Leon mulai mempercepat gerakan-gerakannya, naik turun di atas tubuh indah milik Wulan yang padat berisi walau sudah berumur itu.Tubuh keduanya tenggelam di balik hasrat yang sama-sama telah bergelora hingga menyelimuti tubuh keduanya.Sambil terus bergerak cepat, kadang Leon membuka matanya untuk melihat wajah cantik milik Wulan ini, wajah yang saat ini, tidak jemu-jemu untuk dia tatap ini. Leon terus menikmati tubuh indah ini.Wulan juga mempercepat goyangannya untuk membuat kenikmatan di antara mereka berdua semakin maksimal.Keduanya terus berpacu dengan mata terpejam, merasakan getaran-getaran kenikmatan yang menjalar di tubuh mereka, meresapi gesekan-gesekan yang terjadi di bagian inti tubuh mereka, gesekan yang membawa kenikmatan.Pergerakan yang dilakukan Leon ini semakin lama semakin membuat Wulan mendesah dengan semakin kencang, menjerit dengan semakin nyaring dan bergerak dengan semakin cepat.Keduanya sama-sama bersuara semakin kencang dan terdengar jelas hingga suara mere
Leon terus menatap wajah cantik Wulan untuk mengetahui reaksi di wajah Wulan.Setelah Leon merasa kalau pengaruh yang sebelumnya dirasakan Wulan setelah Wulan berhasil meraih puncak sudah lewat, Leon kembali naik di atas tubuh Wulan.Untuk kembali merangsang Wulan, lebih dulu Leon memainkan lidahnya di tonjolan bukit kembar milik Wulan.Pada awalnya, belum ada reaksi dari Wulan tapi Leon tidak putus asa. Dia terus memainkan lidahnya untuk mengulas tonjolan Wulan yang sudah tegang itu.Belakangan reaksi yang ditunggu Leon itu mulai terlihat. Itu terlihat dari ekspresi wajah Wulan dan gerakan tangannya.Setelah melihat hal itu, maka Leon mulai mengarahkan juniornya yang sudah tegak itu untuk masuk lagi ke dalam daerah kewanitaannya Wulan.Setelah pusakanya masuk ke dalam bagian kewanitaannya Wulan, Leon mulai melakukan penekanan lagi sambil mengecup bibir tipis Wulan.Keduanya saling kecup, saling hisap, saling kecap bibir masing-masing. Lidah mereka mulai saling taut, menciptakan bunyi
Dengan posisi Leon dari belakang seperti ini, pada awalnya Wulan merasakan sakit di bagian inti tubuhnya tapi lama kelamaan, rasa sakit itu menjadi samar bahkan menghilang bahkan mulai terasa enak apalagi karena jari-jari Leon masih terus bermain di butir merah muda milik Wulan.Sehingga lama-kelamaan Wulan mulai merasa enak dengan posisi ini. Wulan tahu kalau ini adalah posisi favorit Leon, ini terlihat dari erangan Leon. Maka Wulan mulai menikmati posisi ini.Dengan melakukan gaya seperti ini, Leon bisa terus memainkan jarinya di butir merah muda milik Wulan dan itu membuat Wulan mulai terhanyut dan dia mulai mendaki sebuah titian tangga surga dunia.Dengan posisi seperti ini, Leon bisa terus memainkan juniornya tanpa henti, tanpa merasakan akan menuju puncak karena dengan posisi ini, walaupun Leon bergerak dengan sangat kencang tapi dia bisa mengontrol dirinya hingga permainannya tidak berjalan singkat tapi berjalan lama dan nikmat.Leon terus bergerak cepat di belakang tubuh Wulan
Dengan gaya ini, Leon merasakannya juniornya terjepit di dalam bagian inti tubuh Wulan dan ini membuat Leon merasa semakin nikmat."Aku ingin terus menikmati tubuhmu, sayang," bisik Leon yang sedang terbawa hasrat ini di telinga Wulan."Aku juga, sayang. Aku ingin kita selalu menikmati ini. Ahhhh... kamu luar biasa, sayang."Mereka berdua kembali saling tempel bibir, lidah mereka saling belit dengan juniornya Leon terus masuk ke tubuh Wulan.Mereka berdua menikmati apa yang ada, menikmati yang sedang berlangsung, menikmati bersatunya tubuh mereka berdua, menikmati rasa yang hadir dari permainan cinta yang sedang mereka lakukan saat ini.Dengan posisi Leon seperti saat ini, dua tangannya bertumpu ke arah ranjang, tubuhnya terus menindih tubuh Wulan, sementara bibirnya terus saling tempel dengan bibir Wulan, keduanya tenggelam dalam rasa indah yang mereka ciptakan bersama ini.Setelah itu, Leon nampak meninggalkan bibir Wulan dan menyusupkan wajahnya ke bantal di samping Wulan, setelah
"Tentu saja aku ingin kamu, Leon. Hihihi. Punya kamu enak banget. Aku gak bisa move on, Leon. Ahhh Aku ingin kamu, Leon. Hihihi." Suara di ujung telpon itu, terdengar dari seseorang yang jiwanya tidak sehat."Kamu tidak sehat, Alicia. Sebaiknya kamu menyerahkan diri. Kamu akan diperiksa dan akan mendapatkan penanganan kejiwaan. Segeralah menyerahkan diri, Alicia." tandas Leon."Asal kamu bersama aku di kamar perawatan. Ok?" tanya Alicia sambil cekikikan."Tidak bisa, Alicia. Kamu yang harus dirawat dan bukan aku.""Kalau gitu, gak seru ah. Ogah! Aku gak mau! Huh, aku sudah membunuh musuhmu. Itu kulakukan untukmu. Tapi, kamu masih juga tidak menghargaiku. Huh!""Apa maksudmu?""Ibu tirinya si lumpuh itu. Aku yang membunuhnya untukmu. Tapi, kamu tidak menghargai aku.""Aku tidak pernah menyuruhmu membunuh Mama Wina, Alicia. Tidak ada sekalipun aku menyuruhmu membunuhnya.""Tapi dia kan telah menjahati kamu dan si lumpuh itu. Aku membereskan Wina untukmu dengan resiko aku bisa di penjara
"Kamu sudah menungguku? Hihihi. Bagus. Aku akan segera mengakhiri penderitaanmu," kata orang yang masuk ke kamar ini yang bukan lain daripada Alicia.Alicia terus berjalan masuk ke dalam hingga dia sudah berada dekat dengan pembaringan tempat Saras berada. Alicia berdiri di antara ranjang dan sebuah meja.Alicia menyeringai memperlihatkan senyuman menakutkannya. Kemudian dia mengeluarkan senjata api genggam dari balik bajunya.Senjata api ini, adalah senjata api yang direbutnya dari seorang dokter yang merupakan temannya. Sebenarnya Alicia datang dengan senjata api ini untuk membunuh para polisi yang berjaga di depan kamarnya Saras.Tapi saat Alicia melihat kalau yang berjaga di depan kamarnya Saras hanya satu orang, maka Alicia lebih memilih untuk menggunakan pisau guna menghabisi polisi itu.Setelah menghabisi polisi itu, Alicia masuk ke dalam kamar ini dengan leluasa.Melihat kalau Saras hanya sendirian di dalam kamar ini, maka Alicia memilih untuk mengeluarkan senjata apinya dan m
Akhirnya Nisa berhasil mendapatkan kembali senjata api itu. Dia berusaha membuka kuncinya tetapi pisau di tangan Alicia sudah menghujam turun ke arahnya.Karena itu, mau tidak mau Nissa harus memakai senjata apinya untuk menahan pisau ituUsaha Nissa berhasil. Pisau itu terjepit masuk di tempat untuk pemicu tembakan pada senjata api di tangan Nissa.Hal ini untuk sementara menyelamatkan Nissa dari kematian tapi akibatnya, ini membuat Alicia semakin kesetanan.Alicia berhasil menarik ujung pisaunya dari senjata api di tangan Nissa. Tarikan Alicia itu berhasil mengenai tangan Nissa sehingga Nissa menjerit kesakitan.Senjata api di tangan Nissa jatuh terlempar ke belakang karena sentakan dari pisau di tangan Alisakemudian dengan cepat Alicia berusaha untuk menghujamkan pisau itu ke tubuh Nissa.Pada saat itulah sebuah tendangan keras sudah mengenai dada Alicia yang membuat Alicia terjungkal jatuh ke arah belakang dengan keras.HgggghhhkkHujaman pisau Alicia, tidak berhasil mengenai tub
KISAH LEON SUDAH TAMAT. SEKARANG KITA IKUTI KISAH NATHAN, SEORANG PRIA HEBAT LAINNYA. "Mengapa kamu lihatin buah dadaku, hah?" Tanya Eva, seorang perempuan seksi berumur 22 tahun sambil mendelik"Eh, gak. Gak, kok." Buru-buru pemuda berumur 19 tahun bernama Nathan melengos ke arah kiri."Kenapa gak lihat lagi? Apa buah dadaku terlihat jelek?"Nathan menggeleng. "Gak kok. Bagus banget malah""Terus kenapa kamu gak lihat lagi, hah?""Kan kamu tadi marahin aku?""Siapa yang marah? Aku cuma gak mau kalau buah dadaku ini cuma dilihatin. Tapi, harus disentuh juga. Tahu!"Nathan menatap Eva. Hampir dia tidak percaya dengan perkataan gadis berdada montok di depannya ini."Kamu siapa?" tanya gadis yang cuma memakai celana pendek dipadu dengan kaos oblong longgar hingga memperlihatkan apa yang ada di dalam kaos oblong itu."Namaku Nathan, ponakan Tante Mila. Dari apartemen 705. Aku disuruh Tante Mila untuk memulangkan ini. Kakak yang namanya Eva, kan?" Rangga menyodorkan sebuah kantong kresek
Nathan yang hendak menuju ke arah pintu untuk keluar dari kamar dan apartemennya ini, terpaksa langsung membalikan tubuhnya dan menjatuhkan diri ke arah pembaringan sebelum Stella melihat gerakannya untuk keluar tadi."Ahhh ... kirain kamu mau kemana. Ternyata kamu ingin menusukku dari belakang. Ya udah. Tusuk, sayang. Aku pasrah," desah Stella manja.Untuk sementara, Nathan belum bisa melanjutkan rencananya untuk keluar dari sini. Terpaksa lah Nathan ikuti kemauan Stella ini.Nathan mulai mengambil posisi di belakang tubuh Nathan. Kemudian dia mulai mengarahkan batang jumbonya ke arah liang kewanitaannya Stella.Stella kembali menjerit kesakitan karena miliknya diterobos oleh batang jumbo itu.Nathan langsung bergerak cepat. Menusuk tanpa perlu menahan-nahan lagi.Kalau pada Eva atau wanita lainnya, Nathan kerap kali agak pelan bahkan sempat berhenti, karena takut akan membuat mereka kesakitan.Tapi, khusus untuk Stella, karena sikap Stella yang menyebalkan, maka, Nathan langsung ber
Walaupun Tasya meminta gretongan tapi karena Tasya sudah terlanjur berada di atas tubuh Nathan dan sudah terlanjur bergoyang, maka Nathan terpaksa pasrah.Nathan biarkan Tasya memainkan milik jumbo Nathan dengan gerakan cepat di atas tubuh Nathan.Nathan mulai mengimbanginya dengan gerakan cepat dan bahkan sangat cepat hingga membuat Tasya mulai terbawa hasrat.Nathan membawa Tasya naik tinggi dalam gairah yang amat sangat hingga akhirnya Tasya merasakan puncak kenikmatannya lagi setelah sebelumnya dia merasakannya saat berada di kamar mandi."Oh ... kamu benar-benar hebat, Nathan. Benar-benar hebat. Aku ingin tahu nomor teleponmu, Nathan.""Aku tidak bisa, Tasya.""Kenapa? Aku kan ingin kembali melakukan hal seperti ini denganmu. Sekarang sih aku sudah capek tapi mungkin besok malam kita bisa melakukan ini lagi. Gimana?""Aku tidak bisa, Tasya. Aku sudah janji untuk tidak memberitahu nomor teleponku pada pelangganku.""Please please please please please. Masak sih kamu akan membiarka
Ayu mengangkat wajahnya. Dia betul-betul menikmati apa yang terjadi ini. Dia betul-betul menikmati bergoyang dengan gaya di atas seperti ini dengan benda besar yang kini mengganjal tubuhnya di bawah sana.Nathan biarkan Ayu bergoyang. Nathan tetap yakin kalau batang perkasanya ini masih tetap perkasa walaupun saat ini tubuhnya sedang ditindih oleh wanita sebesar Ayu, tetapi itu tidak merubah keadaan. Batang perkasanya akan tetap prima seperti yang biasanya diharapkan Nathan.Batang perkasa Nathan ini tidak pernah mengecewakannya, dari dulu hingga saat ini. Karena itu, Nathan yakin sekali kalau batang perkasanya akan terus bekerja maksimal bagi pekerjaan Nathan sebagai pemuas wanita pada saat ini.Ayu semakin mendesah kuat. Jeritannya semakin nyaring terdengar. Pinggulnya terus bergoyang-goyang kadang naik turun kadang memutar kadang ke kiri dan ke kanan.Bagian kewanitaannya terus-menerus menggunakan batang kejantanan Nathan sebagai sarana bagi Ayu untuk mereguk kenikmatan yang dia da
Nathan mendengar sesuatu. Karena itu, Nathan segera berbisik pada Tasya. "Nampaknya Ayu mau bangun.""Tuntaskan aku dulu, Nathan. Ini tinggal dikit, please." Wajah Tasya terlihat memohon. Nathan terpaksa mengiyakannya.Nathan bergerak cepat. Super cepat memasuk keluarkan burung besarnya yang berkilat untuk membuat Tasya kembali menjerit.Tasya tidak peduli lagi kalau Ayu memergoki dirinya di kamar mandi ini. Tasya cuma ingin mereguk kenikmatan hingga dia puas.Tasya ingin mencapai puncak. Tasya tidak mau setengah-setengah. Dia ingin dipuaskan dulu.Tasya kembali menggoyangkan pinggulnya untuk mengarahkan benda jumbo milik Nathan itu di titik-titik yang disukainya.Gerakan cepat Nathan ini, membuat Tasya dengan cepat bisa mengarahkan kepala dari benda jumbo milik Nathan untuk bisa banyak kali menyentuh titik-titik yang Tasya sukai.Tasya semakin menggila karena merasakan kenikmatan yang amat sangat. Dia tidak peduli lagi akan ancaman Ayu memergoki dirinya di sini."Owh ... Nathan. Enak
Semakin kencang karena gesekan-gesekan yang dia rasakan ini, betul-betul memberi surga dunia bagi Ayu yang menghantarkan Ayu naik tinggi ke puncak kenikmatan.Perut Ayu yang dipenuhi lemak itu, bergoyang-goyang mengikuti hentakan demi hentakan yang dilakukan Nathan yang mengalirkan arus listrik kenikmatan di sekujur tubuh Ayu.Ayu terus menutup matanya rapat-rapat sambil menjerit-jerit merasakan desakan kenikmatan yang luar biasa melalui batang jumbo yang keluar masuk mendatangkan rasa yang tidak terkira bagi Ayu.Nathan terus memacu dirinya untuk memberi Ayu kenikmatan dengan gerakan yang bukan sembarang gerakan, tapi gerakan yang sudah menjadi keahlian dirinya yang dia pelajari dalam waktu singkat tapi sudah dia kuasai.Saat bersama Eva, Nathan terus mengasah kemampuannya dengan cara melihat mimik wajah Eva.Nathan pun terbiasa menusuk di arah jam 1 di kedalaman liang kewanitaan milik Eva, untuk menjangkau titik kenikmatan di dalam sana.Tusukan yang tepat dan dalam tempo yang cepat
Tapi tentu saja Nathan tidak bisa memilih-milih pelanggan. Tugasnya hanya melayani pelanggan dan memuaskan pelanggan dan karena Nathan sudah diutus untuk ke sini, itu berarti Tante Ayu sudah membayar kepada Tante Lisa dan mau tidak mau Nathan harus melayani tante gemuk ini.Ayu menatap Nathan dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dia langsung menelan salivanya. "Ini baru enak. Tongkrongannya betul-betul luar biasa, betul-betul mirip dengan yang diceritakan Lisa," batin Ayu.Setelah itu, Ayu mengerling ke arah Tasya. Dia lihat Tasya masih sedang melotot ke arah Nathan. "Woy! Tasya! Kamu ngapain di sini? Kerja sana di bawah."Tasya yang sebenarnya masih sedang menatap ke arah tubuh kekar Nathan sambil menelan ludah, langsung gelagapan. "Iya, bu. Aku segera pergi, bu. Aku segera pergi."Setelah itu, Tasya segera berjalan cepat menuju ke arah lift dan menekan tombol lift. Ternyata lift tidak rusak.Nathan membatin. "Ternyata lift tidak rusak. Nampaknya dia memang sengaja membawaku naik lew
Kita bicarakan nanti soal itu, yang penting, saat ini aku milikmu seutuhnya. Kamu boleh melakukan apapun yang kamu mau padaku, oke?" bujuk Eva sambil mulai menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan untuk menandingi pergerakan Nathan.Dan bujukan Eva itu berhasil membuat Nathan untuk sementara waktu tidak menuntut jawaban dari Eva dan untuk sementara waktu, Nathan tidak meminta jawaban yang konkrit dari Eva karena goyangan Eva yang luar biasa membuat Nathan sudah melupakan hal yang lain itu.Kali ini keduanya bekerjasama dengan sangat apik untuk sama-sama mendatangkan kenikmatan bagi keduanya. Nathan dengan goyangan ke atas dan ke bawah dan langsung ditanggapi oleh Eva dengan goyangan kekiri dan ke kanan bahkan kadang-kadang memutar.Eva membuat Nathan merasa juniornya dimanjakan betul-betul, Nathan merasa terbang ke awang-awang dalam rasa yang sukar untuk dia ucapkan.Goyangan yang dilakukan Eva ini semakin mendatangkan rasa nikmat bagi Nathan sehingga Nathan semakin terlena, semaki
Sekarang ini, gantian Nathan yang mendesah. Matanya terpejam merasakan permainan lidah yang saat ini sedang dilakukan Eva di permukaan juniornya.Nathan menengadahkan wajahnya ke atas, ke arah kepala ranjang dan kali ini gantian dialah yang meremas-remas sprei ranjangnya karena dia merasakan sensasi yang begitu luar biasa yang dia rasakan karena bibir dan mulut Eva yang memanjakan juniornya.Nathan berdesah semakin liar, dia begitu terjebak dalam nikmat oleh permainan yang sedang dilakukan Eva ini.Sebenarnya kalau Nathan mau, dia bisa mendapatkan hal yang seperti ini dari wanita lain tetapi mereka semua itu, tidak special bagi Nathan sehingga rasanya tidak sehebat ini.Nathan tidak sembarangan memberikan tubuhnya untuk wanita lain, dia cuma ingin melakukan hal seperti ini dengan wanita yang istimewa di hatinya atau dibayar dengan nilai tinggi dan Eva adalah satu-satunya wanita istimewa di hatinya yang dia izinkan untuk menyentuh tubuhnya dan dia akan merasa suatu rasa nikmat yang lua
Ternyata Nathan mengambil es batu di kulkas kamarnya Eva. Setelah itu, dia kembali ke ranjang sambil tersenyum ke arah Eva. Kemudian dia mulai meneteskan es batu itu ke butir merah muda sebelah kiri milik Eva.Eva merasakan rasa dingin yang membuainya saat cairan es batu itu jatuh di butir merah muda miliknya.Setelah beberapa tetesan, tiba-tiba bibir Nathan kembali menyerang ke arah butir merah muda milik Eva yang ranum ini.Nathan mulai menjilati butir merah muda yang terkena cairan es batu itu dan ini membuat Eva tersentak ke atas, dia merasakan rasa dingin yang amat sangat, bercampur dengan rasa geli sebagai akibat dari jilatan lidah Nathan yang membuat hasrat Eva naik jauh tinggi ke atas.Eva merasakan suatu kenikmatan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Tindakan Nathan yang memasukkan es batu dalam permainannya, membuat Eva makin ketagihan dan terbuai tak berdaya dalam rasa nikmat yang tak tertahankan yang membuat dia hanya bisa pasrah, pasrah akan apapun yang Nathan ingin