Tak beberapa lama ayah datang dan masuk ruangan. Ibu masih di luar karena ada yang perlu dibeli. Marvel, karyawanku yang lain, izin ke luar ruangan. Mungkin sungkan dengan keberadaan ayah. Di ruangan kini tinggal ayah, Sheily, dan aku.
Ayah membawa buah-buahan banyak sekali. Melihat ayah menata buah-buahannya di atas meja, Sheily spontan membantu ayah.
“Maaf, kalau boleh biar saya saja Pak. Bapak boleh duduk di kursi saja agar tidak terlalu lelah.”
Mendapati tawaran Sheily ayah tersenyum senang. Selain mengiyakan ia bergumam ngacau.
“Waah.. Senang sekali rasanya jika punya mantu kayak kamu Sheil. Selain cantik dan baik juga perhatian. Vid, kalau cari istri minimal kayak Sheily dong. Bukan kayak Renata. Kalau Renata jelas aku tak setuju.”
Mendengar namanya menjadi pembicaraan Sheily tersipu malu. Aku tak berniat merespons balik mengingat kejadian kemarin-kemarin yang sampai hari ini belum kelar urusan
Andrew pamit pulang usai memberikan laporan. Ibu kembali bersama ayah tak lama setelah itu. Ayah begitu memanjakkanku dengan merawatku tanpa merasa letih. Ibu hanya geleng-geleng. Sementara aku masih pada sikapku sebelumnya. Datar dan tidak mau memberikan harapan ke ayah. Belum mau membuka pintu damai di hatiku untuknya. Jika kondisiku tidak demikian tentu aku sudah ogah diperlakukan seperti itu.Esok harinya rutinitasku tetap sama. Belum ada perubahan banyak. Perawat datang beberapa jam sekali untuk mengontrol. Kakak dan keluargaku juga menjenguk bergantian. Ibu sempat pulang ke rumah tapi tak sebentar di rumah langsung kembali ke rumah sakit dengan membawa peralatan atau barang-barang yang diperlukan khususnya pakaianku dan ayah. Pengunjung satu dua berdatangan dari beberapa teman dekat maupun jauh. Kecuali si bajingan Lucas yang sampai sekarang belum menampakkan batang hidungnya. Dan itu lebih baik dari pada ia harus datang. Memperlambat penyembuhanku saja karena sudah ten
“Ya Drew, I am okay. Gak apa-apa.” Aku berusaha tak menampakkan kegelisahanku.Sialan si Lucas. Bajingan pria tak tahu itu diri. Sialan juga si Renata. Keparat mereka semua. Di depan tampak manis di belakang busuk memuakkan. Di depan seperti tidak apa-apa. Merayuku dan bermanja gombal tapi di belakang menusuk dengan belati pengkhianatan. Aku tak sabar ingin membalas rasa sakit ini.Foto-foto yang berhasil dikumpulkan oleh Andrew dengan bantuan orang bayarannya itu lebih dari cukup untuk tak hanya menyudahi hubuganku dengan Renata. Aku juga ingin menambah pelajaran agar tidak lagi main-main dengan cowok yang tulus setia menemaninya dan memperjuangkannya.Selain foto bermesraan di banyak tempat yang rupanya hubungan mereka sudah sejauh itu, ada juga beberapa slide foto yang membuat darahku mendidih. Foto di dalam ruangan kamar dengan adegan mesra seperti habis melakukan hal yang diinginkan dalam perselingkuhan.“Ada
“Soal itu sampai sekarang masih kesulitan Pak untuk dideteksi. Saya akan berusaha lebih keras lagi untuk hal itu.”“Apa kira-kira langkahmu ke depan?”Andrew diam termenung sejenak. Berpikir apa langkah yang akan diambil untuk mengungkap dalang di balik kejadian itu.“Sejauh ini saya masih memikirkan Pak.”“Kenapa tidak kau manfaatkan jasa temanmu yang super canggih dalam memasuki perangkat orang itu?”Seketika Andrew menoleh dan menaikkan alisnya.“Benar juga ya Pak.”“Iya, jadi kamu langsung suruh dia masuk ke perangkatnya Lucas. Dari situ akan ketahuan chat-chatnya ke siapa saja. Dan apakah benar dia ada hubungannya dengan geng bayaran itu. Dari riwayat chatnya semua akan terbuka.”“Termasuk chatnya dengan Renata Pak?” Andrew menambahi.“Iya, itu juga. Tapi buat apa diketahui lebih lanjut. Bukti yang ka
Aku segera menelpon Andrew biar jelas.“Bagaimana Drew informasi ter-update-nya? Apa yang kau temukan di perangkatnya?”“Banyak Pak.”“Baguslah. Lalu? Bagaimana isi chatnya?”“Tapi Pak.. saya kesulitan Pak.”“Tapi apa? Kenapa kesulitan? Bukankah kamu dengan bantuan temanmu sudah bisa berhasil masuk keparangkatnya.”“Benar Pak. Tapi saya tidak menemukan riwayat chat Pak Lucas dengan geng manapun. Kalau Renata ada pak.”“Ha? Tidak ada. Yang kubutuhkan chatnya si Lucas dengan geng itu bukan Renata. Lalu gimana dong ini?”“Kata temanku si User yang tak lain adalah Pak Lucas untuk beberapa kesempatan menggunakan server jaringan lain yang terhubung dengan aplikasi khusus sehingga mengecohkan siapapun saat mendeteksi isi perangkat khususnya riwayat chat.”“Jadi sampai saat i
“Mengajukan untuk pulang lebih cepat. Saya sudah mematuhi semua peraturan dan anjuran dokter dan dokter lihat sendiri saya sudah membuktikan perkembangan saya yang cepat dan bagus. Lantaran itu apakah dibolehkan jika saya pulang lebih cepat?” Dokter menghela napas dan melanjutkan berbicara.“Sepertinya ada hal penting yang ingin dikerjakan ya Mas?” Dahiku mengernyit mendengar pertanyaan dokter.“Jika tidak ada hal yang sangat urgen di luar lebih baik masnya ambil istirahat tambahan untuk beberapa hari lagi.”“Baik Dok. Tapi istirahatnya di rumah saja gak apa-apa kan? Kata perawat lain gak apa-apa.”“Memang tidak salah perawat itu tapi saya lebih menyarankan pemulihan dilakukan di rumah sakit supaya kami bisa mengontrol.”“Tapi jika saya maunya di rumah saja?”“Ya.. kalau pasien ngotot maunya demikian, apa boleh buat?”“Jadi boleh kan dok?”
Tak beberapa lama kemudian setelah ayah dan ibu bersikeras melarangku keluar karena mereka tahu jika aku keluar apa yang akan terjadi, kakakku kembali. Dalam banyak hal Kak Riyan lebih pandai mengendalikan emosi dari pada aku. Mungkin ini pertimbangan orang tua melarangku keluar dan menghadapi mereka.Kak Riyan masuk mobil dan kembali menyetir. Tampak napasnya terengah dan berusaha menetralisir keadaan.“Apa baik-baik saja tadi Nak?” Ibu menanyakan.“Iya bu, tidak apa-apa. Paling lecet dikit mobilnya. Padahal baru di-service kemarin.”“Yang salah dia kan?” sambung Ayah.“Iya Yah. Tidak seharusnya dia ngotot kita yang salah. Tapi tadi udah beres. Dilerai orang sekitar. Nanti aku bawa ke bengkel lagi biar yang lecet diperbaiki. Vid, maaf ya mobilnya jadi lecet dan sedikit peok.”“Tidak apa-apa mas. cuma …”“Cuma apa?”“Cuma aku nyesel da
“Tunggu!” Aku mengeraskan suaraku sambil mengangkat ke depan telapak tangan yang kuhadapkan ke mereka.“Mau apa kamu kemari? Cari ribut?”“Bukan Bang. Santai saja dulu. Kami tidak ingin rebut. Bahkan kami tidak sedang balas dendam.”“Ah, bohong kamu. Kamu bawa teman bukan? Gak usah macam-macam kamu.”“Teman diperlukan jika memang kami dalam bahaya. Jika kami menganggap kalian tidak membahayakan kami maka teman tidak perlu terlibat. Kecuali jika disini kami merasa terancam.”Agaknya penjelasanku yang singkat mengena di hati ketua dari geng mereka.“Baik jika itu benar. Awas jika kau bermain belakang. Jadi apa maumu datang kemari?”Syukurlah. Kami diberi ruang dan kesempatan. Hampir saja Andrew menekan handphonenya yang sudah disiapkan di kantong. Sepanjang mereka bisa diajak kompromi kami tak akan melakukan itu.Setelah mereka mempersilakan duduk aku segera
Posisi mereka terkunci. Tangan dan kaki seperti tak berdaya karena ditahan oleh kami. Jumlah mereka tak sebanding. Perbandingannya adalah satu orang dari mereka adalah tiga sampai empat orang banyaknya dari kami. Jadi jika mereka nekat malah akan membuat mereka tambah hancur. Belati tepat kuarahkan ke muka si ketua.“Kau tentu paham maksudku Bang. Kami datang dengan baik-baik tapi malah disambut kasar. Sok menyerang kami lagi. Aku sudah maafkan dan tidak persoalkan kejadian malam itu dan hanya memohon satu hal yang memang hak saya menanyakan, tapi sepertinya kamu dan anak buahmu menunggu kejadian ini terlebih dahulu. Bagaimana, masih tidak mau menjawab?” Belati itu kali ini kutempelkan ke pipinya.“Bisa saja saya hancurkan mukamu saat ini atau menusukmu sekalian tapi itu tidak fair bukan? Tapi akan aku lakukan jika kamu tidak bisa diajak kerjasama. Aku hanya memintamu satu hal. Kasih nama itu.”Dia masih diam dan tak merespons hi
“Bapak ibu dan semua tamu undangan. Sebagaimana yang saya sampaikan di depan tadi untuk memberikan keputusan saya atas perkara ini maka,dengan segala kerendahan hati saya, dengan segala pertimbangan yang saya pikirkan matang-matang, dengan segala rasa dan perjalanan yang saya ikhlaskan, memutuskan untuk memberi keputusan Mas David agar kembali mengejar cintanya kepada wanita yang pernah sangat dicintainya, dan wanita yang saking cintanya ke Mas David sampai pernah jatuh sakit berbulan-bulan hanya karena merindu.“Saya ikhlas dan saya tidak apa-apa. Toh semua ini hanya titipan. Soal jodoh urusan Tuhan. Saya merasa yang lebih pantas mendampingi Mas David dalam mengarungi hidup dan bahtera rumah tangga sampai akhir usia adalah wanita itu bukan saya. Maka dari itu mohon keikhlasannya semuanya.“Dan khususnya kepada ayah ibu. Hiks… hiks…. Ini memang sudah jalannya. Maaf selama ini saya tidak terus terang. Tapi yakinlah apa yang kita lepaskan
Entahlah apa maksud Sheily menolah-noleh tadi dengan durasi waktu yang cukup menyita perhatian para audience. Aku tak terlalu peduli. Aku hanya meperhatikan Sheily-ku. Wanita yang sebentar lagi akan menjadi istriku.Setelah Sheily kembali fokus ke apa yang ingin disampaikan, para tamu undangan kembali tertuju perhatiannya ke Sheily.“Bapak ibu sekalian. Izin untuk sedikit bercerita. Cerita ini bukanlah fiktif. Tapi cerita yang berangkat dari kejadian yang sesunggunya.“Cerita itu bermula saat ada seseorang yang diam-diam mencintai seorang lelaki. Sebut saja namanya Eli. Lelaki ini oleh Eli dianggapnya spesial. Saking spesialnya ia menyembunyikan perasaannya itu hingga bertahun-tahun lamanya. Ia gigih untuk tidak mengutarakan kepada siapapun selain kepada buku catatan yang menemaninya di tiap kali ia merindukan, teringat dan tengah merasakan cintanya terhadap lelaki itu. Sebut saja namanya Afi.“Singkat cerita, Afi dijodohkan den
Ya! Ini bukan mimpi di siang bolong atau dalam tidur. Ini sungguhan yang kupastikan beberapa kali dengan kenyataan yang ada sehingga tak perlu lagi menyimpulkan kalau ini mimpi atau sungguhan.Gadis yang dijebak untuk bertunangan denganku tak lain dan tak bukan adalah Sheily. Mengetahui kalau itu Sheily, bagaimana aku tidak bahagia dan menangis haru? Di saat aku melepaskan dan netral sentral-netralnya, tiba-tiba aku dihadirkan dirinya untuk mewujudkan apa yang menjadi harapanku kemarin.Aku memprediksikan semua ini telah dirancang dan direncanakan dengan sedemikiannya oleh satu orang yang dibantu timnya. Orang itu siapa lagi kalau bukan Pak Komisaris yang mungkin diam-diam meriset keadaan kami dan mengambil celah untuk sebuah kejutan yang memang aku harapkan.Lalu kehadiran teman-teman kantor, keluargaku, persiapan gedung ini, modus seseorang yang menjadi donatur biaya pengobatan ayah Sheily, dan semua yang terlibat untuk acara ini adalah bagian dari rencana Pak
Sekali lagi aku terkejut begitu tahu kalau benar-benar dia yang ada di depanku. Lama tak jumpa setelah kejadian itu. Dan selama tak jumpa itu tak terdengar kabar tentangnya olehku. Secepat itukah dia menjalani proses hukuman? Apa ia dan pengacaranya mengajukan banding atas keringan hukuman sehingga hanya setahun?“Hai Lucas. Apa kabar bro? Sudah bebas nih? Kok ada disini Bro?”“Kabar baik bro. Aku tak menyangka kita akan bertemu lagi. Ya aku sudah terbebas dengan segala pertimbangan yang ribet jika aku ceritakan. Yang jelas selama masa hukuman itu ada banyak hal yang kulalui disana. Soal pergulatan batin, introspeksi diri, penyesalan karena telah mengkhianati orang sebaik dirimu, dan lain-lain.“Ya! Aku sangat menyesal Bro. Karena salahku itu aku merasa tidak berhak mendapatkan apa yang dulu aku dapatkan disini. Meski begitu aku tetap berhak untuk mengunjungi tempat ini yang penuh kenangan dan kerinduanku selama di sel. Dan itulah alasan
Alhasil, setelah semua isi pesan ibu Sheily kubaca, hatiku malah dirundung rasa sedih kembali. Sedetik kemudian, kecewa. Lalu, ngilu rasanya.Kalau saja aku mengetahui isi pesannya demikian, tentu lebih baik aku tidak usah membacanya atau langsung menghapusnya saja. Tapi, karena aku sudah bertekad untuk berdamai dan memaafkan semuanya, perlahan rasa tidak mengenakkan itu luntur dan kembali netral.Dalam pesan itu, ibu Sheily mengabarkan berita tunangan Sheily. Sebelumnya beliau meminta maaf padaku yang sebesar-besarnya. Pembicaraan kemarin saat kunjungan ke rumah Sheily terkait niat baikku melamar Sheily juga sudah diceritakan ke Sheily. Sontak Sheily terkejut, bahagia yang bercampur sedih yang teramat.Sheily juga menyesali kenapa semua ini datang terlambat. Tapi bagaimanapun harus ikhlas menerima. Dan ia berharap aku mendapatkan wanita yang lebih baik darinya.Sheily sudah ikhlaskan aku, ia lepaskan dan biarlah kisah perjalanan cinta dalam diamnya selam
Menyadari suasana menuju tidak nyaman aku berpura-pura izin ke belakang. Aku berpura-pura ingin buang air kecil demi menyelamatkan suasana yang kurang nyaman itu.“Adek. Tolong diantar Mas David ya,” pinta Sheily pada adiknya. Yang diperintah menurut dan mengantarkanku ke belakang. Setidaknya upayaku berhasil membuat keadaan jauh lebih baik. Usai dari belakang aku izin untuk pamit.Saat memasuki mobil aku menatap wajah Sheily yang mengantarku sampai halaman rumah. Kutangkap sekilas pancaran wajahnya yang tidak menunjukkan kecurigaan ia sedang menyimpan sesuatu. Ia malah tersenyum dan berterimakasih atas kehadiranku. Aku balik tersenyum padanya lalu, pada ayah ibunya yang melepas kepulanganku dari depan pintu.Keluarga sederhana yang hangat. Rasanya aku seperti berada di rumah sendiri.Di dalam mobil menuju rumah mataku seketika berkaca-kaca. Tak kuasa aku menanggung beban seperti ini. Padahal tinggal sebentar lagi. Padahal kurang selangk
Sebelum Ibu Sheily menyambut Sheily dan suaminya, ia amankan buku catatan itu agar tidak ketahuan Sheily. Sementara aku tetap di dalam. Berjuang menetralkan keadaan sembari menghapus air mataku dengan tisu.Tak lama kemudian mereka masuk ke dalam. Aku bergegas bangkit dan menyalami ayah Sheily dan juga Sheily yang agak canggung karena tidak biasa saliman kalau di kantor. Sementara Sheily menemaniku, ayahnya izin masuk ke dalam bersama ibunya.“Maaf Pak menunggu lama. Tadi di jalan macet.”“Tidak apa-apa Sheil. Yang penting selamat.” Aku berusaha untuk netral. Sheily tak menaruh curiga padaku namun, ia pandai sekali menyembunyikan masalahnya sampai tak terlihat ia sedang memiliki masalah. Selain itu, ia juga pandai menyembunyikan perasaan terhadap orang yang sangat dicintai selama bertahun-tahun ini.“Oya Pak. Katanya ada yang mau dibicarakan ya?”Benar Sheil. Tapi tidak jadi karena aku sudah tahu semuanya. Tak sa
Tampak dari raut mukanya sepertinya ibu Sheily belum siap dengan kabar bahagia itu. bukannya harusnya senang dan memberi dukungan tapi yang kudapati adalah sikapnya yang seperti menyembunyikan sesuatu.“Bu.. Maaf… apa saya salah mengatakannya?”Saat kuulangi pertanyaanku eh malah menangis. Aku jadi semakin bingung.“Tidak Nak. Kau tidaklah salah untuk mengatakan yang sejujurnya sesuai hatimu.”“Lalu kenapa ibu menangis? Bukannya seharusnya ibu bahagia?”“Benar Mas David. Sudah seharusnya ibu bahagia mendengar itu tapi jika kabar gembira ini datang sebelum kejadian barusan.”“Kejadian barusan maksudnya bu?” Sejenak ibu Sheily terdiam. Sepertinya ia sedang mencari kata-kata yang tepat untuk disampaikan. Tak lama kemudian beliau mulai bersuara.“Sebenarnya kejadian ini sudah lama Mas David. Karena penyakit yang diderita ayahnya Sheily cukup serius maka disarankan do
“Iya Pak. Maaf ada apa ya pak menelepon?” Tanyaku langsung. Agak kesal karena bacaanku yang keganggu. Namun aku berusaha tetap sopan. Setelah basa-basi menanyakan keadaanku Pak Herman langsung menyampaikan inti tujuan aku ditelponnya.“Jadi begini Nak David. Beberapa hari yang lalu pemuda yang hendak melamar Maria datang ke rumah bersama keluarganya. Di sana kami terkejut dengan apa yang diutarakannya. Ternyata mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan itu.”“Ha? Bagaimana bisa Pak?” Sontak aku terkejut.“Jadi entah bagaimana awalnya, Maria diminta jujur ke pemuda itu saat di telepon. Jujur yang dimaksud adalah apakah Maria pernah pacaran atau tidak dan selama ini berhubungan dengan siapa saja soal asmara. Karena Maria sudah terlatih dari kecil untuk tidak berbohong ia akhirnya berbicara sejujurnya dan apa adanya. Ia menceritakan kisahnya denganmu Nak David. Keesokan harinya tiba-tiba mereka datang ke rumah un