"Apa yang ingin kamu bicarakan, Dad?""Hmm, aku masih belum tahu harus memulainya dari mana, Ly. Tapi aku harap, setelah mengetahui masalah ini, keputusanmu untuk kembali pada Rey tidak akan berubah."Sorot mata Evelyn menatap lekat-lekat Keanu, "Masalah apa, Dad?" tanyanya setengah bingung setengah penasaran."Kamu mau melakukan sesuatu yang membuatmu yakin seratus persen kalau Reynard telah benar-benar berubah?""Dad, jangan membuatku semakin bingung. Melakukan apa? Masalah apa?" desak Evelyn."Kamu masih ingat dengan obat yang Ramon berikan padamu dan mengendalikan alam bawah sadarmu seperti Zombie?""Di hari penusukan Tuan Nicolai? Ya, kamu pernah menceritakan masalah obat itu padaku, Dad.""Nada memberikannya juga pada Reynard.""Untuk apa?" tanya Evelyn. Hatinya mulai terasa tidak nyaman, dan irama jantungnya mulai berdetak cepat."Melakukan hubungan intim dengan Reynard," jawab Keanu, Evelyn langsung menagkup mulutnya dengan tangannya,"Ya Tuhan! Apa itu berhasil?" "Ya, Merek
"Ck, sama saja dengan Rey, mudah merajuk ... " kekeh Keanu lagi. Ia menahan lengan Evelyn yang hendak melangkah pergi meninggalkannya,"Kamu tidak mandul, Ly!" beritahunya, yang langsung sukses mendapatkan perhatian penuh Evelyn lagi,"Apa kamu bilang?" "Seperti yang kamu dengar.""Ken, ini tidak lucu.""Ah, kalau sedang merajuk, kamu akan kembali memanggilku Ken lagi, bukan Daddy," keluh Keanu."Aku serius, masalah rahimku bukan bahan untuk guyonan, Dad.""Yang menjadikannya bahan guyonan siapa? Kamu saja yang terlalu sensitif. Apa selama ini aku pernah main-main dengan ucapanku?""Aku tidak mandul?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya."Tepat sekali!" jawab Keanu."Tapi dokter bilang ... ""Miss Hector didiagnosa infertilitas atau mandul, ya kan?" potong Keanu."Apa Dira yang memberitahumu? Karena yang tahu masalah ini hanya aku dan Dira saja. Rey juga, tapi tidak mungkin Rey yang memeritahumu 'kan?""Kamu memberitahu masalah ini pada Rey, tapi tidak padaku, Ly? Aku kira aku sud
"Kenapa lama sekali?" tanya Reynard sambil menarik tangan Evelyn dan merangkul Evelyn sesaat setelah wanita itu dan Keanu keluar dari ruang kerja Reynard."Jangan bilang kau menunggu kami di depan pintu seperti kucing yang sedang minta makan," ledek Keanu dengan sebelah alisnya yang terangkat tinggi."Aku mengkhawatirkan istriku.""Kalian belum menikah.""Kami pasti akan menikah. Bukan begitu, Sayang?" Reynard mengedipkan sebelah matanya pada Evelyn, sesuatu yhang tidak pernah Reynard lakukan sebelumnya."See? Rey sudah menjadi budak cintamu, Ly. Sebaiknya kalian segera menikah dalam waktu dekat, sebelum pria itu bertambah menggila," saran Keanu sambil menggelengkan kepalanya. Reynard pun tersenyum sumringah,"Seperti tidak pernah merasakannya saja kau Ken," kekehnya."Daddy.""Aku lebih nyaman memanggil namamu saja.""Itu juga bagus. Dan aku sarankan pernikahan kalian dilakukan sebelum pembukaan cabang produk baru kita di London. Kalian bisa sekalian bulan madu di sana.""London?" ta
Sesuai dengan keinginan Evelyn pesta pernikahannya dengan Reynard berlangsung sederhana. Hanya sahabat dan saudara dekat saja yang mereka undang. Mengingat Evelyn tidak memiliki keluarga lagi, sementara Reynard hanya tinggal kakek Nicolai saja, jadi kurang dari sepuluh orang yang hadir.Atau tadinya kurang dari sepuluh orang, tapi karena Keanu menghadirkan semua keluarga besarnya, jadi jumlah yang hadir mencapai lima puluhan lebih."Lily sudah menjadi bagian dari keluarga Adipramana. Jadi, kami semua wajib hadir ke pesta pernikahan keluarga kami." Itulah alibi Keanu saat itu. Dan mau tidak mau Reynard harus menyambut mereka semua. Tidak ada ruginya menjalin kekeluargaan dengan keluarga yang sangat terpandang itu. Kerjasama antara Star Group dengan One Group pun bisa jadi akan berlangsung sepanjang masa, hingga ke anak cucu mereka.Meski gaun pengantin yang Evelyn kenakan terbilang sederhana, namun Evelyn tetap terlihat cantik dan elegan. Reynard bahkan nyaris tak berkedip saat Evelyn
"Ah sayang sekali kamu batal menjadi ibu sambungku, Ly. Padahal aku sudah sangat antusias sekali mendapatkanmu sebagai Mommyku," desah Aurora saat memberikan selamat pada Evelyn dan Reynard, lalu menyeringai lebar pada Reynard, "Kamu tidak marah aku mengutarakan kesedihanku pada Lily kan, Tuan Rey?" tanyanya. "Tentu saja tidak. Kamu bebas mengutarakan apapun keluhanmu pada siapa saja yang kamu mau Rora, termasuk juga pada istriku tercinta ini," balas Reynard sambil menarik lembut Evelyn hingga lebih merapat lagi padanya dengan posesif. "Kamu boleh memanggilku Mommy kalau kamu mau," canda Evelyn. "Astaga, tidak. Untuk sekarang lebih baik aku tetap memanggilmu Lily saja." "Nah, begitu lebih bagus," kekeh Evelyn. Lalu matanya tertuju pada sesosok wanita yang berdiri tepat di samping Aurora. Wanita muda yang tadi tetap duduk santai di kursinya ketika wanita lainnya sibuk memperebutkan buket bunga pengantin. "Apa gadis cantik di sampingmu itu salah satu permata Adipramana juga?" tanya
"Kamar kita?" ulang Evelyn. Hatinya berdesir dengan penuh haru. Entah karena dua kata itu yang terdengar menyejukkan hatinya. Atau karena Evelyn yang masih menyimpan sedikit perasaan padanya."Iya, kamar kita. Mulai malam ini, tidak akan ada tidur terpisah lagi, Kita sudah sah sebagai suami istri, jadi tidak ada alasan lagi untuk kamu menghindariku," kekeh Reynard. "Bagaimana kalau malam ini kita tidur dengan Cio saja? Mungkin Cio ingin merasakan tidur bersama dengan orangtuanya yang sekarang sudah sah menjadi pasangan suami istri," saran Evelyn. Ia sungguh belum siap tidur bersama dengan Reynard lagi. "Jangan mengelak lagi, Sayang. Sudah jelas tadi Cio bilang mulai malam ini kita tidak perlu tidur di kamarnya lagi. Apa kamu lupa?"Evelyn mengumpat di dalam hatinya. Karena kegelisahannya melalui malam pertama sebagai istri Reynard, ia jadi melupakan ucapan putranya pagi tadi.Reynard mencondongkan tubuhnya mendekat, napasnya menyapu telinga Evelyn hingga Evelyn begidik saat pria itu
Reynard mengerang pelan sebelum dengan tidak sabar menyatukan bibir mereka. Meski gairahnya sudah memuncak, Reynard tetap bisa mengendalikan dirinya untuk melumat lembut bibir Evelyn, hingga keduanya terbuka dan Reynard bisa menjelajahi bagian dalamnya dengan lidahnya, sebagai bukti kepemilikannya.Tangan Reynard dengan cekatan melepaskan kancing rompinya, entah kapan pria itu melepaskan jas pengantinnya. Evelyn sendiri tidak menyadarinya. Sekarang, ia hanya ingin membalas sentuhan Reynard dengan sentuhannya sendiri. Hingga mereka sama-sama saling memuaskan.Saat bagian atas tubuh Reynard benar-benar terekspos tanpa sehelai benangpun, perlahan Evelyn memalingkan wajahnya. Memang bukan kali pertama Evelyn melakukannya dengan Reynard, tapi tetap saja Evelyn tak jauh beda dengan gadis muda tanpa pengalaman."Tatap mataku, Sayang," pinta Reynard dengan suara serak. Kobaran api gairah terlihat jelas di mata pria itu saat Evelyn memberanikan diri menatapnya lagi."Aku mencintaimu. Wanita ya
"Apa melakukannya saat tidak sadar bisa disebut selingkuh?" tanya Reynard dengan ragu-ragu.Evelyn menutup matanya saat mencoba menahan gejolak kecemburuan di dalam dirinya. Ia tahu saat itu Nada masih berstatus sebagai istri Reynard, dan wajar mereka melakukan hubungan intim sebagai sepasang suami istri.Hanya saja rasanya luar biasa sakit mengetahui ada wanita lain yang sudah pernah menyentuh Reynard juga. Meski itu di luar kesadaran Reynard sekalipun."Apa melakukannya saat tidak sadar bisa disebut selingkuh?" tanya Reynard dengan ragu-ragu.Evelyn menutup matanya saat mencoba menahan gejolak kecemburuan di dalam dirinya. Ia tahu saat itu Nada masih berstatus sebagai istri Reynard, dan wajar mereka melakukan hubungan intim sebagai sepasang suami istri.Hanya saja rasanya luar biasa sakit mengetahui ada wanita lain yang sudah pernah menyentuh Reynard juga. Meski itu di luar kesadaran Reynard sekalipun."Katakan saja, Rey. Aku siap mendengarnya."Reynard mendesah pelan, ia kembali me
Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah."Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan juga
"Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti
Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada
Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me
Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam
Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men
"Kamu yang ngajarin dia ya?" tukasnya."Astaga, tentu saja tidak, Sayang. Ini murni keinginan putra kita sendiri. Kamu bisa bertanya langsung padanya," sangkal Reynard. Ia bersikap seolah-olah terluka oleh tuduhan Evelyn itu, hingga balik badan meninggalkan Evelyn dengan perasaan bersalahnya.Sesuai dengan harapannya, Evelyn pun bergegas mengejarnya, "Rey, tunggu!"Tepat saat Evelyn meletakkan tangannya di lengan Reynard. Reynard langsung balik badan dan menekan Evelyn hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan dinding,"Kamu tidak marah, 'kan?" tanya Evelyn."Marah? Sekarang aku tidak bisa marah lagi padamu, Sayang. Tadi aku hanya menggodamu saja, ingin tahu seperti apa reaksimu saat aku merajuk," kekeh Reynard, ia tertawa lebar saat Evelyn memukul dadanya dengan kepalan tangannya,"Kamu jahat! Tadi aku takut sudah membuatmu marah dan sakit hati.""Marah dan sakit hati? Itu dua hal yang tidak akan terjadi padaku, setidaknya jika menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, jangan pernah meng
Reynard menatap geli Evelyn yang seolah tenggelam di dalam balutan selimutnya itu,"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya."Aku mau ke kamar mandi," jawab Evelyn, sengaja hanya menatap mata Reynard saja, bukan ke tubuhnya yang lain.Seolah ingin terus menyiksa Evelyn dengan gairahnya, Reynard sengaja bersandar di daun pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya, dengan tatapannya yang menggoda."Lepaskan saja selimut konyol kamu itu, memangnya apa yang mau kamu sembunyikan dariku, Sayang?""Aku tidak menyembunyikan apa pun?""Apa kamu yakin?""Astaga, Rey ... Kamu mengira aku mencuri?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi,"Yang bilang kamu mencuri siapa?""Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu di balik selimut ini!" Evelyn menyipitkan kedua matanya saat tawa Reynard pecah. Belakangan ini, wajah pria itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya yang memikat, atau tawa lepasnya yang menular seperti sekarang ini. Bagaimana Ev
Leguhan kenikmatan mengalir begitu saja dari mulut Evelyn saat Reynard memainkan lidahnya di bawah sana. Gerakan yang mengirimkan gelenyar kenikmatan ke seluruh tubuh Evelyn, yang juga membangunkan seluruh saraf Evelyn, hingga rasanya Evelyn akan mati karena kenikmatan."Rey ... Aahh please ... " racau Evelyn. Ia tidak tahu permohonan apa yang ingin ia ucapkan. Meminta Reynard terus melakukan yang tengah pria itu lakukan sekarang? Atau meminta Reynard segera menyatukan diri mereka?Evelyn bahkan tidak menyadari kapan Reynard melepaskan satu-satunya pakaian dalam yang tersisa pada dirinya. Atau Reynard merobeknya? Entahlah.Alih-alih segera mewujudkan keinginan Evelyn untuk mneyatukan tubuh mereka, tangan Reynard malah bergerak naik ke atas, untuk menangkup salah satu bukit kenikmatan Evelyn, sementara lidah pria itu masih bermain-main di bawah sana, yang semakin membuat Evelyn meleguh penuh kenikmatan, sebelum akhirnya pinggulnya terangkat tinggi saat mencapai puncaknya."Rey!" teriak