"Ah!" Bella terkejut. Bella hendak menutup pintu mobil, tapi seseorang menahannya. Begitu dia melihat seragam satpam, dia menjadi sangat kesal.Bella berteriak, "Eh, satpam gila! Ngapain kamu nahan pintu mobil saya?! Cepet lepasin!"Bella yakin, suasana di ruang auditorium sudah tidak terkendali lagi. Bukan tidak mungkin semua orang pasti mencarinya. Jadi, dia harus buru-buru pergi atau dia akan tertangkap!Untuk sesaat, satpam menatap Bella dengan serius. "Bu Bella mau pergi ke mana dengan ban kempes gitu?"Mendadak, Bella melotot. Dia panik. "Aーapa? Ban mobil saya kempes? Kok bisa?"Satpam mengangguk. "Apa Bu Bella nggak bisa ngerasain sendiri?"Bella bengong. Dia mematikan mesin mobil. Lalu, bergegas turun. Sesuai perkataan satpam, ban depan kiri mobil Bella kempes. Itu artinya, dia membutuhkan banyak waktu untuk mengganti ban.Bella mengangkat kedua tangan memukul-mukul pelan kepalanya sambil berjalan mondar-mandir. "Astaga! Astaga!" Wajah Bella merah padam. "Sekarang gimana, ni
Mata bulat Bella melotot. Dia panik. Dia memikirkan beberapa skenario yang terjadi di ruang auditorium sebelum kedatangannya. 'Pak Gandi berlutut di kaki Pak Ezra?! Aーapa itu artinya ... semua kerja samaku dengan Pak Gandi udah terbongkar?'Bella melirik tumpukan dokumen di atas meja. Lalu, melirik Rachel yang sedang menatapnya sinis. 'Dari cara Rachel menatapku, apa dia udah bongkar semua aibku? Kalo iya, dia bener-bener Asisten berhati busuk! Sebagai asistenku, harusnya dia tetap memihak ku.' Bella menggigit bibir bawahnya. Dia gugup. Dia tidak tahu harus memulai percakapan seperti apa! 'Apa mereka semua udah tau kalo pencuri desain sebenarnya aku? Apa Pak Gandi udah buka rahasia kami berdua?'Sebenarnya, Gandi sangat jengkel pada Bella. Di saat dia terjebak di dalam ruang auditorium, Bella justru melarikan diri. Namun, Gandi tidak memiliki banyak waktu untuk memikirkan nasib orang lain. Karena nasibnya sendiri masih abu-abu. Jadi, dia hanya bisa diam sambil meminta belas kasih
Suasana di ruang auditorium menjadi hening. Saking terkejutnya, Rachel sampai menutup mulut dengan kedua tangan. "Hah?! Alexa berani banget!"Seorang staf desain berbisik di telinga Rachel, "Berani atau bodoh? Alexa nggak tahu apa-apa tentang Bella dan Opulent Couture."Orang-orang tidak menyangka perempuan rendahan seperti Alexa yang di mata mereka bukan siapa-siapa berani menampar Bella yang merupakan karyawan tetap Opulent Couture. Ditambah lagi, Bella adalah kepala desainer perhiasan eksklusif, dan desainer andalan Opulent Couture.Maka, sudah bukan rahasia umum lagi bahwa Bella adalah anak emas di Opulent Couture.Pipi kiri Bella terasa panas. Dia memegangi pipinya yang kemerahan. "Kaーkamu?!" Bella melototi Alexa. "Kurang ajar!"Hati Bella sangat sakit. Sebab, sejak pertama kali menginjakkan kaki di Opulent Couture, tidak pernah ada seorang pun yang berani menginjak-injak harga dirinya di depan umum.Alexa berkata dengan lugas, "Itu baru awal, Kak Bella. Karena kamu udah mencur
Satu jam kemudian. Lobi Opulent Couture telah dipenuhi wartawan dan orang-orang yang lalu-lalang. Mereka berkumpul untuk menunggu klarifikasi pihak Opulent Couture. Namun, pihak keamanan telah mengamankan mereka agar tidak memasuki gedung. Sebelumnya, tim public relation Opulent Couture bekerja sama dengan tim kreatif telah membuat konten yang berisi tentang pernyataan publik. Konten tersebut disebar ke seluruh akun sosial media resmi milik Opulent Couture. Tidak disangka, konten-konten tersebut menyita perhatian orang-orang. Tidak sedikit yang memberikan tanggapan positif dan membagikan kembali semua konten di akun mereka. Tidak lama, keluar beberapa polisi membawa Bella dan Gandi. Wajah keduanya tertunduk lesu dengan tangan yang diborgol. Di belakang mereka, Ezra keluar bersama tim legal officer. Begitu melihat Ezra, para wartawan segera mencoba untuk mendekatinya."Pak Ezra, tolong katakan sesuatu!""Pak Ezra, gimana tanggapan Anda tentang kasus ini?""Pak Ezra, bisakah Anda b
Leroy dan Alexa sibuk memperhatikan sosial media resmi Opulent Couture. Keduanya tidak sadar jika makanan pembuka telah tersaji dengan rapi di atas meja. "Silakan, Tuan dan Nyonya Muda!" Manajer berseru dengan sedikit membungkuk. Leroy terkesiap. Dia bisa mencium aroma hidangan pembuka yang menggugah selera. Leroy mengangguk. Jay mengambil alih. Dia tahu suasana hati Leroy sedang tidak bagus. "Makasih, Pak. Anda bisa pergi menyiapkan hidangan utama sekarang!" Karena sebelumnya Jay sudah mempelajari data-data Leroy selama tinggal di kota Celestial, dia tidak kesulitan saat menangani hal-hal kecil seperti ini."Baーbaik." Manajer restoran pergi bersama dua pelayan wanita yang sejak tadi melayani Leroy dan Alexa.Sikap manajer itu sangat sopan. Jay tidak ingin menyulitkannya. Dia hanya mengangguk saat manajer itu menatapnya. Awalnya, manajer restoran ingin mencuri perhatian Leroy. Karena dia tahu latar belakang Leroy yang tidak biasa. Namun karena Jay sudah berkata seperti itu, dia t
Leroy dan Alexa sudah sampai di Opulent Oasis. Mereka baru saja turun dari mobil. Alexa sedang memandang kagum bangunan megah dan mewah di depan pelupuk matanya. Hatinya berdesir. Selama ini, Alexa hanya berdecak kagum saat melewati Opulent Oasis. Alexa berasal dari keluarga kelas tiga di kota Celestial. Karena keluarga Rompis telah bangkrut, dia kehilangan kesempatan hidup enak di masa mudanya."Ayo masuk!" ajak Leroy. Dia memperlakukan Alexa dengan sangat baik. Mereka berjalan memasuki gedung apartemen mewah nomor satu di kota Celestial. Setelah keluar dari lift, mereka berjalan menuju apartemen nomor 1927 di lantai paling atas. Leroy memindai sidik jari. Saat pintu terbuka, Leroy berseru dengan senyum. "Silakan masuk, Istriku!" Setiap kali Leroy mengatakan kata Istriku, berapa merahnya kedua pipi Alexa karena menahan malu. Alexa menunduk. Dia tidak berani menatap Leroy lama-lama.Alexa melangkah masuk lebih dulu, lalu disusul Leroy. Di belakang mereka, Jay memastikan pintu te
"Siapa yang telepon?" Saat sedang mengobrol, ponsel Jay bergetar. Sekilas, Jay membaca nama yang tertera di layarnya. "Paman Adipati," jawab Jay, dia meraih handphone. Lalu, menjawab panggilan teleponnya, "Selamat malam, Paman."Leroy membiarkan Jay berbicara dengan Adipati. "Apa Tuan Muda udah tidur?" tanya Adipati di seberang telepon. Leroy mengulurkan tangan saat Jay meliriknya. "Belum. Saya akan kasih handphone-nya ke Tuan Muda sekarang."Usai berkata, Jay memberikan ponselnya kepada Leroy."Ada apa, Paman? Apa ada hal mendesak sampai-sampai telepon tengah malem gini?"Leroy berkata dengan nada tidak senang. Jika bukan Adipati, dia mungkin sudah memakinya. "Kamu nikah tanpa ngasih tau saya. Apa ini bukan hal yang mendesak?"Jika didengar dari nada bicaranya, Adipati merasa marah dan kecewa. Dia seolah tidak dihargai oleh Leroy. "Belum saatnya mengumumkan dan mengadakan pesta pernikahan."Tanpa Leroy ketahui, dahi Adipati di ujung telepon mengerut. "Terus, apa dia gadis yan
Malam hari di Dellas Village, kota Moco.Faisal berada di ruang kerja. Dia sedang memeriksa alat penyadap dan berencana akan melaporkan hasilnya kepada Adipati. Faisal berhenti bergerak. "Hem?"Faisal mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekati ke ruang kerja. Dia melirik jam dinding yang menunjukkan angka 11:00 malam."Kayaknya ada yang dateng." Faisal buru-buru bersembunyi di balik tirai berharap tidak terlihat. Pintu terbuka dan Rindy masuk bersama salah seorang pria yang wajah tidak asing."Silakan masuk, Pak Achmed!"Achmed Khadafi menjabat sebagai CEO sekaligus pemegang saham PT Sagari Palm Oil Group. Di mata orang-orang, Achmed adalah seorang CEO yang bersih dari skandal. Jadi, tidak ada seorang pun yang bisa menjatuhkannya dengan mudah. Faisal berusaha melihat wajah Achmed untuk meyakinkan bahwa pria itu benar-benar Achmed yang dikenalnya. Namun, pandangannya terhalang tirai. Mau tidak mau, dia hanya bisa mengandalkan telinganya. Rindy dan Achmed duduk di sofa deng