Reynard yang baru keluar dari kamar mandi hanya dengan sehelai handuk yang dililit di pinggangnya, melotot tajam pada sosok wanita yang tengah melangkah mendekatinya dengan gerakan menggoda."Siapa yang mengizinkanmu masuk?" tanyanya setengah menggeram. Nada hanya mengenakan lingerie yang memang ditujukan untuk menggoda iman pria itu seolah tak takut sama sekali. Justru mulai berani menyentuh bahu telanjang Reynard,"Tidak ada. Aku masuk karena aku memang mengetahui password pintu kamarmu itu," jawabnya dengan santai. Ia hanya tertawa ringan saat Reynard menahan tangannya yang mulai bergerak ke area intim pria itu,"Keluar!" hardik Reynard dengan kasar."Sudah tiga bulan kita menikah, tapi kamu sama sekali belum menyentuhku.""Aku tidak akan pernah menyentuhmu!" geram Reynard.Sambil terus tersenyum menggoda, Nada menyapukan pandangannya mulai dari wajah Reynard, lalu turun ke dada bidangnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus pembangkit virus libido pada wanita, kemudian turun lagi ke pe
Acara konferensi pers itu sengaja diadakan pagi hari, agar tidak hanya karena Reynard dan Keanu saja yang energinya masih full, tapi juga energi para wartawan dari berbagai media yang mereka undang. Mereka tidak mau memberikan informasi penting di sore atau malam hari, dimana energi para awak media telah terkuras.Meski penandatanganan kerjasama itu mundur dua bulan dari waktu yang Reynard dan Keanu sepakati, Keanu tetap bersikeras melanjutkan kerjasamanya dengan Reynard. Ia memahami situasi Reynard yang sedang berduka.Selama berlangsungnya konferensi pers, acara berjalan dengan lancar. Dan untungnya tidak ada satu pun media yang bertanya penyebabnya mundurnya penandatanganan itu, atau ada yang berhasil mendapatkan berita mengenai kakek Nicolai yang menjadi korban penusukan."Baiklah, kita akhiri sesi tanya jawab hari ini. Untuk menjawab pertanyaan rekan media sekalian mengenai model yang akan menjadi Brand Ambassador, kami perkenalkan salah model cantik yang sudah pasti kalian semua
"Senang melihatmu pulih kembali, Ded," ucap Reynard sambil mengecup pipi kakek Nicolai.Setelah mendapatkan kabar kalau kakeknya sudah sepenuhnya pulih, Reynard langsung menuju rumah sakit tanpa buang waktu lagi. Sekarang, hanya tinggal bekas luka tusukannya saja yang sesekali terasa nyeri."Sebenarnya, sudah dari dua hari yang lalu, Rey. Tapi Ded tidak mau mengganggu press conference yang kamu adakan dengan Keanu, itu makanya Ded meminta pihak rumah sakit dan juga Sean, agar tidak memberitahumu lebih dulu. Bagaimana, berjalan dengan lancar?""Maafkan aku karena tidak bisa menjagamu, Ded. Seandainya saja aku tidak meninggalkan Vanya di sana seorang diri, mungkin Ded tidak akan terluka hingga nyaris meninggalkan dunia ini."Kakek Nicolai menatap penuh Reynard. Ia masih belum mau memberitahu Reynard kalau Zevanya lah putri dari Olivia, mantan kekasih kakek Nicolai, wanita yang seharusnya Reynard nikahi.Meski kakek Nicolai sangat ingin Reynard mengakhiri pernikahannya dengan Nada. Namun
Saat Reynard sampai di kamar rawat papanya Zevanya, petugas resusitasi jantung paru tengah melakukan kompresi dada papanya Zevanya. Selang dua menit kemudian petugas lainnya bergantian melakukan CPR itu yang kemungkinan untuk menjaga kestabilan kompresi. Sebelumnya pernah dilakukan prosedur CPR pada kakek Nicolai saat henti jantung, dan sekarang papanya Zevanya mengalami hal yang serupa. Reynard terus berdoa dalam hatinya agar papanya Zevanya dapat bertahan. Jika tidak, Reynard tidak dapat membayangkan akan sebenci apa Abercio nanti padanya. Jantung Reynard semakin berdegup kencang, saat operator defibrilator menjalankan tugasnya memberi tegangan listrik ke dada papanya Zevanya, lalu petugas resusitasi jantung paru kembali melakukan kompresi dada. Begitu terus secara berulang, namun tidak membuahkan hasil. Layar monitor tetap menunjukkan garis lurus. "Dok ... " Salah satu perawat menatap lurus sang dokter. "Pasien atas nama Hector. Waktu kematian pukul 14.00!" ucap dokter itu de
Zevanya merasakan sakit yang luar biasa hingga dibatas maksimal rasa sakit yang dapat tubuh manusia toleransikan. Seolah tiap bagian tubuhnya dipatahkan centi per centinya, dan jauh lebih menuakitkan lagi saat samar-samar Zevanya mendengar suara dari wanita yang menyiksanya itu, "Berbahagialah di Neraka! Itu pesan dari Tuan Rey untukmu!"Sesaat sebelum Zevanya ambruk. Saat itu, hanya bayangan wajah Abercio saja yang memenuhi penglihatannya, juga kekhawatirannya mengenai kesedihan yang pastinya akan Abercio rasakan, selepas kematian Zevanya.Sampai akhirnya Zevanya merasakan hawa panas di sekitarnya, juga kepulan asap yang memenuhi rongga pernapasannya."Bakar semua, dan buat seolah kecelakaan!" perintah wanita yang sama tadi sebelum meninggalkan Zevanya menjemput ajalnya.Reynard ...Bersamaan dengan semakin berkurang kesadarannya, bayangan Abercio pun perlahan menghilang, berganti dengan wajah bengis Reynard saat terakhir kalinya Zevanya bertemu dengannya, juga setiap patah kata Reyn
Evelyn melangkah pelan mendekati Abercio dengan kelopak matanya yang bergetar karena menahan tangisnya. Sambil berlutut untuk menyamakan tingginya dengan Abercio, Evelyn menahan jemarinya yang sangat ingin mengusap kepala Abercio, dan merengkuh putranya itu ke dalam pelukannya.Namun Evelyn harus bisa menahan dirinya. Ia tidak mau identitasnya terbongkar seketika jika ia melakukan itu. Jadi, setelah menguatkan dirinya agar tidak berlinangan airmata, Evelyn pun menyebut nama Abrcio dengan lirih, "Cio ... "Saat itu barulah perhatian Abercio tertuju pada Evelyn. Kedua matanya jelas menggambarkan jiwanya yang sedang bersedih, meski Abercio berusaha terlihat tegar. Dada Evelyn semakin terasa sesak karenanya."Tante siapa?" tanya Abercio sambil menatap lekat-lekat wajah Evelyn."Umm, nama Tante Evelyn, Tante teman kerja Daddymu. Tante turut berduka cita untukmu, Sayang. Kamu yang sabar ya, anak laki-laki harus kuat dalam kondisi apa pun," jawab Evelyn dengan lembut, menahan suaranya agar
"Dan mungkin saja Mommy masih hidup sekarang," timpal Abercio sebelum lari secepat ia bisa menuju kamarnya. Meninggalkan Reynard dengan segala kebodohan yang telah pria itu lakukan. "Kau tetap di sini!" perintah Reynard dengan tegas saat Dira hendak menyusul Abercio."Cio membutuhkanku!" Dira tidak menghentikan langkahnya. Namun geraman Reynard selanjutnya membuat langkah Dira seolah terpaku di tempatnya,"Berhenti atau aku akan mematahkan kedua kakimu!"Sepertinya Dira telah membuat pria yang sangat berkuasa itu marah. Apa Reynard akan menuntut balas atas tamparan Dira barusan? Tubuh Dira gemetar seketika, meski ia mampu menutupinya dengan sikap ketusnya,"Mau satu tamparan lagi?" tanya Dira. Ia mengerang dalam hati atas kebodohannya yang kembali memancing amarah Reynard.Meski Abercio sangat dekat dengan Dira, itu tidak menjamin kalau Reynard tidak akan menghukumnya. Seorang Zevanya yang jelas-jelas menduduki tempat khusus di hati Reynard saja bisa menemui ajalnya dengan tragis, ap
Kehidupan model memang tidak pernah lepas dari kata glamour. Sebagai model pendatang baru, agar bisa diakui di kalangan model, Evelyn harus tampil sempurna. Seperti produk papan atas berjalan. Harus tetap terlihat stylish dan sophitiscated dimana pun ia berada."Meski terlihat mudah, namun berlenggak-lenggok di atas catwalk butuh konsentrasi penuh. Salah melenggok sedikit saja, kita bisa tergelincir dari panggung. Dan kalau itu terjadi, bisa kamu bayangkan akan semalu apa kita nantinya, apalagi kalau sedang event bergengsi seperti Paris Fashion Week misalnya," saran Aurora pada Evelyn di back stage.Sebenarnya, bukan kali pertama Aurora mengingatkan Evelyn perihal itu. Aurora selalu mengingatkannya tiap kali mereka terlibat di event yang sama, seperti malam itu."Ya, terima kasih sudah mengingatkanku lagi, Aurora."Setelah melirik kanan dan kirinya untuk memastikan tidak ada orang lain selain mereka berdua, Aurora meraih tangan Evelyn saat berbisik,"Aku turut berduka cita atas kemati
Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah."Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan juga
"Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti
Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada
Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me
Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam
Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men
"Kamu yang ngajarin dia ya?" tukasnya."Astaga, tentu saja tidak, Sayang. Ini murni keinginan putra kita sendiri. Kamu bisa bertanya langsung padanya," sangkal Reynard. Ia bersikap seolah-olah terluka oleh tuduhan Evelyn itu, hingga balik badan meninggalkan Evelyn dengan perasaan bersalahnya.Sesuai dengan harapannya, Evelyn pun bergegas mengejarnya, "Rey, tunggu!"Tepat saat Evelyn meletakkan tangannya di lengan Reynard. Reynard langsung balik badan dan menekan Evelyn hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan dinding,"Kamu tidak marah, 'kan?" tanya Evelyn."Marah? Sekarang aku tidak bisa marah lagi padamu, Sayang. Tadi aku hanya menggodamu saja, ingin tahu seperti apa reaksimu saat aku merajuk," kekeh Reynard, ia tertawa lebar saat Evelyn memukul dadanya dengan kepalan tangannya,"Kamu jahat! Tadi aku takut sudah membuatmu marah dan sakit hati.""Marah dan sakit hati? Itu dua hal yang tidak akan terjadi padaku, setidaknya jika menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, jangan pernah meng
Reynard menatap geli Evelyn yang seolah tenggelam di dalam balutan selimutnya itu,"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya."Aku mau ke kamar mandi," jawab Evelyn, sengaja hanya menatap mata Reynard saja, bukan ke tubuhnya yang lain.Seolah ingin terus menyiksa Evelyn dengan gairahnya, Reynard sengaja bersandar di daun pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya, dengan tatapannya yang menggoda."Lepaskan saja selimut konyol kamu itu, memangnya apa yang mau kamu sembunyikan dariku, Sayang?""Aku tidak menyembunyikan apa pun?""Apa kamu yakin?""Astaga, Rey ... Kamu mengira aku mencuri?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi,"Yang bilang kamu mencuri siapa?""Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu di balik selimut ini!" Evelyn menyipitkan kedua matanya saat tawa Reynard pecah. Belakangan ini, wajah pria itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya yang memikat, atau tawa lepasnya yang menular seperti sekarang ini. Bagaimana Ev
Leguhan kenikmatan mengalir begitu saja dari mulut Evelyn saat Reynard memainkan lidahnya di bawah sana. Gerakan yang mengirimkan gelenyar kenikmatan ke seluruh tubuh Evelyn, yang juga membangunkan seluruh saraf Evelyn, hingga rasanya Evelyn akan mati karena kenikmatan."Rey ... Aahh please ... " racau Evelyn. Ia tidak tahu permohonan apa yang ingin ia ucapkan. Meminta Reynard terus melakukan yang tengah pria itu lakukan sekarang? Atau meminta Reynard segera menyatukan diri mereka?Evelyn bahkan tidak menyadari kapan Reynard melepaskan satu-satunya pakaian dalam yang tersisa pada dirinya. Atau Reynard merobeknya? Entahlah.Alih-alih segera mewujudkan keinginan Evelyn untuk mneyatukan tubuh mereka, tangan Reynard malah bergerak naik ke atas, untuk menangkup salah satu bukit kenikmatan Evelyn, sementara lidah pria itu masih bermain-main di bawah sana, yang semakin membuat Evelyn meleguh penuh kenikmatan, sebelum akhirnya pinggulnya terangkat tinggi saat mencapai puncaknya."Rey!" teriak