"Anak muda, siapa namamu?' Tanya Raja dengan tersenyum lembut.
"Hamba Wen Pai, mantu yang tinggal dalam rumah jendral Shen." Jawab Wen Pai sambil berlutut.
" Bangun, duduk lah di depan kami, tidak usah berlutut, duduklah dengan nyaman." Kata ratu, ketika melihat Wen Pai begitu ketakutan.
"Ada apa , kamu begitu ketakutan?' Tanya Raja.
"Hamba salah apa , tuanku, hamba tahu jendral Shen adalah sepupu Tuanku Raja." Rintih Wen Pai perih menahan lapar.
"Ini tidak ada sangkut paut dengan Jendral Shen. Kamu kenapa masih menggigil? masih ketakutan, jangan takut kami tidak akan menghukummu." Kata Ratu dengan sedih melihat Wen Pai masih saja menggigil.
" Maaf, Tuanku Ratu, saya bukan takut, tapi saya belum makan selama 2 hari ini." Jelas Wen Pai sambil menundukkan kepala.
"Ha, kamu belum makan selama 2 hari, kenapa?" Tanya Ratu dengan kaget dan sedih.
Dia tak sangka , Kakak sepupunya begitu kejam,sampai menantu sendiri saja tidak di
Belum selesai Wen Pai menceritakan tentang dirinya, di luar kamar terdengar suara ribut, lalu terlihat Jendral Shen masuk ke kamar , memberi hormat kepada raja. Tanpa berkata apapun, cambuk di tangannya mendera tubuh Wen Pai tanpa berhenti, sekejab sudah 5 kali cambukan mendera punggung Wen Pai, darah merembes melalui bajunya.Wen Pai reflek menjatuhkan tubuhnya dan merubah posisinya dengan berlutut menghadap Jendral Shen."Kamu, berani mati, mencoba mencari pelindungan pada adik sepupuku ya," Bentak Jendral Shen." pengawal, masuk, bawa pulang budak pecundang ini." Kata Jendral Shen kepada ajudan ajudannya.Masuklah 2 pengawal kepercayaan Jendral Shen sambil membawa tali untuk mengikat kedua tangan Wen Pai.Wen Pai hanya menurut dan tidak melakukan sedikitpun pelawanan, biarpun jika dia mau melawan, Jendral Shen pun bukan lawannya.Selama ini. Wen Pai hanya menghormati Jendral Shen sebagai ayah mertua, untuk itulah dia selalu menurut dan ti
Jendral Shen pulang tanpa Wen Pai disambut dengan kecewa oleh Ling Ling. "Ayah bawa kemana lagi Wen Pai ku? Ayah jual ya? kenapa tidak ikut ayah pulang?" Tanya Ling Ling ber tubi tubi. "Sabar, Wen Pai mu aman di tempat bibi sepupumu, Ratu kerajaan Cin. Bibimu ingin meminjam Wen Pai untuk membantunya beberapa hari ini, Bibimu juga berkata, kalau kamu mau menjenguknya, datanglah ketempat bibimu, di istananya." Jawab Jendral Shen. "Sekarang sudah malam, kamu tidur saja, besok pagi, kita bersama sama kesana." Kata Tuan Putri Wei. Ling Ling, Putri tercantik di kerajaan Xin, kembang di kerajaan ini, menjadi gosip yang beredar , menikah dengan pengemis yang diangkat oleh kakeknya di jalanan, tanpa status yang jelas. Banyak yang merasa kasihan untuk tuan putri tercintanya. Tapi banyak putri putri yang merasa senang, tuan putri tercantik menikahi pengemis miskin yang tidak memiliki status yang jelas. Mereka senang, saingan mereka berkurang satu
Wen Pai kecil berbadan kurus tapi lebih tinggi dari anak anak yang lain, memakai baju budak yang baru mulai di pakai setelah 3 hari yang lalu, sehabis dia dicambuk dan terluka, luka yang tidak boleh di obati seperti perintah Jendral, biar Luka itu sembuh sendiri, supaya luka itu tidak infeksi , setelah dipecut, baju Wen Pai di buka dan di sekitar lukanya di bauri garam kasar. Saat itu Wen Pai tidak dapat menahan rasa sakit dan perih itu sampai ia pingsan, begitu sadar dia ada di lumbung padi. Dia harus berada disini sampai usia 15 tahun untuk di angkat menjadi mantu Jendral, yang tidak disetujui oleh Jendral. Mulai hari ini, Wen Pai memakai baju budak dan dia resmi menjadi budak keluarga Jendral Shen, siapapun bisa memerintahkan dia mengerjakan pekerjaan apapun. Di rumah ini , Jendral sendiri memiliki 10 budak pria dan 15 budak perempuan, tapi kemarin Jendral mengumumkan bahwa mereka para budak boleh menyuruh Wen Pai membantu mereka dan mereka tidak boleh membantu We
Wen Pai tidak tahu berapa lama dia di gantung dan di hukum cambuk, yang dia tahu seluruh badannya sakit, perih , nyeri, kadang kadang dia pingsan merasakan sakit yang di deritanya dan siuman begitu merasakan cambuk menderanya. Dia merasa tali yang menggantungnya turun dan kakinya menyentuh lantai, begitu dia membuka mata, dilihatnya Jendral tersenyum bangga dan puas sambil berkata:" Alat yang canggih, saya tidak perlu lagi capai untuk menghukum anak sialan ini, alat bisa mewakili saya." "Lepaskan tangan kamu dari tali, hayo cepat ikut saya, saya ingin kamu melakukan sesuatu baru nanti saya kasih kamu sekepalan nasi ini." Wen Pai mengikuti Jendral keluar, ternyata sedang ada badai salju, salju yang tertimbun lumayan banyak, setinggi semata kaki. " Cepat, berbaringlah di salju itu, tapi sebelumnya lepaskan seluruh bajumu, bajumu tidak boleh robek, tapi badanmu harus terluka, belum seluruh badan terluka, hukumanmu belum selesai, mengertikah kamu?"
Wen Pai duduk di tengah salju dari Malam sampai sekarang sambil menunggu Jendral datang. Wen Pai tahu, dia pasti akan menerima hukuman lebih berat lagi. Badai masih belum berhenti, masih turun dengan derasnya. Badan Wen Pai serasa mau beku, tapi Karena kekuatan pil itu, Wen Pai tidak membeku hanya kedinginan saja. Wen Pai ingat dia pernah diajar oleh Pangeran Wei untuk menghilangkan dingin dan sakit, ketika Pangeran itu melihat Jendral mencambuknya dengan keji ketika dia baru sembuh dari sakitnya sejak diajak tinggal dan mau di jadikan cucu mantu di Istana ini. Jadi dari tengah malam, ketika dia sudah tidak tahan, Wen Pai mencoba meditasi untuk menghilangkan kedinginan nya. Wen Pai tidak sadar, ilmu yang diajari Pangeran itu adalah ilmu meditasi tinggi untuk mencapai tingkat qi, energi Sakti, tinggi. Jadi hukuman ini, malapetaka atau berkah bagi Wen Pai, nanti kemudian hari baru diketahui. Menjelang pagi, Wen Pai tidak
Sebelum menghadap Pangeran Wei. Jendral menyuruh Wen Pai ganti baju, ya. Kalau Pangeran datang ke kediaman Jendral, baju Wen Pai berubah menjadi baju Pangeran, tapi begitu Pangeran kembali ke kediaman nya, Jendral menyuruh Wen Pai memakai baju budak lagi. Wen Pai hidup dengan 2 identitas yang bertolak belakang. Wen Pai berjalan perlahan lahan ke kediaman Pangeran Wei, sejak Wen Pai menjadi budak jendral, dia pindah tempat tinggal, dulu dia tinggal dengan Pangeran Wei di kediaman nya. Sekarang se minggu se kali, Pangeran Wei memanggil Wen Pai untuk diberikan makanan enak dan baju indah semahal baju Pangeran. "Masuklah Wen Pai, hari ini saya mau makan dengan mu, setelah itu saya mau mengajarkan kamu bahasa , menggambar dan menulis kaligrafi." Wen Pai masuk, ketika melihat makanan yang dihidangkan, hatinya sakit, Karena untuk makan makanan itu, pasti akan mendatangkan ketakutan dan kesakitan yang luar biasa. "Wen Pai, apakah
"Pangeran Cin Han, apa yang kamu katakan?" Tanya Jendral Shen. "Paman, dari kecil paman paling sayang saya dan juga tidak pernah berbohong pada saya, katakan paman siapa saya?" Tanya pangeran. "Kalian, keluar semua." Kata Raja pada semua dayang dan pengawalnya. " Kamu mendengar dari siapa perkataan itu." Tanya Raja. "Sejak kita mau keluar dari kerajaan, saya sudah mendengar desas desus, bahwa Ayahanda dan Ibunda mau mencari putra mahkota, jika ada putra mahkota lain , lalu saya siapa?" Tanya Pangeran Cin Han lagi. "Apakah kamu tahu, putra mahkota sudah di takdirkan oleh takdirnya. Di kerajaan kita, biar putra Raja , kalau tidak ada tanda tertentu di badannya dia tidak dapat di nobatkan menjadi Raja." Kata Raja menerangkan. "Kamu tetap anak saya, tapi ibumu bukan ratu, ibumu adalah adik kembar ratu, yang telah berbuat curang, dengan menukar kamu dengan putra mahkota." "Tapi sayang, ibumu tidak tahu, bahwa di badan putra ma
Setelah pangeran pergi, Raja berkata kepada Jenderal Shen:"Kakak, kamu sudah mendengar tadi, bahwa pangeran dan Wen Pai akan bertanding 6 bulan lagi." "Jadi saya sarankan, biarkan Wen Pai belajar ilmu disini selama 6 bulan." "Saya tidak mau menerima penolakan kamu, jika kamu tidak akan memberikan ijin, saya akan menggunakan wewenang saya untuk minta tolong Baginda raja." "Baiklah, dia boleh belajar ilmu disini , tapi saya minta setiap malam , iya harus pulang ke kediaman saya." " Untuk itu, saya kasih ijin, tapi jika dia harus belajar malam atau pelajaran belum selesai, dia tidak kembali ke kediaman kamu." "Baiklah, saya mengerti, nanti tiap sore saya akan datang, kebetulan yang harus menjaga keamanan raja sekeluarga, adalah saya, jadi saya bisa sepanjang hari disini." " Baiklah, sudah di putuskan." "Raja, karena gurunya belum datang, bolehkah Wen Pai ikut kami pulang?" " Nanti, jika gurunya telah datang, saya ajak Wen