menghindar dengan kehadiran Yoga. Mau tak mau, cepat atau lambat, Revan juga bakalan bertemu dengan ayahnya. Aku juga sudah berusaha memaafkan Yoga jauh sebelum ia datang kemarin. Aku mencoba mengikhlaskan semua yang telah terjadi karena hanya ingin hidup dengan tenang bersama bayiku dan menemaninya tumbuh dewasa nantinya."Apa yang dialami sama Yoga, juga pasti sangat menyiksanya". Gumamku pelan. Aku kembali teringat akan ceritanya kemarin bahwa ia mengalami insiden berkelahi setelah pergi meninggalkan aku dan Rakha. Mungkin Tuhan menghukumnya dengan mengalami kejadian tersebut,
"Kenapa Rakha kemari, aku kan sudah bilang akan menggunakan motor". Clara pun bertanya-tanya maksud kedatangan Rakha jika memang yang mengetuk pintu itu adalah Rakha.Namun, hatinya mendadak tak karuan karena sekarang di depannya sudah ada Yoga dan Rakha yang saling menatap dalam diam. Sepertinya, Yoga yang sudah duluan membuka pintu untuk Rakha."Rakha...". Panggilan yang aku ucapkan kepada Rakha namun membuat dua orang lelaki yang ada dihadapanku menoleh ke arahku. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, dan menjadi salah tingkah."Eh, Rakha, kenapa datang kemari?". Tanyaku gugup seraya melangkah mendekati dua orang lelaki yang masih saja intens menatapku."Kamu dan... ?". Ucap Rakha terjeda dan telunjuknya mengarah ke tubuh Yoga.Yoga yang mendengar kalimat Rakha yang terhenti balik mengarahkan wajahnya ke Rakha. "Apa maksud kamu?". Ucap Rakha seolah tak terima."Hmm, Masuklah Rakha kita bicara di dalam saja". Kataku mencoba mencairkan suasana yang kaku.Kini, aku melihat Yoga d
"Aku akan pergi sendiri, tidak ada yang akan mengantarku". Ucap Clara seraya menstaterkan motor maticnya dan bersiap melaju memecah keramaian jalan beraspal hitam di depan sana."Clara...". Ucap Yoga berusaha mengejar dan mencegah Clara untuk tidak bekerja dulu hari ini."Clara, tunggu... Aku bisa mengantarmu". Teriak Rakha agak keras karena Clara sudah melajukan motornya meninggalkan Yoga dan Rakha di belakangnya.Kini Yoga dan Rakha menjadi patung menatap kepergian Clara di depannya dengan begitu saja. Tak ada yang mampu mencegah Clara, dan kini mereka saling menoleh satu sama lain lalu sedetik kemudian saling membuang muka ke arah lain. "Ini semua salahmu". Ucap Yoga tanpa basa-basi."Salahku?". Jawab Rakha tak terima begitu saja dengan tudingan yang diajukan oleh Yoga."Iya. Jangan mengelak, jika saja kamu tidak datang ke rumah ini, Clara tidak akan bekerja hari ini. Dan, dia tidak akan bekerja dengan menggunakan sepeda motor itu sendirian. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?
""Benarkah apa yang kamu ucapkan?"."Jika kamu tak percaya silahkan kamu buktikan sendiri. Baiklah, aku akan pergi sekarang. Semoga usahamu membuahkan hasil seperti yang aku inginkan. Jangan sia-siakan pengorbananku, kawan". Ucap Rakha seraya berlalu."Kawan? Hei, apakah kita berteman?". Ucap Yoga sedikit keras. Kini ada sedikit senyuman yang melengkung di bibir Yoga. Kini ia tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.Sementara itu, Clara yang sudah berada di ujunh jalan."Akhirnya aku bisa meninggalkan mereka". Keluh Clara seraya mengemudikan kendaraan roda dua miliknya.Clara melihat dari kaca spion bahwa dua lelaki yang sedang ada di teras rumahnya itu masih menatap kepergiannya. Tak dihiraukan juga oleh Clara teriakan dari Yoga dan Rakha yang pasti ingin menghentikan niatnya untuk pergi bekerja dengan menggunakan motor."Aku tak perduli". Ucap Clara tanpa rasa bersalah.-----Hari Pertama di Restoran Yummy"Assalammualaikum, selamat pagi semuanya". Ucap Clara berkata dengan semua
Ada rasa semangat, keberanian dan pantang menyerah yang Rakha lihat dari sikap Yoga setelah ia menceritakan semua hal yang ia ketahui mengenai Clara. Dan satu hal yang paling penting, ketika Rakha memberi tahu bahwa mulai hari ini ia melepaskan keinginannya untuk memiliki Clara dan baby Revan."Ternyata melihat orang bahagia itu juga membuat kita bahagia juga ya". Gumam Rakha sambil senyum bahagia."Kenapa dia senyum-senyum begitu?". Tanya Clara heran.Clara tak sengaja melihat ke arah jendela, dimana Rakha yang sedang berjalan di depan ruangannya. Dan, bertepatan dengan Rakha yang sedang senyum-senyum sendiri."Apa Rakha punya kabar bahagia? Apakah dia benar ingin memberiku hukuman pekerjaan yang banyak, awas saja ya jika ia membuatku lembur tidak jelas. Atau si laki-laki itu sedang jatuh cinta?". Ucap Clara lagi bertanya-tanya.Tak mau dipusingkan dengan teka-teki pak Rakha, Clara pun mengambil satu buah dokumen yang tergeletak di atas mejanya."Proposal kerja sama catering PT. Serb
"Halo, bi Sumi". Itulah kalimat pertama yang Clara ucap saat ia menelepon bi Sumi. Clara kini sedang berada di dalam ruang kerjanya. Tak sabar Clara hingga panggilan itu tersambung."Iya mba Clara, ada apa mba? Baby Revan masih tidur mba mungkin kecapekan tadi karena bermain dengan papanya". Ucap bi Sumi menyambut suaraku yang terburu-buru.Aku terhenyak mendengar penuturan dari bi Sumi. Lagi pula aku juga menelepon bukan karena baby Revan melainkan karena hal lain. Terus apa tadi, bi Sumi bilang abis bermain dengan papanya?, buru-buru aku segera ingin mengkonfirmasi."Papanya mba? Siapa?". Ucapku cepat tak sabar mendengar apa jawaban dari bi Sumi."Iya tadi kan ada papanya disini mba, mba Clara juga ada"."Aku ada disana juga". Gumamku pelan.Aku mengernyitkan keningku, mencoba memahami kalimat dari bi Sumi. Siapa sebenarnya yang dimaksud oleh bi Sumi sih jika aku masih ada di rumah, apa Yoga?."Apakah laki-laki yang berada di kursi roda?". Ucapku menggambarkan orang yang dimaksud o
Mungkin saja hati ini sudah tertutup atau juga memang sudah terisi penuh untuk Yoga, suamiku, papa dari baby Revan. Hal ini lah yang membuat aku tak bisa membuka hatiku untuk pak Rakha walau sudah sebanyak apa ia berkorban untukku dan keluargaku selama ini."Maafkan aku pak Rakha". Ucapku malah tak sengaja melontarkan kalimat tersebut."Apa? Kenapa kamu malah minta maaf Clara?"."Maafkan aku jika kata maaf yang aku ucapkan juga sudah sangat terlambat". Ucapku lagi.Rakha hanya mengernyitkan keningnya tanda bingung dengan apa yang sedang aku utarakan. 'Berbahagialah Rakha, aku yakin suatu saat kamu akan menemukan wanita yang lebih dari segalanya dariku"."Kamu kenapa, Clara?".Malah kalimat itu yang terlontar dari mulut Rakha. Aku juga tak mau lebih menjelaskan, dan lebih memilih melaksanakan niat dan tujuanku yang baru saja aku sadari."Maafkan aku lagi Rakha. Aku tak bisa ikut makan cemilan denganmu, aku pergi dulu sebentar. Izin ya pak Rakha". Setelah mengatakan itu aku langsung m
"Pelan-pelan". Ucapku di saat aku merasakan bahwa Yoga melakukan gerakan untuk bangun. Yoga tersenyum lantas aku menyambut tangannya agar ia bisa kembali berdiri lagi. Ia dengan semangat berkata kepadaku, "Aku akan latihan kembali, kamu bisa melihatku dengan duduk manis disana"."Kamu bisa istirahat jangan terlalu dipaksa". Balasku merasa khawatir akan kondisinya. Yoga menggeleng merespon permintaanku. Kini tangannya menunjuk sebuah kursi tunggu di sebelah kanan ruangan ini, "Duduklah disana sebentar".Aku melihat arah telunjuk Yoga dan melihat disana memang ada sebuah kursi tunggu yang berwarna putih. Mungkin memang diperuntukkan untuk orang-orang yang sedang menunggu seperti aku sekarang."Baiklah, jangan terlalu dipaksa". Ucapku sambil menatap netra Yoga yang juga sedang menatapku. "Iya". Jawab Yoga dilanjutkan dengan anggukkan kepalanya. Aku lantas berjalan ke kursi tunggu dan duduk disana memperhatikan Yoga yang kini sedang berlatih berjalan kembali. Ada satu instruktur yang