Keputusan sudah di tetapkan, mulai hari ini pangeran kecil menjadi budak.
Sebelum nya Wen Pai mengobati kaki Ling Ling , dibetulkan letak tulang nya dan di lindungi oleh kayu samping nya.
Jadi Ling Ling Hadir dipersidangan di gendong oleh Wen Pai.
"Bolehkah saya menghukum dayangnya juga," tanya Wen Pai.
"Boleh," jawab Baginda Raja.
Kasus selesai.
Wen Pai memerintah membawa pulang Ling Ling dan budak kecil itu beserta dayang dan keluarga nya, yang dikumpulkan oleh Hutom.
Dan memerintah kan penyihir budak keluarga Shen untuk mengobati tungkai bawah Ling Ling. Karena mereka harus dengan hati hati mengobati Ling Ling agar cicitnya dapat bebas menjadi pangeran lagi. Itulah sebabnya mengapa dia meminta para penyihir itu yang mengobati Ling Ling.
Wen Pai pergi dengan para pangeran ke lapangan.
Mereka mengadu memanah dengan menunggang kuda.
Sore hari mereka makan malam di kediaman putra mahkota.
Masalah budak terlu
Ketika pagi, Wen Pai melihat mereka , tujuh orang budak laki laki masih di lapangan tidak memakai baju, sambil tersenyum hambar, Wen Pai memerintahkan Hutom meberikan baju budak kepada mereka dan untuk dua anak kecil dan satu anak yang berumur dua belas tahun memakai pakaian pengemis serta pelayan dan ibu anak yang membangkang.Mereka semua ke jantung pasar, sampai di pasar Wen Pai mengajak ke enam pengemis salah satunya pengeran kecil untuk ketemu ketua ,Wen Pai menyerahkan ke enam pengemis itu untuk belajar menjadi pengemis dari ketua dan setelah itu Wen Pai menuju ke pasar mencari mandor untuk menjadi kuli dan uangnya diberikan kepada ketua.hari ini hanya ada tiga gerobak, siang hari pekerjaan itu selesai diselesaikan Wen Pai bersama Hutom, lalu mandor Tan memberikan mereka makanan, baru selesai makan makanan.Kelima pengemis mendatangai Wen Pai dengan menggendong pengemis kecil yang badannya berubah merah dan ajudan satu dengan pen
"Hutom, sudah siap kamu, mari kita kembali ke istana timur, jendral Shen besar apa sudah siap." Tanya Wen Pai serta mengajak Hutom "Sudah berangkat duluan, tadi utusan Raja negara Cin datang menjemput." Kata Hutom sambil mengikuti pangeran Cin Wen Pai. "Kenapa kamu tidak memberitahukan saya." tanya Wen Pai lagi. "Dilarang oleh mereka." jawab Hutom. "Ada apa ya, kenapa saya tidak boleh berangkat dengan mereka ." Batin Cin Wen Pai di hati. Pangeran Cin Wen Pai bergegas ke ruangan belajar menemui para guru yang sedang marah lalu "Ini buku etika kamu, bawa ke kamarmu, baca dan dalami sendiri." Kata guru etika sambil memberikan buku etika yang setebal empat jari itu. "Buku tata tertib untuk pangeran dan putra mahkota , kamu baca dan perdalami sendiri." Kata guru tata tertib sambil menyerahkan buku tata tertib kepada Wen Pai. "Wen Pai, sekarang lagi musim dingin, belajar olah raga air nanti saja di negara Cin." Kata guru olah
Sayur ketiga membuat rongga mulut nya seperti di tusuk tusuk, sayur keempat membuat lehernya sakit seperti ditusuk-tusuk jarum dan sayur kelima seluruh rasa sakit dari sayur kedua sampai keempat.Wen Pai sedang membaca, Husan masuk sambil berkata "Tuan pangeran dipanggil ke ruangan belajar.""Pangeran pakai baju pangeran dulu".Husan mengingat kan.Di tengah ruangan belajar berlutut pangeran kecil yang seluruh badan nya merah membara dan sedang menangis kesakitan.Wen Pai buru buru menghampiri dan menggendong pangeran itu sambil berkata:" jangan berikan gumpalan gula semut lagi, itu bukan obatnya, bawa saja tiap hari kemari, saya coba menyembuhkan dirinya dan akan saya coba menyedot sihir yang kalian lepaskan. Berjanjilah demi keturunan kalian, jangan gunakan sihir hitam lagi."Seperti biasa setiap digendong Wen Pai, pangeran akan tertidur lalu di bawah pulang.Para guru pangeran melihat itu dan berkata :"pantas kah seorang calon putra mahkot
Pesta pernikahan Cin wen Pai dan Shen Ling LIng diadakan sangat meriah di kediaman jendral Shen di istana barat."Hebat kamu, Cin Wen Pai, akhirnya resmi kamu menjadi suami sah Shen Ling ling, lihat kedua jendral Shen pun hadir semua." goda putra mahkota negara Xin."terima kasih" hanya itu yang dapat di ucapkan Cin Wen Pai pada para pangeran dan guru gurunya atas kehadiran mereka di pesta pernikahannya.Sebelum diadakan pesta, Wen Pai dengan di bantu penasehat , ajudan satu dan ajudan dua melindungi seluruh kediaman jendral Shen terutama kediaman utama jendral Shen dan Ling Ling dengan pelindung sihir.Pesta berlangsung sampai tengah malam dan malam ini Cin Wen Pai menunaikan kewajibannya sebagai suami Ling ling. karena keesokan harinya Cin Wen Pai dengan rombongan raja akan berangkat ke negara Cin.Hari ini mereka berangkat."Cin Han, selama dalam perjalanan, jika terjadi apa apa pada saya, saya berharap, kamu dan rombongan j
Gunayanto terbangun dari tidurnya, jadi selama ini, sebagai Gunayanto, dia tertidur terus selain makan dan melakukan kegiatan se hari hari, begitu menjelang malam dia akan tertidur pulas dan pergi dengan badan sakral lalu menjadi Wen Pai. Begitu Wen Pai terjatuh di jurang, Gunayanto tersentak dan bangun dari tidur pulasnya. "Papi , mami besok pulang dari China, " Kata Xingin. "Jadi saya sudah menjalankan hidup sakral saya selama hampir enam minggu. Bagaimana nasib Wen Pai ya, meninggalkah dia? Batin Gunayanto. Pada saat itu Wen pai dinyatakan meninggal dunia. "Pantas, saya tidak bisa jauh dengan Lisa, ternyata dulu juga pernah bersama dengannya sebagai Wen Pai dan Ling Ling." Dengan kembalinya Lisa ke rumah, kehidupan Gunayanto kembali seperti biasa, pergi adu ayam dan melakukan kegiatan rahasia lainnya, yang terselubung. Pada suatu malam Gunayanto tertidur dengan pulasnya dan Lisa tidak berani membangunkannya, hanya setiap mau
Tapi mereka ketemu dengan putra mahkota yang sedang jalan di depan mereka, Wen Pai buru buru menghindar dan di panggil oleh putra mahkota."Hai, budak mau kemana kamu? kemana pun saya dapat mengenalimu."Kata putra mahkota menghampiri mereka.Wen Pai menghentikan langkahnya dan mengikuti pangeran Subwen memberi hormat."Hamba memberi hormat , tuanku putra mahkota.""Ternyata kamu tidak meninggal, kamu tahu kerajaan Cin memberikan tiga hari waktu berkabung dan Ling Ling sampai sekarang masih berkabung."Wen Pai hanya diam dan meminta putra mahkota mengajaknya ke tempat pengeran baju merah untuk melihat pangeran kecil."Paman, paman paman, kamu datang ya." jerit pangeran kecil dari ruangan dalam.Wen Pai hanya tersenyum dan berkata pada putra mahkota:" lihat, bukankah rahasia saya bisa bocor karena anak ini."Sesampainya didepan Wen Pai dia melompat minta di peluk."Seperti inikah perlakuan bidak terhadap majikannya,"
"Hamba Wen Pai memberi hormat kepada Tuan ku Raja", kata Wen Pai sambil memberi hormat dengan berlutut."Hmm, kanapa tidak pulang ke negara Cin, malah kamu kemari?" Tanya Raja dengan marah."Maafkan hamba yang tidak berbakti ini, sekarang hamba tidak bisa menceritakan dulu, harap Tuan ku Raja mengerti." Kata Wen Pai terpaksa, Wen Pai tahu seorang budak tidak boleh mengucapkan kata tidak."HM, kemarilah ", kata Raja.Wen Pai menghampiri Raja dengan berlutut.Setelah sampai didepan Raja, Wen Pai menyembah Raja sampai badannya menempel lantai.Tanpa berkata apa-apa, Raja mencambuk nya beberapa kali."Sudah berapa lama kamu meninggalkan kami ,"tanya Raja"Enam belas hari," jawab Wen Pai dengan takut."Masih takut juga kamu dengan saya," tanya Raja."Tentu Raja, hamba takut pada Raja sebagai anak juga sebagai budak". kata Wen Pai."Husan, siapkan dua kuda, kita pulang malam ini,"kata Raja."Wen Pai,
Putra Mahkota Cin Wen Pai memberi perintah kepada menteri kehakiman:" Selesaikan masalah kamu dengan antek antek mu, kasus ini saya serahkan kepada menteri untuk membubarkan mereka dan membebaskan mereka , jika ada yang harus dihukum, hukumlah , saya mau menteri melaporkan masalah ini setiap tiga hari." "Ya, akan saya selesaikan." kata menteri kehakiman Aiboa. "Baiklah, kalian boleh meninggalkan aula sekarang." Kata Raja. "Wen Pai, sebagai Cin Wen Pai sudah berapa hari kamu meninggalkan kami." Tanya Ratu. "Kira kira dua puluh satu hari." jawab Wen Pai lirih. "Raja, saya mau menempatkan pangeran di kamar pangeran selama dua puluh satu hari." kata Ratu. "Terserah Ratu." kata Raja mengijinkan. Setelah itu Ratu memberikan sihir untuk membuat Wen Pai menghilang dari pandangan semua orang kecuali Raja, Ratu, Pangeran Cin Han. Jendral Shen kecil masuk. "Ada apa, jendral?" tanya Raja. "Tidak pa pa, saya tadinya