"Aku akan dengan senang hati menerimanya, sebagai penebusan dosa-dosaku padamu, Sayang. Dan Cio, aku yakin sekali kalau putra kita itu akan mengerti, dan malah akan memberikan dukungan tanpa batas padamu juga pastinya."Evelyn baru akan merespon bujukan Reynard itu ketika tiba-tiba terdengar keributan di luar pintu."Kenapa saya tidak boleh bertemu dengan tunangan saya sendiri? Kalian mau mati ya?""Ken ... Itu suara Keanu!" pekik Evelyn sebelum mendorong Reynard dan menghambur ke arah pintu. Reynard mengikuti di belakang wanita itu."Ken ... ""Lily? Kamu tidak apa-apa?" tanya Keanu dengan panik, pria itu mengusap lembut rambut basah Evelyn sebelum menariknya ke dalam pelukannya.Dengan isyarat tangannya, Reynard melarang anak buahnya yang akan mengusir Keanu lagi. Secara serempak mereka mengangguk sebelum akhirnya berlalu pergi."Aku khawatir setengah mati saat ada yang memberitahuku kalau kamu tenggelam tadi." Keanu menarik sedikit dirinya untuk menatap llekat-lekat Evelyn,"Kamu s
"Lily Hamil?" tanya Reynard dengan nada tidak percaya."Kemungkinan besar iya, mengingat intensitas penyatuan kami yang tidak pernah terlewat satu hari pun."Keanu menepuk pelan pundak Reynard saat menambahkan, "Tadinya aku akan meluapkan amarahku padamu karena telah menempatkan wanitaku dan calon anak kami dalam bahaya! Tapi aku mengurungkan niat aku itu, karena aku melihat dengan mata kepala aku sendiri, kalau Lily baik-baik saja."Keanu tersenyum puas saat melihat kening Reynard mengkerut dalam. Batin pria itu pasti sedang berperang sekarang, antara menerima Evelyn beserta dengan anak yang sedang berkembang di dalam rahimnya, atau melepaskan wanita itu.Kalau Reynard memang sangat mencintai Evelyn dengan tulus, pria itu pasti akan mau menerima Evelyn apa adanya. Tapi jika tidak, Keanu akan memastikan pria itu tidak akan pernah melihat Evelyn lagi, dan juga Abercio.Keanu telah melihat dan merasakan penderitaan Evelyn yang begitu hebat akibat dari perbuatan Reynard. Berat rasanya m
Reynard yang terkenal dengan kearoganannya, dengan harga dirinya yang terlalu tinggi, yang tidak pernah sekalipun merendahkan dirinya pada orang lain, termasuk juga pada kakek Nicolai. Sekarang hendak bersujud dan memohon agar Keanu melepaskan Evelyn. JIka itu bukan cinta yang teramat besar yang pria itu miliki untuk Evelyn, lalu apa namanya? "Sial kau, Rey! Tuangkan segelas Brandy itu untukku!" Tanpa ragu Reynard menuangkan Brandy ke gelas kosong, sebelum menyerahkannya pada Keanu, "Terima kasih," ucap Reynard. "Untuk apa terima kasih itu?" tanya Keanu sebelum menyesap Brandynya dan duduk di barstool seberang Reynard. "Untuk semua kebaikan yang sudah kamu lakukan untuk Lily. Aku akui, kalau bukan berkat bantuanmu, mungkin saja sekarang ini Lily benar-benar telah terbaring di makam itu, alih-alih wanita lain tanpa identitas itu," jawab Reynard dengan sungguh-sungguh. "Sudah sewajarnya aku melakukan itu pada calon istriku. Aku sudah menegaskan pada diriku sendiri kalau Lily adal
"Mommy, Daddy tidak sedang bertengkar dengan Om Ken, kan?" tanya Abercio sesaat setelah memasuki kamar Evelyn. Meletakkan pengering rambut di meja riasnya, Evelyn memutar kursinya hingga bertatapan langsung dengan Abercio,"Mereka bertengkar?" Evelyn malah balik bertanya dengan wajah khawatir. Baik Keanu maupun Reynard, keduanya sama-sama memiliki kedudukan tersendiri di dalam hati Evelyn, meski dengan cara berbeda. Ia tidak mau keduanya terluka dalam pertengkaran itu."Sepertinya begitu, Mom. Dari balik pintu ruang kerja Daddy, aku bisa mendengar mereka saling meninggikan suara. Kalau bukan bertengkar lalu apa namanya?""Cio, tidak Mommy tidak pernah mengajarkan kamu menguping pembicaraan orang dewasa. Itu tidak sopan, Sayang. Jangan pernah melakukan itu lagi!" tegur Evelyn."Aku mengkhawatirkan mereka, Mom. Aku takut mereka baku hantam di ruang kerja Daddy. Aku tidak mau Daddy terluka, juga Om Ken. Meski aku tidak mau Om Ken menjadi Daddyku, tapi Om Ken pria yang baik, meski tidak
Tatapan mengeritik Keanu tertuju pada Evelyn, "Kamu menguping pembicaraan kami, Sayang?" tanyanya.Belum sempat Evelyn menjawab pertanyaan Keanu, Reynard sudah lebih dulu menarik lengan Evelyn untuk memeluknya,"Kamu dengar barusan kan, Ly? Sekarang kamu tidak perlu mengkhawatirkan perasaan Mr. Ken lagi. Karena apa pun perasaan yang dia miliki untukmu tidak lebih dari ayah dan putrinya," desah Reynard penuh kelegaan. Evelyn segera melepaskan diri dari Reynard,"Maksud pertanyaanku tadi bukan mengenai perasaan Ken padaku. Tapi tentang keputusan Ken yang sudah pervaya sepenuhnya kalau kamu benar sudah berubah!" sanggah Evelyn, disusul tawa tertahan Keanu saat melihat wajah tercengang Reynard,"Ya begitulah Rey, Ly. Terlalu percaya diri," kekehnya yang langsung mendapatkan tatapan tajam Reynard."Oh, kau tidak perlu menatapku seperti itu, Rey. Bukan aku yang meragukanmu barusan."Setelah menghentak lepas tangannya dari cengkraman Reynard, Evelyn melangkah mendekati Keanu,"Apa kamu suda
"Bagus! Mulai sekarang, hiduplah dengan identitas barumu itu, Ly. Tidak ada lagi Zevanya yang naif dan polos. Sekarang hanya ada Evelyn yang mandiri dan berani menentukan sikap, serta tidak mudah ditindas!" Keanu mengusap lembut puncak kepala Evelyn.Evelyn menahan tangan Keanu, lalu meremasnya dengan lembut, "Semua berkat kebaikanmu, Ken. Aku berhutang banyak padamu," lirihnya."Kamu tidak berhutang apapun padaku, Ly. Tujuanku mencari keberadaanmu karena aku memang ingin membantumu. Semua yang aku lakukan padamu, tidak sebanding dengan apa yang telah Mamamu berikan pada Liaku. Sama sekali tidak ternilai harganya, bahkan jika aku menyerahkan seluruh harta kekayaanku sekalipun."Tatapan lembut Keanu yang ditujukan pada Evelyn, berubah masam saat beralih pada Reynard,"Maafkan aku yang terlambat menemukanmu, dan menyebabkan Reynard yang menemukanmu lebih dulu. Kalau kamu telah tinggal bersamaku, aku jamin pria sialan itu tidak akan pernah menemukanmu, jika memang kamu tidak ingin ditem
"Apa yang ingin kamu bicarakan, Dad?""Hmm, aku masih belum tahu harus memulainya dari mana, Ly. Tapi aku harap, setelah mengetahui masalah ini, keputusanmu untuk kembali pada Rey tidak akan berubah."Sorot mata Evelyn menatap lekat-lekat Keanu, "Masalah apa, Dad?" tanyanya setengah bingung setengah penasaran."Kamu mau melakukan sesuatu yang membuatmu yakin seratus persen kalau Reynard telah benar-benar berubah?""Dad, jangan membuatku semakin bingung. Melakukan apa? Masalah apa?" desak Evelyn."Kamu masih ingat dengan obat yang Ramon berikan padamu dan mengendalikan alam bawah sadarmu seperti Zombie?""Di hari penusukan Tuan Nicolai? Ya, kamu pernah menceritakan masalah obat itu padaku, Dad.""Nada memberikannya juga pada Reynard.""Untuk apa?" tanya Evelyn. Hatinya mulai terasa tidak nyaman, dan irama jantungnya mulai berdetak cepat."Melakukan hubungan intim dengan Reynard," jawab Keanu, Evelyn langsung menagkup mulutnya dengan tangannya,"Ya Tuhan! Apa itu berhasil?" "Ya, Merek
"Ck, sama saja dengan Rey, mudah merajuk ... " kekeh Keanu lagi. Ia menahan lengan Evelyn yang hendak melangkah pergi meninggalkannya,"Kamu tidak mandul, Ly!" beritahunya, yang langsung sukses mendapatkan perhatian penuh Evelyn lagi,"Apa kamu bilang?" "Seperti yang kamu dengar.""Ken, ini tidak lucu.""Ah, kalau sedang merajuk, kamu akan kembali memanggilku Ken lagi, bukan Daddy," keluh Keanu."Aku serius, masalah rahimku bukan bahan untuk guyonan, Dad.""Yang menjadikannya bahan guyonan siapa? Kamu saja yang terlalu sensitif. Apa selama ini aku pernah main-main dengan ucapanku?""Aku tidak mandul?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya."Tepat sekali!" jawab Keanu."Tapi dokter bilang ... ""Miss Hector didiagnosa infertilitas atau mandul, ya kan?" potong Keanu."Apa Dira yang memberitahumu? Karena yang tahu masalah ini hanya aku dan Dira saja. Rey juga, tapi tidak mungkin Rey yang memeritahumu 'kan?""Kamu memberitahu masalah ini pada Rey, tapi tidak padaku, Ly? Aku kira aku sud
Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah."Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan juga
"Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti
Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada
Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me
Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam
Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men
"Kamu yang ngajarin dia ya?" tukasnya."Astaga, tentu saja tidak, Sayang. Ini murni keinginan putra kita sendiri. Kamu bisa bertanya langsung padanya," sangkal Reynard. Ia bersikap seolah-olah terluka oleh tuduhan Evelyn itu, hingga balik badan meninggalkan Evelyn dengan perasaan bersalahnya.Sesuai dengan harapannya, Evelyn pun bergegas mengejarnya, "Rey, tunggu!"Tepat saat Evelyn meletakkan tangannya di lengan Reynard. Reynard langsung balik badan dan menekan Evelyn hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan dinding,"Kamu tidak marah, 'kan?" tanya Evelyn."Marah? Sekarang aku tidak bisa marah lagi padamu, Sayang. Tadi aku hanya menggodamu saja, ingin tahu seperti apa reaksimu saat aku merajuk," kekeh Reynard, ia tertawa lebar saat Evelyn memukul dadanya dengan kepalan tangannya,"Kamu jahat! Tadi aku takut sudah membuatmu marah dan sakit hati.""Marah dan sakit hati? Itu dua hal yang tidak akan terjadi padaku, setidaknya jika menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, jangan pernah meng
Reynard menatap geli Evelyn yang seolah tenggelam di dalam balutan selimutnya itu,"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya."Aku mau ke kamar mandi," jawab Evelyn, sengaja hanya menatap mata Reynard saja, bukan ke tubuhnya yang lain.Seolah ingin terus menyiksa Evelyn dengan gairahnya, Reynard sengaja bersandar di daun pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya, dengan tatapannya yang menggoda."Lepaskan saja selimut konyol kamu itu, memangnya apa yang mau kamu sembunyikan dariku, Sayang?""Aku tidak menyembunyikan apa pun?""Apa kamu yakin?""Astaga, Rey ... Kamu mengira aku mencuri?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi,"Yang bilang kamu mencuri siapa?""Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu di balik selimut ini!" Evelyn menyipitkan kedua matanya saat tawa Reynard pecah. Belakangan ini, wajah pria itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya yang memikat, atau tawa lepasnya yang menular seperti sekarang ini. Bagaimana Ev
Leguhan kenikmatan mengalir begitu saja dari mulut Evelyn saat Reynard memainkan lidahnya di bawah sana. Gerakan yang mengirimkan gelenyar kenikmatan ke seluruh tubuh Evelyn, yang juga membangunkan seluruh saraf Evelyn, hingga rasanya Evelyn akan mati karena kenikmatan."Rey ... Aahh please ... " racau Evelyn. Ia tidak tahu permohonan apa yang ingin ia ucapkan. Meminta Reynard terus melakukan yang tengah pria itu lakukan sekarang? Atau meminta Reynard segera menyatukan diri mereka?Evelyn bahkan tidak menyadari kapan Reynard melepaskan satu-satunya pakaian dalam yang tersisa pada dirinya. Atau Reynard merobeknya? Entahlah.Alih-alih segera mewujudkan keinginan Evelyn untuk mneyatukan tubuh mereka, tangan Reynard malah bergerak naik ke atas, untuk menangkup salah satu bukit kenikmatan Evelyn, sementara lidah pria itu masih bermain-main di bawah sana, yang semakin membuat Evelyn meleguh penuh kenikmatan, sebelum akhirnya pinggulnya terangkat tinggi saat mencapai puncaknya."Rey!" teriak