Malam hari di Dellas Village, kota Moco.Faisal berada di ruang kerja. Dia sedang memeriksa alat penyadap dan berencana akan melaporkan hasilnya kepada Adipati. Faisal berhenti bergerak. "Hem?"Faisal mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekati ke ruang kerja. Dia melirik jam dinding yang menunjukkan angka 11:00 malam."Kayaknya ada yang dateng." Faisal buru-buru bersembunyi di balik tirai berharap tidak terlihat. Pintu terbuka dan Rindy masuk bersama salah seorang pria yang wajah tidak asing."Silakan masuk, Pak Achmed!"Achmed Khadafi menjabat sebagai CEO sekaligus pemegang saham PT Sagari Palm Oil Group. Di mata orang-orang, Achmed adalah seorang CEO yang bersih dari skandal. Jadi, tidak ada seorang pun yang bisa menjatuhkannya dengan mudah. Faisal berusaha melihat wajah Achmed untuk meyakinkan bahwa pria itu benar-benar Achmed yang dikenalnya. Namun, pandangannya terhalang tirai. Mau tidak mau, dia hanya bisa mengandalkan telinganya. Rindy dan Achmed duduk di sofa deng
Keesokan harinya di ruang makan.Rindy sudah berada di ruang makan seorang diri. Dia duduk di kursi yang biasa ditempati Matteo sebagai kepala keluarga. Rindy makan dengan anggun seolah tidak memikirkan apa-apa. Di belakangnya, Nanik berdiri bersama seorang pelayan wanita. "Halo, Mamaku yang cantik! Pagi-pagi gini, kenapa make up Mama menor banget? Apa sepagi ini mau kumpul sama Istri-istri orang kaya?"Finn datang sambil membual dan tersenyum lebar. Dia bersiul saat berjalan menuju kursinya di sisi kanan Rindy. Seorang pelayan wanita datang dan membantu Finn duduk. Sambil memakai napkin, Finn bertanya, "Suami Mama mana? Dia nggak ikut sarapan? Apa dia udah pulang ke rumahnya?"Rindy diam saja. Dia terus makan seolah tidak terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan anaknya. Finn memperhatikan menu sarapan yang dihidangkan pelayan barusan. "Smoothie Bowl Eksotis? Yang bener aja! Apa nggak ada menu lain?" keluh Finn. "Aku nggak suka acai berry dan granola. Lagipula ...."Rindy berhenti
"Halo, Tuan. Ini pesanan pizza Anda."Leroy Opulent, si pria pengantar makanan sedang menekan bel kamar Hotel Paramount nomor 101 di kota Aston. Dia menatap jam tangan murahnya seharga Rp 30.000. "Sekarang jam 5:00 sore. Aku nggak telat dateng. Seharusnya sih nggak ada komplain dari pelanggan."Leroy menghela napas. Akhirnya, dia mendengar suara pria dari dalam kamar."Tunggu sebentar!"Setelah Leroy berdiri cukup lama, seorang pria muncul membukakan pintu. Dia hanya menggunakan celana boxer yang menonjolkan bagian vitalnya.Leroy mengeluarkan struk dari dalam saku celana dan hendak memberikan pizza kepada si pria. "Totalnya Rp 500 ribu, Tuan," katanya. "Mario Sayang, pizzanya udah dateng? Aku udah laper banget."Leroy terdiam cukup lama. Dia mengenali suara wanita dari dalam kamar. Suara itu mampu membuat jantungnya berpacu lebih cepat. Tidak lama, kedua mata Leroy menangkap sosok wanita berambut pirang panjang memeluk pria bernama Mario dari belakang. Leroy tidak mengenal Mario.
Jika biasanya di rumah mertua Leroy tidak banyak tingkah dan penurut, tapi sekarang dia sudah tidak mampu menahan emosi yang meningkat. Hatinya mendendam. 'Jadi, segitu nggak bernilainya aku di mata kamu, Angel?! Aku nggak sangka pengorbanan selama 5 tahun ini sia-sia. Aku masih aja nggak bisa taklukin hati kamu.'Leroy memergoki istrinya berselingkuh dengan pria dari keluarga kaya di kota Aston. Tapi Angeline dengan tidak tahu malu menyuruhnya berlutut di hadapan pria itu dan mengakui perbuatan yang tidak dia lakukan.Hebat sekali, bukan?!Apalagi mereka dengan bangga memamerkan kemesraan di hadapan Leroy. Apa yang bisa Leroy harapkan dari istri seperti Angeline?Leroy mengepalkan tangan. Dia melangkah maju hendak memukul Mario. Selayaknya naluri lelaki, Mario pun ikut maju meskipun dia sendiri tidak pandai berkelahi. Pada akhirnya, Angeline mengambil tindakan lebih dulu."Jangan cari ribut, Roy! Aku bisa aja panggil satpam buat ngusir kamu. Sebelum aku ngelakuin itu, mendingan seka
Leroy menganga. Dia tahu, cepat atau lambat, keluarga Opulent pasti akan tahu berita tentang dirinya di kota Aston.Kota Aston adalah kota metropolitan juga sebagai central bisnis di negara Oracle. Gedung-gedung pencakar langit dan biaya hidup yang tinggi membuat Leroy menjadi gelandangan 6 tahun yang lalu. Karena perusahaan besar di kota Aston hanya akan merekrut karyawan yang memiliki gelar sarjana dan memiliki pengalaman bekerja."Itu emang bener, Jay," kata Leroy pada akhirnya. "Perempuan rubah itu nggak bolehin aku bawa apa-apa dari rumah. Aku juga nggak bisa ngelamar kerja di perusahaan besar. Entah gimana caranya, Rindy Buana berhasil merencanakan semuanya!"Sejak menikah dengan Angeline, Leroy bekerja di perusahaan jasa antar makanan bernama Aston Pizza Delivery Order. Gajinya tidak seberapa, tetapi uang lemburnya cukup untuk membeli satu baju ataupun celana. Karena Leroy tidak membawa apapun ketika diusir dari rumah.Leroy bertanya, "Kamu tau kan, Jay? Semua akses ke perusaha
Angeline menarik napas, lalu mengembuskannya dengan kasar. "Iya, cuma masalah sepele gitu aja dibesar-besarin! Lagian, kamu harusnya bersyukur! Aku udah ngasih tempat tinggal mewah dan makan gratis selama 5 tahun. Kalo bukan karena kebaikan hatiku, kamu pasti masih jadi gelandangan."Angeline mencemooh suaminya. Sejak pernikahannya dengan Leroy diatur oleh Ramisa 5 tahun lalu, dia dan kedua orang tuanya tidak kuasa untuk menolak. Maka, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengajukan perceraian.Leroy menggeleng. Dia berkata, "Angel, kamu nggak salah muji diri sendiri? Nyatanya, Nenek Ramisa adalah orang yang udah nolong aku dari jalanan, bukan kamu!"Angeline tidak terima. Dia merasa Leroy sudah keterlaluan. Angeline membalas perkataan Leroy. "Jangan lupa, aku selalu ngasih kamu upah Rp5 jutasetiap bulan. Jadi sebenernya, kamu memang cuma Suami benalu di sini. Akulah yang biayain hidup kamu, bukan sebaliknya."Itu benar! Angeline tidak mengada-ada. Setiap tanggal 1, Leroy selalu
"Bukannya kamu dekat sama Tuan Muda Mario?" tanya Vanessa. "Keliatannya dia suka kamu, Angel. Kenapa kamu nggak manfaatin aja?" Wajah Angeline memerah. Dia menatap Leroy yang masih membersihkan kaki ibunya. Vanessa tahu, Angeline sedang melirik Leroy. Dia lantas berkata, "Ngapain kamu ngeliatin Leroy? Kamu berharap dia bisa bantu kamu, hah?! Jangan berkhayal, Angel! Kamu lupa? Suami nggak guna kamu ini cuma bisa diem aja." Leroy tidak peduli dengan hinaan Vanessa. Dia justru iba mendengar Angeline berkeluh kesah. Dia juga penasaran. Sebagai seorang suami, sudah pasti Leroy sangat ingin membantunya. "Heh, Roy! Kok berhenti?!" tegur Vanessa. Roy mengabaikan Vanessa. Dia berdiri, lalu berjalan mendekati Angeline. "Sebentar lagi akhir bulan. Kamu kurang berapa target bulan ini?" tanya Leroy dengan nada khawatir. "Ngapain tanya-tanya? Aku kasih tau ke kamu pun nggak ada gunanya. Kamu nggak bakalan bisa bantu." Angeline merespon pertanyaan Leroy dengan nada tinggi dan tatapan merend
"Chika, apa berita ini dateng dari Kakek Bahran?" Angeline bertanya dengan suara yang pelan."Bukan, Bu Angel," jawab Chika cepat.Leroy semakin penasaran. Dia berdiri dengan bersandar pada dinding. "Barusan aku dapat telepon dari Bu Agnia. Dia bilang, mau pesen furniture untuk mempercantik lima unit rumah yang baru selesai dibangun hari ini," jawab Chika.Leroy melihat kedua mata Angeline membelalak. Dia juga melihat kedua tangan Angeline gemetaran. Saking terkejutnya, Angeline juga menutup mulutnya dengan tangan kanan."Be-berapa total rupiah pesenan Bu Agnia?" Suara Angeline bergetar. Dia masih ragu-ragu. Dia mencoba untuk berusaha menjaga suasana hatinya agar tetap tenang."Rp10 miliar, Bu Angel," sahut Chika girang."A-apa?! Rp10 miliar?!" Angeline yang terkejut mengulangi perkataan Chika. Dia spontan berdiri. "I-itu ... angka yang fantastis, Chika. Kita cuma kurang omset Rp500 juta, tapi sekarang malah dapat orderan furniture Rp10 miliar. Kalo gitu, layani Bu Agnia dengan baik