Jay, sebagai asisten Leroy, berusaha keras untuk menjaga semangat tim tetap tinggi dan memastikan bahwa semua orang tetap fokus pada pekerjaan mereka. Kemudian, Jay kembali bicara. "Saya akan mengadakan pertemuan rutin setiap seminggu sekali. Saya akan ngasih pembaruan dan dengerin keluhan kalian. Kita akan cari solusi sama-sama di setiap permasalahan."Ajeng, Sinta, Henna, dan Jessy saling bertukar pandang, sementara Benny dan Rangga tampak serius mendengarkan Jay. Leroy, yang duduk di kursi depan, mengarahkan pandangannya ke Jay yang kini berdiri di sisi kiri. “Kita harus cepet-cepet lurusin berita negatif itu,” kata Leroy dengan tegas, suaranya menggema di ruangan. Semua mata fokus pada Leroy, menunggu arahan lebih lanjut."Saya paham, Tuan Muda," kata Jay, dia mengangguk. Kemudian, dia menatap Ajeng. "Sekretaris Ajeng, siapa yang handle grup chat karyawan? Sosialisasi ke mereka untuk menekan berita!"Ajeng mengangguk. "Baik, Pak."Ketika Jay ingin berbicara, Leroy sudah berbica
Leroy mengakhiri teleponnya dengan Ezra. Lalu saat itu juga, dia menghubungi Assad Mamahit. Setelah nada terhubung, terdengar suara Assad di ujung telepon. "Astaga, Tuan Muda! Syukurlah Anda masih inget sama orang tua bau tanah ini. Saya pikir, Anda menderita amnesia akut."Nada suara Assad terdengar menyedihkan sekaligus khawatir. Pria tua itu benar-benar mengkhawatirkan kondisi Leroy. Tanpa sepengetahuan Assad, Leroy sedang tersenyum. Hatinya selalu menghangat setiap kali berinteraksi dengan Assad. "Apa Kakek selalu doain aku yang jelek-jelek kayak gitu?" tanya Leroy dengan nada meledek.Saking kesalnya, Assad tidak bisa mengontrol emosi. "Kamu nggak sadar udah pergi ke kota Moco berapa lama, hah?! Tanpa ngabarin sama sekali. Apa itu yang disebut profesional?!"Ini bukan kali pertama Leroy mendapatkan omelan dari Assad. Setelah menikah dan tinggal di rumah keluarga Donsu, Leroy selalu mendapatkan kata makian dari Assad. Namun dia tahu, semua itu adalah bentuk perhatian dari Assad
Sabtu malam di Bay Hills.Pukul 07:00 malam waktu kota Moco. Leroy telah sampai di rumah dinas Jaksa Agung Mahendratta. Dia pergi bersama Jay. Jika dilihat dari area parkir, tidak banyak tamu yang datang ke acara makan malam keluarga Mahendratta.Leroy diam-diam mengagumi sebuah bangunan bercat putih yang megah dan elegan. Rumah ini dirancang dengan gaya arsitektur modern yang menggabungkan elemen tradisional sehingga menciptakan suasana yang nyaman dan mewah. Di bagian eksteriornya, terdapat taman luas dengan berbagai tanaman hias dan pohon-pohon besar yang memberikan kesan asri dan sejuk.Rumah dinas Jaksa Agung Mahendratta memiliki berbagai fasilitas yang dirancang untuk mendukung tugas resmi dan memberikan kenyamanan maksimal.Leroy sedang duduk di ruang tamu yang luas dengan perabotan mewah dan dekorasi artistik."Roy, kenalin!" seru Derra begitu melihat Leroy sudah datang. "Dia ini Suamiku yang gagah. Namanya Guarin Mahendratta." Derra tersenyum dengan bangga saat memperkenalk
“Kamu diet?” tanya Derra saat melihat apa yang ada di atas piring makan Leroy.Di tengah keramaian ruang makan, Derra Sagita mengamati piring makan Leroy dengan tatapan khawatir terbalut sedikit kehangatan kasih sayang. Hanya ada beberapa potongan daging ayam panggang, salmon bakar, dan sayuran hijau. Kentang panggang adalah satu-satunya sumber karbohidrat di dalam lautan protein itu.Leroy menyadari tatapan Derra dan tersenyum tipis, “Nggak juga. Aku cuma mau atur pola makan aja. Nggak ada salahnya investasi dengan tubuh sendiri, bukan begitu?” ucapnya sambil mengarahkan pandangan ke arah Tom dan Raul.Leroy sengaja melakukan hal itu sambil memberikan penekanan pada kata investasi mengingat mereka berdua adalah pemilik dua perusahaan besar yang pasti akan tertarik setelah mendengar kata tersebut.“Ha ha ha! Aku suka semangatmu, Roy! Kamu benar. Salah satu investasi yang sering diabaikan orang-orang zaman sekarang adalah investasi terhadap tubuh sendiri.” Guarin terdengar puas.Leroy
Kini semua pandangan tertuju pada Guarin. Tom juga kembali menyandarkan punggungnya di sandaran kursi setelah terlalu antusias saat membicarakan tentang masa lalu.“Tapi, Niken selalu beda. Dia punya integritas tinggi. Dia selalu mastiin, setiap langkah yang diambilnya nggak hanya menguntungkan, tapi juga legal dan etis." Guarin menarik napas sejenak. "Dua hal ini membuatnya nggak hanya dihormati sebagai pebisnis. Tapi, juga jadikan dia sebagai sosok yang nggak bisa dijatuhin dengan mudah oleh lawan-lawan bisnisnya pada masa itu.” Guarin mengakhirinya dengan rapi. Raul mengangguk setuju dan mengarahkan pandangannya pada Leroy, “Bukannya kita jadi punya ekspektasi tinggi sama sosok penerus Niken? Ha ha ha!”Leroy hanya bisa tersenyum mendengar tawa Raul.Guarin pun mengarahkan percakapan, “Kalian mungkin sudah menyangka ini. Biar kuperjelas, kita kumpul di sini untuk bahas mega proyek pengembangan perkebunan kelapa sawit di pulau Valir. Proyek ini sangat penting dan melibatkan banyak
Leroy menanyakannya. Tom terlihat tak ingin mendengar apapun saat ini. Ekspresi penuh kekalahan terlukis jelas di raut wajahnya.“Mmm ... gimana sama data statistik dari tingkat kepuasan para kontraktor dan mitra bisnis kalian selama setahun terakhir? Tingkat kepuasan pasar? Bagaimana dengan—”“Ya! Cukup! Kamu menang!” Tom menghela napas panjang. Raul akhirnya tak menahan tawanya lagi.Leroy baru saja ingin bernapas lega, tapi kali ini giliran Guarin yang memberikan tatapan tajam penuh arti untuknya.Lelaki itu menatap lurus ke arah kedua bola mata Leroy, “Kamu pasti sadar kan situasi geopolitik di Asia Pasifik saat ini? Mulai dari tarif ekspor sampai pembatasan kuota produk. Belum lagi kebijakan hilirisasi.”Tom dan Raul kembali saling beradu pandang. Apa yang dikatakan oleh Guarin adalah permasalahan yang memang sedang terjadi saat ini.Terlebih, situasi ini sangat mirip dengan yang dihadapi oleh Niken di masa lalu, bahkan lebih parah karena kebijakan baru tentang hilirisasi.Semua
Leroy melanjutkan, suaranya penuh semangat."Aku udah pelajari setiap aspek dari rencana ini selama 2 tahun terakhir dan udah studi lapangan ke negara-negara target ekspor kita yang baru. Aku bahkan udah diskusi sama beberapa investor potensial yang tertarik dengan visi kita."Leroy mengeluarkan sebuah kartu nama dari sakunya dan meletakkannya di meja. "Ini adalah kontak dari salah satu investor terbesar di negara Briella. Mereka siap membiayai 40% dari proyek hilirisasi kita, dengan syarat kita bisa menunjukkan komitmen untuk berkolaborasi."Setelah pembicaraan yang intens antara mereka berempat, Leroy pamit pulang. Tak lupa dia mengucapkan salamnya pada Derra.“Kamu harus sering-sering makan bersama kami di sini, Roy.” Derra menepuk lembut lengan Leroy.“Oke, Nyonya.” Diiringi senyuman, Leroy menjawab istri Guarin.Tak sampai lama, akhirnya Leroy tiba di Calico Apartment. Dia melepaskan blazer dan menghempaskan diri ke sofa. Dia merasa lelah namun puas dengan hasil pertemuan tadi.
Hari Minggu pagi yang cerah di kota Moco. Rindy melangkah ke luar dari rumahnya di Dellas Village. Dia tersenyum ringan. Rindy menoleh ke arah pintu utama yang sedikit terbuka. “Nanik, aku mau ke toko roti di ujung jalan,” pamitnya ke pelayan.Jalanan masih sepi, hanya beberapa kendaraan yang melintas. Rindy berjalan dengan bersemangat sambil sesekali mengusap perutnya. "Aku lagi pingin banget makan roti daging. Nggak tau kenapa, Matteo susah banget ditelepon." Rindy sedikit kesal mengingat semalam dia berkali-kali menghubungi Matteo. Sejak Leroy mengusirnya, Rindy kembali ke rumah lamanya. Dia tinggal di sana bersama anaknyaーFinn Opulent. Rumah itu tidak sebesar rumah keluarga Opulent, tetapi juga tidak sederhana. Namun, Rindy tetap saja merindukan kehidupan mewahnya di rumah keluarga Opulent.Sementara itu, di dalam mobil hitam yang terparkir tak jauh dari situ, seorang pria berbadan besar menunggu instruksi melalui ponselnya. Dia adalah anak buah Adipati."Sekarang!" Suara tega
Sebulan kemudian, di dalam kapal pesiar Opulent Majesty."Tuan Muda, tenanglah!"Itu adalah kata-kata menenangkan dari Adipati. Dia dan Jay berdiri di belakang Leroy yang memunggungi mereka."Paman, mana permen jerukku?" Leroy menjulurkan tangan meminta permennya.Adipati langsung memberikan satu buah permen padanya. Tanpa membalikkan badan, Leroy membuka bungkus permen."Tuan Muda, Anda ganteng banget pakai tuxedo begini!" Bastian memuji Leroy.Di kapal pesiar mewah inilah acara pernikahan Leroy dan Alexa akan digelar. Seminggu sebelumnya, Leroy dan Alexa telah mengucapkan janji suci pernikahan di rumah mewah Leroy yang berada di kawasan Opulent Manor Residences. Setelah dokter menyatakan kondisi kesehatan Eddy membaik, Leroy segera menggelar pernikahan dengan Alexa. Karena dia tidak ingin menundanya lagi. Plak!Assad memukul bokong Bastian dengan tongkatnya.Assad menegur cucunya. "Tian, jangan terus-terusan menggoda Tuan Muda!"Leroy mengenakan jas linen dengan warna pastel yang
"Kak, aku mohon pengampunan kamu." Leroy dan Alexa berjalan melewati keluarga David Donsu. Mereka mendengar suara Dita yang lemah. Lalu, keduanya menghentikan langkah. Bastian langsung berteriak, "Jaga Tuan dan Nyonya Muda!"Bastian tidak ingin keluarga Donsu menyentuh kedua tuannya. Jadi, dia memerintahkan para pengawal memblokir jalan.Dalam sekejap, Leroy dan Alexa sudah dikelilingi pengawal Geng Naga Merah. Leroy terlihat santai saat kedua mantan mertua dan mantan iparnya berlutut meminta pengampunan.Di sebelah kiri Dita, David dan istrinya menunduk, menatap lantai. "Kami berdua juga mohon pengampunan kamu, Roy." Di belakang mereka, Bahran memaksakan diri untuk berlutut. Hayden menjadi kesal.Hayden berkata dengan emosi, "Kakek, jangan begini! Kitaー"Bahran diam saja. Lalu, Grigory mengambil alih situasi. "Tuan Hayden, cepat berlutut!" pintanya. Hayden diam saja. Dia melihat seluruh anggota keluarga Donsu sudah berlutut mengikuti gestur tubuh Bahran.Grigory berkata lagi, "M
"Kamu pikir, kamu siapa?!"Alexa membalas ajakan Angeline. Dia tertawa sinis. "Kamu?!" Angeline menghentakkan kaki. Saat Angeline ingin bicara, Chika sudah bicara lebih dulu. "Eh, Nona! Kamu itu cuma pelakor," ujar Chika, tanpa tahu malu. "Cewek yang dicintai Tuan Leroy dari dulu sampai sekarang cuma Bu Angel. Sadar diri, dong!"Alexa tidak sedikit pun terprovokasi. Dia justru tertawa.Di masa lalu, Chika sama sekali tidak pernah menghormati Leroy. Tapi sekarang, setelah mengetahui identitas Leroy, Chika berusaha menjilatinya. Alexa bertanya dengan santai. "Suamiku, memang bener begitu?""Nggak."Hanya dengan menjawab satu kata, Alexa paham bahwa Leroy tidak ingin mengungkit masa lalu."Gina, karena dia udah menyebarkan hoax, tampar mulutnya 20 kali!" perintah Alexa, ketus.Usia Alexa 22 tahun. Dia wanita muda yang pemberani. Ditambah lagi, kedudukannya saat ini sebagai Nyonya Muda keluarga Opulent. Siapa yang berani cari mati padanya?"Baik, Nyonya." Gina langsung menampar mulut
"Apa?! Mama masuk rumah sakit dan Dokter nggak berani menangani?!"Detik itu juga, handphone Mario berdering. Denadaーadik bungsunya, menelepon. Pandangan Mario dan Angeline saling beradu. Dalam suasana hati yang tidak menentu, Mario berusaha menstabilkan emosi yang kian meningkat."Mama muntah darah. Aku ikut Charles dan Alric bawa Mama ke beberapa rumah sakit dan semuanya menolak."Dari nada bicara Denada, Mario tahu kondisi ibu kandungnya pasti tidak biasa. Apalagi ibunyaーJennings White, memiliki sakit pencernaan yang menahun. Mario Narawangsa adalah anak dari pasangan Henry dan Jennings. Anak pertama mereka bernama Charles Narawangsa, anak ke-2 Mario, anak ke-3 Alric dan anak ke-4 Denada."Apa kata mereka?" tanya Mario, khawatir."Mereka bilang ...." Suara Denada lenyap dan berganti suara isak tangis. Mario mulai panik. "Nada, pihak rumah sakit bilang apa?! Kenapa mereka nggak mau menangani Mama?""Mario, kamu memang pembawa bencana!"Itu adalah suara Charles. Dia dan Mario mema
"Vera, kamu ngapain di sini?!" Bahran tidak bisa menahan diri saat melihat wanitanya datang. Tapi, mengapa Vera memanggil Leroy dengan sebutan Tuan Muda juga? Bahran ingin menghampiri Vera, tetapi Hayden segera berteriak. "Grigory, jaga Kakek!" Romeo menatap anak pertamanyaーEdwin Donsu. "Lindungi Mama dan Zilla!" "Oke, Pa," sahut Edwin. "Ma, Zilla, ayo ke belakang!" Jay langsung berteriak, "Jangan ada yang beranjak! Atau kaki kalian akan dipotong!" Romeo dan keluarganya membeku. Mereka akhirnya pasrah. Begitu juga dengan keluarga Moiz dan David Donsu. Sebagian lantai ballroom sudah kotor karena darah Samuel. Wajah Samuel mulai memucat. Namun, pengawal Geng Naga Merah masih tidak melepaskannya. Jika Geng Naga Merah mampu memotong jari Samuel, tentu saja mereka juga mampu memotong kaki keluarga Donsu. Vera menatap sinis Bahran. "Aku ke sini bukan untuk kamu, Bahran. Jangan lupa, kita udah putus setahun yang lalu!" Benar! Vera telah memutuskan hubungannya dengan Bahran secara
"Kepala naga merah!"Seseorang berteriak. Para tamu undangan saling pandang. Begitu juga dengan kedua mempelai pengantin.Hayden menarik tangan ayahnya agar menjauh dari para pengawal. Kedua matanya memelototi lambang di dada para pengawal.Hayden menatap Bahran dan Austin. "Mundur!" teriaknya. Sebagai seorang CEO Donsu Group, Hayden tentu sudah bertemu lebih banyak orang. Jadi, dia sering mendengar tentang Geng Naga Merah yang populer itu.Karena Hayden sudah berkata seperti itu, maka Bahran hanya bisa menyuruh Grigory melakukan perintahnya. Sedangkan anggota keluarga Donsu lainnya hanya bisa patuh.Angeline tidak mengerti. Jadi, dia bertanya kepada Bahran. "Kakek, ini pesta pernikahanku dan Mario. Kenapa Kakek malah mengikuti perintah Hayden?" "Bu Angel, tenang dulu!" pinta Chikaーsang asisten, yang sejak tadi bersamanya. Mario gelisah. Dia terlahir dari keluarga kaya kelas satu. Maka, dia sudah pasti mengerti maksud Hayden.Mario mengguncang kedua bahu istrinya. "Angel, kamu ngga
"Clara, kamu udah nggak punya tempat di keluarga Donsu."Zumi melangkah maju mendekati Clara. Dia menatap sendu Clara seolah sudah lama menahan rasa rindu di hatinya. Clara melirik Bahran. "Tapiー"Bahran sama sekali tidak melirik Clara. Dari sikapnya itu, semua orang paham bahwa Bahran benar-benar sudah tidak memedulikannya.Grigory berkata, "Nona Clara, mulai hari ini, keluarga Donsu memutuskan hubungan denganmu."Grigory mengumumkan status Clara sesuai dengan keinginan Bahran.Clara tidak berdaya. Sekarang, dia harus ke mana?Tanpa tahu malu, Clara melirik mantan pacarnya. "Ando!" panggilnya. Ando tidak menoleh sedikit pun pada Clara. Tapi, Clara tidak akan berhenti berusaha memenangkan hatinya. Clara berjalan dengan cepat ke arah Ando. Lalu, meraih tangannya. "Ando, gimana pun juga, kita udah pernah tidur bareng sekali. Aku mau minta pertanggung jawaban kamu."Ando melepaskan tangan Clara, dan menatapnya jijik."Hah?! Yang bener aja! Jangan fitnah kamu!" seru Ando, tidak terima
Bruk!Bastian mendorong Clara ke hadapan Alexa. Orang tua dan kedua kakaknya terkejut. Mereka langsung menghampiri Clara. "Clara!" Sarah meneriaki nama anak perempuan satu-satunya. Lalu, memeluknya.Austin menatap Bastian. Dia geram. "Berani-beraninya kamu sentuh anakku!" Austin hendak mencengkram jas Bastian. Namun, Bastian menghindar dengan cepat."Paman Austin, benarkah Clara anak kandung kamu?" Leroy bertanya dengan santai. "Apa maksudnya?!" Sarah gugup. Namun, dia tetap memeluk Clara. Leroy berdiri dengan kedua tangan berada di belakang. "Nggak ada maksud apa-apa," jawabnya, datar. "Cuma mau mastiin aja."Tiba-tiba seorang laki-laki keluar dari kerumunan. Dia berjalan menuju Clara. Leroy dan seluruh keluarga Mamahit memahami arti perubahan sikap Sarah. Sedangkan Alexa mencoba memahami situasi.Pria itu berteriak, "Sarah!" Suasana semakin tegang. Para tamu undangan mulai berbisik. "Siapa dia?""Iya. Siapa pria itu?""Tapi, wajahnya mirip banget sama Clara. Lihat aja hidun
"Aku ngaco?!"Ekspresi wajah negatif Gina muncul. Kedua alis Gina mengernyit. Lalu, dia menampilkan senyum yang dipaksakan.Gina melirik Bahran sinis. "Gimana kalo aku langsung panggil Bu Vera Wang aja? Anda pasti merindukan dia kan, Tuan Bahran?""Aーapa?!" Ujung-ujung jari Bahran bergetar. "Nggak! Jangan bilang dia ada di sini?!"Gerakan tubuh Bahran tampak gelisah. Bibirnya terkatup rapat. Jelas tergambar bahwa Bahran tidak suka dan tidak nyaman dengan permainan Gina. Gina menoleh ke pengawal keluarga Mamahit di belakangnya. "Bawa dia masuk!""Baik, Nona." Salah satu pengawal pergi. Jantung Bahran benar-benar kacau dibuatnya. Hayden tidak menyangka bahwa perempuan yang disukainya bersekongkol menjatuhkan keluarga Donsu. Hayden mendekati Gina. "Cukup, Gina!" Gina menatap Hayden sinis. "Apa?! Bukannya kamu sengaja deketin aku supaya bisa naik strata sosial kelas satu?!"Gina tidak menyembunyikan perasaannya lagi. Karena dia benar-benar sudah tidak tahan dengan kesombongan Hayden.