Brian berdiri di sebelah ranjang pemeriksaan Karina. Tubuhnya kaku, dia bergerak seperti seorang robot yang hanya bisa menatap Karina dengan penuh kebingungan. Dia bertanya-tanya, kapan wanita itu akan bangun? Kapan Karina bisa kembali dalam pelukannya? Apa Karina benar-benar sudah baik-baik saja?Semua itu terulang di kepala Brian ribuan kali. Hingga dirinya mulai muak.Seorang perawat membersihkan luka Karina dan menatap Brian sekilas. Perawat itu mengangkat sebelah alisnya.“Apa kita perlu melakukan tes SANE?” tanya perawat yang mengusap wajah Karina dengan handuk basah.“Semuanya. Lakukan visum dan cek lainnya agar bisa membuktikan bahwa pria itu telah melakukan kekerasan.” Nada penuh kebencian itu tidak bisa ia tutupi.Dengan gerakan cepat, perawat itu menaruh kain yang tadi ia pakai untuk mengusap Karina dan beralih ke sisi ranjang yang sebelahnya lagi.“Kalau begitu, aku akan membawanya. Hubungi wali sah-nya. Ini akan menjadi malam yang melelahkan.” Perawat itu menepuk pundak B
Tubuhku tidak pernah seringan ini. Aku tidak bermimpi buruk akhir-akhir ini. Sudah sebulan aku tinggal bersama Jonathan dan Sarah.Selama proses hukum masih berlangsung. Aku menjadi tahanan antara Jonathan dan Brian.Hubungan ku dengan Brian berjalan dengan lancar. Kami tidak meresmikan, tapi percaya padaku, kami saling membutuhkan satu sama lain.Apartemen ku sudah baik-baik saja. Namun,aku hanya akan diperbolehkan menginap di apartemen saat Brian juga tidur di sana. Selebihnya, aku harus tinggal di rumah ini.Kelebihannya adalah aku selalu mendapat santapan yang bergizi dan enak. Intinya,hidupku terjamin.Ian yang paling kerap menggolok ku. Dia tidak percaya kalau aku adalah orang yang amat manja. Dia mempertanyakan semua kemandirian ku yang terkesan palsu.Biarlah, kenyataanya aku memang masih takut sendirian.“Karina, aku sudah buatkan sarapan.” Panggil Jonathan.Tidak disangka-sangka, Jonathan begitu telaten dengan pekerjaan rumah. Mungkin karena Jonathan terbiasa tinggal sendiri
Setelah mandi, Brian meminta makan malam padaku. Beberapa barang Brian sudah ada di apartemen ku. Begitu juga barangku yang ada di apartemennya. Meski satu gedung, kami jarang tidur bersama.Paling hanya saling mengobrol sampai malam.Selebihnya, aku menemani Brian melukis hingga ketiduran dan saat aku terbangun. Brian baru aku tidur.Makanan yang aku suguhkan adalah pemberian Jonathan. Brian sangat menyukai makanan itu, dia selalu memuji masakan Brian tanpa terkecuali.Brian menaruh piring ke dalam wastefel sebelum ikut bergabung denganku di sofa sebelah jendela.Aku berusaha tidak mengungkit pembicaran soal Evan lagi. Toh tidak ada gunanya, aku terlanjur memberikan semua kekuasaan kepada Jonathan.“Karina, aku tidak ingin kamu memberikan maaf lagi pada pria itu.” Bisik Brian, dia memeluk ku dari belakang.Aku memutar tubuh, mendongak untuk melihat ekspresinya “Aku tidak mau memendam dendam,Brian. Aku hanya ingin menyerahkan semua ke pengadilan. Mengingat dia akan segera memiliki anak
Aku menutup mataku saat mengingat hari ini adalah hari terakhir bagi Nick bekerja di kafe ku.Bagaimana hari-hariku tanpa Nick kelak? Apa semua akan baik-baik saja?Pertanyaan itu menjadi sebuah penggangu fokusku hari ini. Apakah semua orang akan merasa sebingung ini saat akan ditinggalkan oleh orang yang berjasa dihidup.Aku mengingat hari pertama bertemu dengan Nick. Di mana dia memberikan hubungan yang terasa mudah saat di dekatnya.Saat bersama Nick, aku bisa melupakan beberapa masalah yang ada.Aku mengelap konter dengan serampangan. Aku benci hari ini.Apalagi,Olivia sudah terlebih tau soal kabar ini, tapi dia diminta oleh Nick untuk merahasiakannya. Kenapa dia sangat penurut pada Nick? Padahal aku adalah bosnya.“Karina, pesanan ini...” Olivia berhenti bicara saat melihatku mengusap air mata. Sedari tadi aku tidak bisa berhenti menangis.Olivia mendekat dan berdiri di sebelah ku “Astaga,Karina. Apa kamu masih sedih soal Nick?”Aku menggeleng dan mendesah kesal “Olivia,masih ba
Di tengah meja makan yang penuh dengan hidangan lezat,.Brian,Jonathan,Sarah dan aku saling duduk berhadapan.Ian harus absen makan malam hari ini karena dia mengikuti sebuah kegiatan sekolah sampai tengah malam. Sarah sudah memastikan semuanya. Dan dia menjamin,Ian tidak sedang mencoba bermain ouija atau hal aneh lainnya.Itu hanyalah kelompok membaca yang sedang nge-trend.“Jadi,sudah sejauh apa hubungan kalian?” tanya Jonathan pada Brian.Aku terkadang benci dengan sifat tegas Jonathan yang tidak tahu tempat. Kami sedang makan, untung saja aku atau Brian tidak tersedak.Kami yang duduk tiba-tiba berhenti menyendokan makanan.Sebenarnya aku tau pertanyaan ini cepat atau lambat akan muncul. Tapi aku masih berharap, jangan sekarang.Sarah menyikut lengan Jonathan pelan “Bisa kita bicarakan itu nanti. Kita sedang makan.” Bisik Sarah, sayangnya aku harus mendengar itu.Brian meletakan garpunya dan melirikku “Aku memikirkan soal pernikahan. Karina menyukai hal resmi seperti itu.” Jawabn
Acara dilanjutkan dengan makan malam bersama keluarga.Malam ini cukup cerah, tidak ada angin yang biasanya datang tidak masuk akal dalam beberapa hari terkahir.Aku sampai berfikir kalau pernikahan Jonathan dan Sarah memang mendapat restu dari semesta. Bisakah aku menyebut hal ini romantis?Kalau kau kenal dengan Jonathan, tidak ada yang bisa dilakukan selain makan. Hobinya memasak memaksa kami menikmai hidangan yang lezat setiap saat.Menu malam ini adalah daging panggang,seafood panggang dan beberapa masakan yang aku tidak tahu namanya. Yang jelas semuanya sangat menggugah selera.Dikelilingi oleh para orang yang begitu mengenalku. Aku merasa begitu tenang. Wajah-wajah familiar dengan candaan yang begitu akrab di telingaku.Aku tidak pernah berharap lebih dari ini.Papa tiba-tiba duduk di sebelahku, mencondongkan tubuh untuk membisikan sesuatu padaku “Apa dia baik padamu?”Mata kami saling bertemu,aku bisa melihat Papa amat penasaran dengan hal itu.Aku tahu pasti papa sangat mengk
Awal bulan Mei di Mykonos. Aku memutuskan pergi dengan Brian. Meski persiapannya sangat mendadak dan sangat singkat, tetapi, aku merasa lega karena semua sempat terselesaikan.Cuaca masih cukup dingin,sekitar 15-20 derajat. Ini sangat cocok untukku, aku memang benci musim panas.Menurutku, sengatan matahari berlebihan dan sangat lengket. Yang membuatku heran, kenapa banyak yang merasa senang di musim panas yang panjang.Aku berdiri di samping pantai dengan angin sepoi-sepoi. Banyak orang yang lewat sembari bergandengan dengan pasangan mereka masing-masing.Kujamin, Mykonos adalah tempat surga untuk bulan madu atau hanya sekedar menghabiskan masa libuaran dengan pasangan.Mykonos pantas dimasukan ke dalam daftar tempat yang wajib dikunjungi.Mungkin karena sudah terlatih di Boston. Aku tidak merasa cuaca di Mykonos terlalu menusuk tubuhku. Ini lebih menyejukan, dengan angin khas pantai yang selalu kencang.Pulau ini memiliki daya tarik tersendiri, laut yang indah,penduduk lokal yang r
Sudah dua hari aku menghabiskan waktu di Mykonos. Tiap menitnya sangat berharga, waktu yang aku habiskan dengan Brian membuatku semakin dekat dengannya.Aku baru tahu kalau dia memiliki kebiasaan tersenyum saat tidur.Atau dia yang kerap menyugar rambutnya. Selama ini aku tampaknya aku tidak terlalu perhatian pada kekasihku.Saat ini aku sedang menunggu Brian mengambil barangnya yang tertinggal di dalam restoran yang baru kita datangi.Dia tidak pernah seperti ini. Aku yakin, Brian lebih malu dari pada siapapun saat tidak sengaja meninggalkan barangnya.Sebab, Brian selalu mengingatkanku. Mulai dari hal kecil seperti ikat rambut,uang koin sampai tas yang kadang kubiarkan tergeletak begitu saja.Yes, kami tinggal satu kamar, dan aku sudah beberapa kali tidur dengannya. Itu bukan hal yang ilegal, jadi aku bebas melakukannya.Kami selalu memakai pengaman. Dia membawa cukup banyak untuk perjalan ini.Aku beersedekap,tersenyum lebar saat Brian keluar membawa dompetnya. Dia meringsi menerta