Juan memegang perutnya yang sakit, terdapat darah dari sudut bibirnya, " Guru, uhuk uhuk uhuk. " Panggilnya, kembali memuntahkan darah.
Gentala melirik muridnya, " diamlah murid bodoh, akan aku selesaikan dalam satu serangan. "
Gentala memotong salah satu tentakel monster gurita yang mencengkram tubuh Andara menggunakan kipasnya hingga menjadi beberapa bagian, tubuh Andara lepas dari cengkramannya, tubuhnya melayang di udara, Gentala menangkap tubuhnya yang ramping, matanya perlahan terbuka, ia tercengang dengan kehadirannya, " Tuan Gentala? bagaimana bisa? " katanya lalu tak sadarkan diri. Gentala pun membawa tubuh Andara kesisi Juan tak lupa ia pun kembali dan membawa tubuh Kerta putra.
" Jagalah mereka. " katanya seraya pergi, namun tangan Juan menahan kepergiaannya, menatapnya dengan tatapan, takut serta khawatir, " Jangan pergi, "
Gentala tersenyum, meraih tangannya seraya berk
Mata itu menatapnya penuh kecewa, kedua matanya mengeluarkan air mata yang mengalir begitu saja membasahi kedua pipinya, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. " T-t-tuan? " tangan yang bergetar serta berlumuran darah mencoba menyentuh wajahnya. Namun, ' Jleb ' ia menusukkan pisau itu seraya berkata " Maafkan aku. " membuatnya memuntahkan banyak darah dari dalam mulutnya ." Guru! " teriak Juan. ia terbangun dari mimpi buruknya, menatap tangannya tak percaya, air matanya mengalir begitu saja membasahi kedua pipinya.Andara yang ikut terbangun, kaget mendengar teriakan Juan yang tiba-tiba membuatnya penasaran ." Ada apa Juan? " tanyanya, bangun lalu menghampiri Juan.Berbeda dengan Kerta Putra yang tak terusik sama sekali bagaikan putri tidur.Tubuh Juan bergetar, mimpi itu terulang lagi, dimana gurunya meninggal di tangannya sendiri. Setiap mimpi itu datangm Juan beru
" Kenapa? "" Kenapa apanya? "" Kenapa kamu menyelamatkan ku? "Hening sesaat, " apa aku perlu alasan untuk menolong temanku sendiri? "Andara berdiri di belakang Juan dan menatap tak suka pada Kerta Putra. kepala Kerta Putra menunduk seraya memeluk bola itu seakan -akan bola itu adalah nyawanya yang harus dilindunginya dengan sepenuh jiwa." Sampai kapan kalian akan terus diam seperti itu, waktu kita sudah tak banyak lagi, lebih baik kita bergegas menuju ketempat selanjutnya. " Andara berkata, berjalan keluar dari dalam gua. Mereka berdua pun mengikutinya dari belakang tanpa kata.Mereka kini pergi menuju ketempat terakhir, yaitu gunung merapi yang terletak di pulau terpencil, Kerta Putra bergidik ngeri melihat lava yang bergejolak dari dalam gunung itu, " apa kalian yakin, akan memasuki tempat itu? " Kerta bertanya.
Terdapat lima jenis kujang di dunia ini yaitu kujang tembaga, perunggu,logam, perak dan emas. Kujang tembaga memiliki unsur udara, kujang perunggu memiliki unsur tumbuhan, kujang logam memiliki unsur air, Kujang Perak memiliki unsur tanah dan Kujang emas memiliki unsur Api, kelimanya memiliki unsur bumi yang begitu kuat, seperti kujang emas yang berada di depan mata Juan, kujang itu mengeluarkan aura yang begitu kuat, meski berbeda dengan element dasarnya namun kujang emas itu sep seakan-akan memanggilnya, detak jantung nya terus berdegup kencang bahkan tanpa sadar, Juan melangkahkah kakinya ke lava itu hingga Andara menyadarkan nya dengan menarik tubuhnya menjauh dari tebing. " Juan, apa kamu lakukan? !" pekiknya, Juan pun terlonjak kaget lalu tersadar, " a-a-aku, apa yang terjadi? " " Kamu baru saja akan melompat kedalam lava itu, untung saja Andara sadar dengan sikap mu yang tiba-tiba menjadi aneh, dan secara tepat waktu menghentikan
Mereka berdua pun mulai menyerang iblis api itu, Gentala berusaha menciptakan ombak yang besar dari air yang mengelilingi gunung itu, yang akan dia gunakan untuk memadamkan api pada tubuh iblis api itu, sedangkan Juan membantunya memblokir serangan yang di layangkan iblis api itu, ombak itu secara perlahan terbentuk melebihi tinggi tubuh iblis api itu. Menyadari sebuah ombak datang menghampirinya, iblis api itu langsung memasang penghalang dengan apinya, yang bahkan lebih besar dan lebih tinggi dari ombak yang di ciptakan Gentala, jarak antara air dan api itu semakin dekat, hingga air dan api itu saling bertubrukan menciptakan hawa panas serta kabut yang begitu tebal hingga menutupi seluruh area pulau serta menelan tubuh Gentala dan monster api itu. Tubuh Juan sedikit terhempas, beruntung, Widura berhasil memblokir udara panas itu. Perlahan Juan membuka kedua matanya dan menundukan pandanga
Juan pun langsung melayangkan beberapa serangan dengan kekuatan yang baru di dapat nya dari tombak itu, menyerangnya dengan jutaan jarum es. Jarum es itu meluncur dengan cepat kearah iblis itu dan mengenainya, namun, bagaikan memiliki kulit sekeras baja, serangan yang Juan layangkan tak berdampak sedikitpun pada tubuh iblis api itu , bahkan tubuh iblis api itu masih berdiri kokoh dengan lava yang masih melapisi seluruh tubuhnya, Juan tertegun sesaat, bagaimana bisa iblis api itu bisa menahan serangan yang di layangkannya? tak ingin menyerah begitu saja, dia pun menggunakan tombaknya untuk membuat tsunami, namun seakan tahu pergerakan lawan selanjutnya, iblis api itu terus menerus melayangkan seranganya kepada Juan dengan bola-bola apinya, mau tak mau Juan pun bersusah payah menghindari dan memblokir bola api itu agar tak mengenai tubuhnya.Berkat serangan yang terus di layangkannya, membuat pergerakan Juan menjadi terbat
Di dalam hutan yang rimba, ada sepasang anak dan ayah, juga satu orang paman. Tengah mengintai seekor mangsa buruan mereka dibalik semak-semak belukar. Didepan mereka terdapat seekor rusa yang tengah melahap rumput, tanpa tahu bahwa dirinya tengah di intai oleh orang-orang yang ingin memangsanya.Sang ayah berdiri di belakang tubuh sang putra. " Buka kedua kakimu selebar bahu, tubuhmu harus berdiri dengan tegak, tarik tali busurmu hingga menyentuh hidung, " Juan pun terdiam seraya mendengarkan arahan dari sang ayah dengan seksama, " pastikan kedua bahumu sejajar, dan pertahankan posisimu, bidik target mu lalu. . . . tembak sekarang. " titahnya' Syuuuuut, ' anak panah itu terlepas dari tangannya, dan melesat dengan kecepatan angin. ' jleb ' anak panah itu mengenai tepat di kepala rusa itu, sehingga rusa itu mati di tempat, Ranu dan Ayah Juan bersorak ria atas keberhasilan pertamanya. " Kerja bagus, kamu me
" Guru, bukankah ini sedikit kejam?! " ungkap Juan, seluruh tubuhnya mulai gemetar.Gentala yang tengah menikmati secangkir teh mendelik tajam kearah muridnya, " Coba kamu ulangi lagi perkataan mu tadi. "Bulu kuduknya berdiri, ketika mendengar jawaban dingin dari sang guru membuat mulut Juan seketika bungkam, Gentala pun menghentikan aktivitasnya menikmati teh, menghampiri Juan yang sudah gemetar, " bagaimana ini bisa di sebut kejam? kamu hanya mengangkat batu kecil. tak lebih dan tak kurang. "" Apa batu yang setara dengan ukuran sapi itu terbilang kecil? " tanya Juan dengan susah payah." Tentu saja, aku bahkan dulu bisa menahan beban yang lebih besar darimu, tapi aku tak pernah merengek dan menngeluh seperti dirimu ini sekarang." timpalnya santai, " dan jangan bilang kalau kita berbeda, tentu saja kita sangat jauh berbeda dalam segala hal. Jangan hanya ka
Di Desa Rinjing, terdapat sebuah pertandingan yang selalu mereka adakan setiap tahunnya, yang bertempatkan di balai Desa. Semua warga dari kalangan dewasa sangat menantikan pertandingan itu, apalagi hadiah setumpuk emas yang mereka tawarkan sangat tak main-main bahkan menarik banyak minat bagi siapapun, termasuk Gentala.Sebelum menuju tempat pertandingan, Juan dan Gentala ingin memanjakan diri lebih dulu dengan menikmati jajanan yang dijajakan oleh para pedagang jalanan. Layaknya sebuah pasar, ada begitu banyak jenis makanan yang mereka tawarkan sehingga memenuhi jalanan menuju balai desa, para pedagang menawarkan berbagai makanan yang menarik, salah satunya sate katak hijau.Gentala yang merasa terpanggil menghampiri pedagang itu, katak-katak hijau yang telah dibakar dan di lumuri bumbu spesial berjajar begitu rapih, meski ia sedikit jijik namun rasa penasarannya lebih tinggi dari pada rasa j
Tidak terasa, akhirnya aku bisa namatin ini buku, padahal sebelumnya aku bingung mau menamatkan buku ini bagaimana? Terlebih lagi karena kesehatan aku yang kemarin-kemarin sempat drop yang mengharuskan istirahat full. Buat kalian yang sudah setia baca cerita ini dari awal hingga akhir, terima kasih karena sudah mau mampir ke cerita aku yang notabenya masih acak-acakan baik itu dari segi penulisan, alur cerita dan masih banyak lagi kekurangannya, sungguh aku sangat, sangat berterima kasih pada kalian. Di lain cerita, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat di buku ini. Semoga kalian bisa sabar menunggu cerita baru ku. see you next time ^3^ <3 <3 Love you.
Perburuan malam itu membuat setidaknya beban yang berada di pundak Juan terangkat sedikit. Ia menatap sebuah batu giok yang merupakan milik dari Gentala, tangannya menggenggam batu itu lalu membawanya ke dadanya, berharap gurunya yang sudah di alam sana bisa merasakan kerinduannya.Juan tak pernah menyangka bahwa dirinya yang dulunya selalu di hina dan di kucilkan kini berbalik menjadi sosok yang disegani dan di hormati bahkan di takuti oleh banyak kalangan karena kekuatannya yang sudah melegenda.Dirinya tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Gentala akan merubah nasib sepenuhnya, tak pernah terpikirkan olehnya bahwa dirinya akan menjadi seorang Raja.Keesokkan paginya, Juan pun meminta kepada semua mahapatih untuk berkumpul di aula rapat. Sebab ada hal yang ingin dia katakan.Tentunya setelah mendengar titah tersebut para Mahapatih pun berbondong-bondong menuju aula untuk menghadiri rapat.Setibanya di sana, semua mahapatih ya
Di temani oleh Dewi Ayu dan juga Sekar, kini adalah kali pertama Juan mengunjungi pemakaman gurunya, meski masih terasa berat, namun kini dia sudah baik-baik saja, ia pun meletakkan beberapa dupa serta satu kendi berisi air keras. Menangkupkan kedua tangannya lalu mulai berdo'aSetelah selesai mengirim do'a dan mengutarakan perasaannya, Juan berserta ibunya, memilih untuk kembali ke istana, namun di tengah perjalanan dirinya bertemu dengan Rengganis yang baru pulang dari ekspedisinya.Wanita itu memberi salam, lalu berjalan bersama-sama serta berbagi cerita tentang ekspedisinya membantu Sang ayah memusnahkan para bandit yang selalu meresahkan para warga.Meski tak selalu bisa berada di sisi Juan terus menerus, namun Rengganis sebisa mungkin menyempatkan waktu untuk menemui Juan tentunya ia selalu pulang tanpa tangan kosong.Kendati begitu, Rengganis tak pernah tahu tentang perasaan Juan terhadapnya, apakah dia menganggapnya sebagai teman saja? Atau pria i
Perkataan Rengganis membuat Juan tersadar, apa yang dilakukannya selama ini tak akan membuat gurunya kembali ke sisi nya.Ia pun menarik Rengganis ke dalam dekapannya, membuat wanita itu terlonjak kaget akan tindakan yang di lakukan oleh Juan." Maaf. " Kata itu terlontar begitu saja dari mulut Juan, tangannya semakin erat mendekap tubuh wanita itu.Tangan Rengganis yang berniat membalas pelukan itu tiba-tiba berhenti ketika ibu Juan, Dewi Ayu datang bersama Sekar." Ekhem! Maaf ibunda mengganggu kalian. "Rengganis yang terkejut pun langsung bangkit dari posisi ambigunya, ia berdiri seraya merapihkan diri. " Sama sekali tidak bibi. " ujarnya.Seketika suasana di dalam sana berubah menjadi canggung. Semua orang yang berada di dalam sana terdiam, menambah suasana semakin canggung." A-ah kebetulan, Ibunda baru saja memasak wajik kesukaan mu. Apa kamu ingin memakannya putraku? " kata Dewi Ayu memecah kecanggungan di antara mereka.
Beberapa bulan setelah peperangan itu, kerajaan Nemu pun mulai menemukan kembali cahayanya.Namun selama itu kursi tahta itu masih kosong, Sebab Juan menolak untuk mengisinya. Karena mereka tak mungkin memaksa Jaraka yang mentalnya masih hancur. Tapi hanya tinggal Juan saja yang memiliki darah dari Raden Brama Wijaya.Meski sudah di bujuk oleh teman-temannya. Bahkan oleh ibunya sendiri, Juan tetap berkata tidak.Hingga suatu ketika, Gentala memintanya sembari berkata bahwa dirinya ingin melihatnya menjadi seorang raja di sisa akhir hidupnya.Karena gurunya sudah berkata seperti itu, Juan pun mau tak mau harus mengisi kursi itu, dengan syarat bahwa gurunya tak boleh jauh dari dirinya.Gentala pun memutar bola matanya malas.Sungguh merepotkan!" Terserah pada mu saja. Sekalian saja kamu pasangkan tali kekang di leher ku, dan jadikan aku binatang piaraan mu! Kau pikir aku ini Widura! Yang selalu mengikuti mu kemana pun
Setelah berhasil memenangkan peperangan tersebut, Juan maupun Gentala dan Juga Nura sama sama kehabisan tenaga. Ketiganya langsung tak sadarkan diri. Beruntung posisi mereka tak jauh dari Rengganis dan lainnya.Mereka pun berbondong-bondong menghampiri ketiganya.Meski Rengganis dan Ling ling sempat berebut siapa yang akan membawa tubuh Juan? Tapi pada akhirnya Yodha Wisesa lah yang membawanya selaku kakeknya.Sesampainya di camp militer, Ayu Dewi pun langsung memburu tubuh putranya dan langsung memberinya pertolongan pertama.Walau terbilang sangat terlambat, namun ayah Rengganis sebisa mungkin membantu, karena sebelumnya ia terkurung di rumahnya sendiri dan tak bisa melepaskan diri.Alhasil, ia tak membantu sama sekali saat perang berlangsung. Demi menebus dosanya, ia bekerja dua kali lipat di banding yang lain, seperti menyediakan makanan, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya.Saat tahu Ranu adalah Nura yang merupakan seorang
Setelah berkali-kali bertukar kekuatan dengan Agri Brata, lambat laun Juan pun mulai merasa bahwa seluruh tubuhnya sudah tak bisa menahan rasa sakit lagi. bahkan ia merasa bahwa seluruh tulang di badannya seperti sedang diremukkan secara perlahan, sehingga menimbulkan sensasi rasa sakit yang amat luar biasa.Akan tetapi, dia tak bisa menyerah begitu saja dan melewatkan kesempatan langka, sebab ia menyadari bahwa Agri Brata yang merupakan makhluk setengah abadi itu mulai kehilangan kekuatannya. Membuat Juan tak bisa mundur.Tapi sayangnya kedua kakinya sudah tak bisa di gerakkan lagi, bahkan untuk menopang tubuhnya saja sudah sangat sulit, apalagi mengeluarkan kekuatan untuk menyerang." Ayo gerakkan tubuhmu, hanya perlu satu serangan lagi untuk menunju kemenangan. " gumam Juan pada diri sendiri yang tengah berusaha bangkit seraya mengumpulkan tenga.Akan tetapi, seberapa keras ia memaksa tubuhnya untuk berge
Entah siapa yang harus ia salahkan? Apakah ramalan itu? Ataukah karena hasutan istrinya? Maheswara termangu. Hingga sebuah hantaman besar menyadarkannya dari lamunannya.Bledum!! Tubuhnya menghantam sebuah tembok hingga hancur menjadi kepingan yang kecil, dari mulutnya ia memuntahkan banyak kental.Ia terkekeh menerima hantaman tersebut, berkat hantaman itu ia pun menyadari bahwa semua itu karena ambisinya yang terlalu tinggi yang kemudian membutakannya, dirinya bahkan rela mengirimkan ke tujuh saudaranya ke nirwana.Bahkan, ibunya pun ikut menyusul, tak lama setelah ia mengatakan bahwa dia akan menjadi raja.Mungkin ibunya sengaja pergi, agar dirinya tak melihat kehancuran kerajaan di tangan putra sulungnya.Setelah berhasil menduduki tahta, ia mengusir semua selir ayahnya, mengembalikan mereka ke tempat asal mereka. Dan menyisakan mayat ibunya yang sengaja ia awetkan. Supaya dia bisa mendengar dan merasakan bagaimana ia memakmurkan ke
Sejak kepergian Wuyang dan juga Burdana, membuat suasana istana menjadi tak terkendali, banyak pertumpahan terjadi di mana-mana, di mana ketiga putra mendiang raja saling membunuh antar sama lain. Karena mereka percaya bahwa salah satu diantara mereka merupakan penyebab semua ini.Selang beberapa hari , kekuatan Jayara dan Mandana menghilang secara bersamaan. Kecuali Jaraka.Mengetahui hal tersebut, kedua saudara itu bekerja sama untuk membunuh Jaraka, sehingga melupakan bahwa diantara mereka masih ada Maheswara.Di sisi lain Maheswara terduduk manis di dalam kediamannya, menyesap teh panas yang telah di sajikan oleh sang istri seraya menatap permukaan danau yang begitu damai nan tenang.Sejak pembantaian keluarga Burdana yang ia lakukan secara diam-diam, serta mengusir keluarga Wuyang, yang kemudian ia bantai di tengah-tengah perjalanan, meski awalnya sulit.Namun karena ia menyuntikkan racun bunga hitam pada adiknya itu, membuat