Suasana hati Leroy memburuk. Jay menyadarinya. Assad dan cucu-cucunya juga menyadarinya. Selama makan malam, tidak ada yang berani berbicara.Leroy melirik cermin besar dengan bingkai kayu ukir yang indah. Cermin itu ditempatkan di salah satu dinding untuk memberikan ilusi ruang yang lebih luas dan menambah elemen dekoratif."Kakek, ada informasi menarik tentang keluarga Donsu selama aku pergi, nggak?" Leroy mengulangi pertanyaannya. Saat sedang mengunyah salad, Leroy memandangi lukisan-lukisan klasik dengan tema alam dan pedesaan. Lukisan-lukisan tersebut dipajang di dinding untuk menambah sentuhan seni dan keindahan."Cuma bisnis mereka yang agak macet, Tuan Muda," jawab Assad dengan sangat hati-hati. "Selain itu, gosip tentang perselingkuhan Austin Donsu aja."Gorden dari kain linen berwarna netral dengan hiasan renda di tepinya, menggantung di jendela-jendela besar yang memberikan pemandangan taman luar yang indah. Sesekali gorden itu tertiup angin malam karena jendela-jendela be
Leroy meletakkan kepala di atas meja mini bar. Dia sudah menghabiskan satu botol Screaming Eagle Cabernet seharga Rp. 6,3 Miliar.Leroy berteriak, "Heh, asisten idiot!" Leroy memanggil Jay yang sejak tadi menuangkan wine ke dalam gelas kristalnya. Namun, Jay diam saja. Dia membiarkan Leroy berteriak sesuka hati.Leroy kembali berteriak. "Ke mana dia? Cepet isi penuh gelasku!" Leroy membanting ringan gelasnya berulang kali dengan kedua mata merem melek.Jay mengambil gelas kosong dari tangan Leroy yang hampir terjatuh. "Tuan Muda, udah cukup!"Leroy tidak mabuk sendirian, tetapi bersama Bastian. Namun, Bastian tidak meracau. Dia hanya memperhatikan gerak-gerik Leroy. Pencahayaan di mini bar dirancang untuk menciptakan suasana yang hangat. Lampu gantung kristal besar menggantung di tengah ruangan, memberikan cahaya utama yang lembut. Selain itu, ada juga lampu dinding dengan desain vintage yang menambah sentuhan klasik. Meja bar terbuat dari marmer hitam dengan kilauan yang elegan,
Leroy tentu saja ingat ketika foto-foto itu diambil. Dia mengembuskan asap rokok tinggi-tinggi ke udara sambil menikmati setiap detiknya. "Foto-fotonya nggak begitu jelas," Leroy menyerahkan kembali tablet itu kepada Bastian. "Wajahku nggak keliatan jelas." "Tapi Tuan Muda," Jay berbisik, "netizen mulai cari tau tentang Anda. Mereka penasaran dengan laki-laki di foto ini." Leroy memadamkan rokok, lalu berjalan mengambil sop. Dia membawanya ke meja di sudut ruangan. "Biarin aja! Ini justru menguntungkan aku." Leroy mulai menikmati sopnya.Jay dan Bastian bertukar pandang. Ketenangan Leroy tidak bisa mereka artikan. "Anda nggak khawatir kalo gosip ini berdampak ke reputasi perusahaan?" tanya Jay hati-hati. "Apalagi perusahaan Sagari sedang menjalani mega proyek. Jangan sampai proyek kita hancur karena masalah ini, Tuan!"Leroy tersenyum tipis. "Jay, kamu tau apa yang lebih kuat dari gosip?"Jay menggeleng. Dia melirik Bastian yang juga menggeleng."Fakta," jawab Leroy tegas. "Dan f
Pukul 09:00 pagi di rumah pribadi Leroy, Bukit Aston Village. Jay melangkah memasuki ruang baca dengan langkah panjang. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun. Dia menghampiri Leroy.Jay membungkuk dan berbisik, "Tuan Muda, barusan Paman Adipati telpon. Dia bilang, Pak Guarin udah hapus berita hoax itu."Leroy sedang berada di ruang baca bersama Jay dan Bastian. Pagi ini, dia tidak pergi ke kantor Opulent Holdings cabang kota Aston. Dia juga tidak pulang ke rumah mertuanya. Dia memilih untuk beristirahat demi memulihkan kondisi kepalanya. Jay berdiri di sisi kanan Leroy. Sedangkan Bastian sedang sibuk dengan laptopnya. Leroy memijit pelipisnya. "Tindakan apa yang Pak Guarin ambil?" tanya Leroy. "Menurut keterangan yang Pak Adipati dapat, Pak Guarin bayar mahal untuk menghapus berita di internet." Jay menjawab apa adanya. "Nggak menutup kemungkinan, kalo nantinya Pak Guarin juga akan mengadakan klarifikasi bersama Istrinya."Leroy menghela napas panjang. Dia meletakkan buku di
Di waktu bersamaan, di kota Moco.Tanpa terduga, Adipati melakukan tindakan di luar dugaan. Dia mengirim beberapa orang terpilih untuk mendatangi Radeon Apartment di pusat kota Moco. Seperti yang dilaporkan oleh Rangga, dia telah menemukan IP address akun anonim yang memposting foto-foto kebersamaan Leroy dan Derra di apartemen pusat kota.Seorang laki-laki menekan bel kamar 201. Dia adalah seorang kurir barang suruhan Adipati.Setelah 2 menit tidak mendapatkan jawaban, laki-laki tersebut kembali menekan bel.Brak!Tidak sampai satu menit, pintu terbuka. Seorang laki-laki muda muncul dengan wajah bantal. Bisa diperkirakan laki-laki itu baru saja bangun tidur. "Ini udah malem. Apa kurir masih kerja aja jam segini?" tanya si laki-laki muda yang belum diketahui namanya. "Maaf, Tuan," ujar kurir cepat-cepat, dia melirik jam tangannya. "Sekarang baru jam 6 sore. Jam kerja kurir tergantung paketan yang dibawanya. Apalagi suasana Natal atau hari besar keagamaan lainnya, paketan udah pasti
"Hajar dia!" seru si Bos, dia menatap Faisal tajam tanpa ampun. "Oke, Bos." Si kurir lantas memberikan kode kepada dua kawannya untuk menghajar Faisal. "Tunggu dulu, Pak Adipati! Tunggu dulu! Tunggu dulu!" Faisal berteriak berulang kali. Dia ingin mengulur waktu. Dia mencoba berdiri dengan berpegangan dinding. Walaupun Faisal belum pernah bertemu dengan Adipati, tetapi dia sangat yakin bahwa pria yang dipanggil Bos oleh ketiga pria ini adalah Adipati. Ya, Faisal yakin hanya dengan melihat penampilan si Bos saja! Ketiga pria itu tampak terkejut. Namun dengan cepat, mereka menyembunyikan ekspresi keterkejutan. "Hajar dia tanpa ampun!" seru Bos itu lagi. Faisal mengeluarkan handphone, lalu menekan tombol telepon cepat. Belum sempat berbicara dengan seseorang, si kurir merampas handphone-nya. "Sial!" Faisal berteriak. Kedua pria memegangi tangan Faisal. Menunggu si kurir menghajarnya. Kurir itu menatap layar handphone Faisal dan menemukan nama Rindy Buana di sana. Kurir berba
Faisal hanya bisa menatap Adipati dengan mata penuh ketakutan. Kedua kakinya seolah berat melangkah. Sementara itu, Adipati Ibrahim, pria yang dikenal dengan kekejamannya merasa dikhianati. Namun, dia juga tahu bahwa Faisal adalah aset berharga yang tidak bisa begitu saja dibuang.Selama 2 tahun ini, Adipati selalu melihat potensi besar di dalam diri Faisal. Dia juga berusaha melindungi Faisal dari bahaya yang mengintai, termasuk dari orang-orang yang ingin memperdaya.Kedua kawan Buloh mendorong Faisal agar pria itu berjalan mengikuti Adipati. Namun, Faisal justru berlutut. Bruk!Faisal, dengan tangan terikat dan mulut tertutup lakban berlutut. Wajahnya menunduk tidak berdaya. "Mmmm! Mmmm! Mmmm!"Tangan Adipati yang semula sudah memegangi gagang pintu pun terhenti. Dia melirik Faisal."Mmmm! Mmmm! Mmmm!" Faisal kembali bergumam dengan nada yang sama. Faisal menatap lantai sambil berpikir. 'Kedua orang tuaku udah tua. Sebagai anak pertama, kalo di masa depan aku gagal dan nggak b
Pagi hari berikutnya di Bukit Aston Village. Leroy sedang bersiap untuk pergi bekerja di Aston Delivery Pizza. Dia masih berada di dalam ruang ganti, tetapi Jay sudah menunggunya di kamar. Saat melihat Leroy ke luar dari ruang ganti, Jay langsung bertanya, "Apa Anda masih harus pergi kerja sebagai seorang delivery service gini, Tuan?" Leroy memakai jam tangannya yang bernilai puluhan juta. Lalu, dia berjalan menuju sudut kamar di mana kopinya berada. "Kamu tau kan, Jay? Aku masih harus menyamar sampai tujuanku tercapai. Kenapa kamu masih tanya aja, hem?" Leroy menyeruput kopinya. Jarak dari Bukit Aston Village ke tempat kerjanya cukup jauh. Jadi, Jay sudah menyiapkan mobil. "Kalo gitu, biarin saya anter Anda ke Aston Pizza Delivery, Tuan!" pinta Jay. Dia melihat Leroy mengangguk setuju. "Ada hal lain di kota Moco yang mau saya laporin pagi ini, Tuan." Wajah Leroy mendadak berubah tegang. Dia duduk sambil menyalakan rokok. Leroy menatap Jay. "Ngomong aja!" "Semalem, Paman A