Share

BAB 73

Author: vee
last update Last Updated: 2023-10-13 23:28:43
Gerakan sepeda yang berderik membuat setiap orang yang mendengarnya mengernyitkan dahi. Memilih menjauh ketimbang harus berdekatan dengan bau besi karatan yang nampak sekali tak pernah diperhatikan. Siapa yang mau memperhatikan sepeda tua tersebut, pemiliknya pun memilih meletakkannya tanpa tahu diri dan membuat si sepeda tak lebih dari hanya benda mati tak berharga yang mengganggu kenyamanan banyak orang.

Namun, sepertinya tidak bagi Jane. Wanita cantik yang sudah berdiri di dekat besi berkarat itu tak mengindahkan apapun, kecuali pandangannya yang terus mengedar. Mencari satu sosok yang tadinya mengatakan akan bertemu dengannya. Namun lihat, ia bahkan rela berdiri seperti orang bodoh di samping kafe dan juga dekat dengan besi berkarat yang ketika angin menyentuhnya sebentar akan meninggalkan bunyi aneh.

“Kemana anak ini,” gumam Jane sembari menarik ponsel dari tas kecil yang ia bawa.

Melihat kontak pesan dan panggulan beberapa kali, mengira kemungkinan Jasmine mengirimkan pesan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 74

    Mobil putih itu terparkir di sebuah rumah mewah yang ada di kawasan elit ibu kota. Jasmine kembali diseret masuk ke rumah yang bagianya hanya sebagai neraka. “Ibu—kenapa kau melakukan ini padaku?!” “Karena kau membangkang. Aku hanya memilikimu dan karena kekasihmu yang tak berguna juga temanmu yang kurang ajar itu, kau semakin jauh dengan ibumu sendiri yang seharusnya paling kau pedulikan.” “Ibu, bukan Jeremy dan Jane yang salah, tapi ibu. Ibu tidak penrah menganggapku sebagai seorang anak,” ucap Jasmue. Tidak ada air mata di mata wanita muda itu, lantaran air matanya sudah terlalau kering. Sudah terlalu banyak yang keluar. Ia tidak mungkin kembali menangisi sikap ibunya yang memang sejak dulu tidak pernah berubah. Wanita itu—sejak dulu selalu menjadikannya sebagai objek. Tidak pernah sekalipun sang ibu menghargai kerja kerasnya sebagai seorang model ataupun pemilik bisnis. Di mata ibunya, ia tak lain dan bukan hanyalah seonggok daging yang bisa diperjual belikan hanya untuk me

    Last Updated : 2023-10-15
  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 75

    “Ibunya tidak menyukaiku.” “Itu terihat jelas.” “Jasmine akan dijodohkan dengan pria yang memiliki kasta dengannya.” “Dan kau akan menyerah?” Jeremy terdiam. Tubuhnya bersandar ke sofa. Pandangannya hanya tertuju pada lampu temaram ruang tamu apartemen miliknya. “Jadi kau akan menyerah atau tidak?" cecar Jane yang terlihat tidak sabar dengan jawaban yang akan diberikan oleh Jeremy. Pria memperbaiki posisi duduknya dan menatap serius pada Jane. “Menurutmu apa yang harus kau lakukan? Bisa gila jika Jasmine benar-benar lepas dariku,” ucapnya. Jane yang kini terdiam. Sementara Vincent yang memang tidak ingin ikut campur kini juga memiliki sebuah pemikiran lain. “Apakah ibu Jasmine seorang desainer?” tanyanya pada Jane. Jane menganggukkan kepalanya dan menatap Vincent setengah heran. Sangat jarang Vincent mengungkapakan apa yang tengah ia pikirkan dan sepertinya pria itu tengah memiliki sesuatu dalam kepalanya. “Hmm, apa dia memiliki obsesi tertentu yang masih berkaitan denga

    Last Updated : 2023-10-18
  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 76

    Jane menunduk, sebelum menghembuskan nafasnya pelan. Ketika mendongak, hal pertama yang tampil di cermin adalah tampilannya yang kelewat sederhana. Ia seperti tengah memandang orang yang beda dengan dirinya sendiri. Lihatlah bagaimana rambutnya yang panjang tampak kusut, mata pandanya yang menonjol, serta lihatlah bagaimana kusamnya kulitnya. Entah sudah berapa hari ia tidak perawatan diri. “Jane?” Wanita itu tersentak dan segera keluar dari kamar mandi. Dahinya mengernyit ketika ia melihat Lilibet datang dengan satu kantong plastik. Wanita dengan balutan kemeja formal itu tersenyum lebar ketika mendapati Jane menatapnya. “Aku datang membawa makan siang untuk kita. Kau pasti belum makan. Tunggu—tunggu, Jane ini sungguh dirimu,” ucap Lilibet dengan pandangan yang kini mengarah pada Jane yang tengah duduk di sofa tepat di depannya. Dokter muda itu menatap Jane dari atas hingga bawah dengan pandangan menilai, meskipun Jane tak menghiraukannya. Perutnya tengah dibutakan oleh rasa la

    Last Updated : 2023-10-20
  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 77

    Udara cukup dingin ketimbang biasanya. Perkiraan cuaca mengatakan jika hari itu akan hujan lebat. Beberapa kawasan diberi peringatan dini, sementara yang lainnya dihimbau untuk lebih berhati-hati jika keluar rumah. Meskipun demikian, orang-orang kota yang tinggal di area itu seperti tak memiliki ketakutan terhadap apapun. Paling penting adalah mereka berangkat bekerja dan menghasilkan uang. Kepulan rokok membumbung tinggi yang membuat sekitarnya terasa tak terlalu dingin. “Aku mencarimu.” Jane menoleh dan mendapati Vincent berdiri dengan keadaan tak memakai atasan. Pria itu menatapnya dengan mata sebelah yang masih tertutup. Benar apa yang dikatakan oleh Lilibet, Vincent datang dalam keadaan sadar, pria itu seperti tengah kerasukan ketika bersimpuh di depannya. Memohon untuk ia kembali pada pria itu. Jika diingat-ingat, Jane rasanya tidak percaya ketika Vincent, pria yang sangat berkarisma dan menjunjung harga dirinya itu melakukan hal semacam itu. Jane tak menjawabnya dengan p

    Last Updated : 2023-10-23
  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 78

    “Ku rasa memang seharusnya kau menjenguk ibumu,” ucap Thomas. Mereka tengah bersantai di kantin kantor. Dua piring makan siang sudah teronggok di depan mereka. Sisa makanan Jane masih bisa dikatakan banyak lantaran di tengah makan siang keduanya, sebuah telfon mengintrupsi. Dari kepolisian tempat kedua orang tuanya di tahan. Sebuah pesan yang tak pernah ingin ia dengar, ibunya ingin ia datang berkunjung ke kantor polisi. Jane mengalihkan perhatiannya ke luar jendela kantin. Melihat kesibukan kota yang nampak tidak pernah mati. Orang-orang nampak sibuk dengan kegiatan masing-masing, beberapa dari mereka berjalan santai menuju kopi shop yang ada di seberang jalan. Mereka nampak bahagia bercanda gurau di sana. Sampai kemudian, jane melihat beberapa anak kecil nampak berjalan dengan tangan yang di gandeng dua orang dewasa. Mereka nampak berbincang dengan anak-anak nampak sedih. Kemungkinan orang-orang dewasa itu memarahi mereka atau hanya sekedar mengomel. “Apa perlu ku temani?” Jane

    Last Updated : 2023-10-27
  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 79

    Hampa. Satu kata yang Jane rasakan adalah hampa. Pandangannya mengedar, agak bergidik ketika merasakan hawa dingin menyapa kulitnya. Tatapannya tertuju pada hujan serta gemuruh langin yang belum juga reda dari esok hari. “Kenapa harus hujan,” gumamnya sembari menghela nafas. Jane menundukkan kepalanya, menaikkan selimut untuk menutupi pundak yang telah dbaluk dengan switer tebal milik Vincent. Ketukan air yang terdengar dari balkon cukup nyaring, mengisi kekosongan ruangan yang memang sengaja Jane tempati sebagai tempat istirahatnya hari ini. Sebelum esok ia kembali bekerja. “Aku, bahkan tidak merasakan kesedihan sedikit pun,” ucap Jane lagi. Senyuman terukir sebentar, sebelum kekosongan itu kembali melanda. Tak ada siapapun di tempat itu, hanya dirinya yang berdiri di depan jendela. Sampai kemudian langkah kaki menggema di ruangan lain dan geseran pintu terdengar dengan munculnya seorang pria dengan rambut setengah basah. Vincent datang dengan satu kantung makanan yang ia leta

    Last Updated : 2023-10-31
  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 80

    “Jangan lupa mampir kembali,” ucap seorang gadis berponiyang tengah melayani kafe di balik meja kasir. Senyuman mengembang di wajahnya yang nampak tirus. Jane sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan tampilan kopi yang disediakan di kafe tersebut, namun pelayanan yang diberikan memberikan kesan tersendiri bagi para pengunjung. “Jane?” Suara yang nampak familiar, membuat Jane yang tadinya fokus pada beberapa laporan di tabletnya kini beralih fokus. Suara bicang di sekitar membuatnya sadar jika ia sedari tadi tak terlalu memperhatian apa yang terjadi di sekitarnya. Sampai kemudian panggilan itu ia terima. Shopia, wanita itu berdiri di sampingnya dengan satu gelas kopi di tangan. Alis kanan Jane terangkat, menatap bingung pada wanita yang dulu pernah hampir merebut kekasihnya atau bisa juga dikatakan wanita yang merusak hubungannya dengan Vincent. Mendapatkan tatapan datar dari Jane, Shopia hanya tersenyum kecil. Tanpa tahu malu, ia malah duduk di kursi depan Jane. “Aku tidak menya

    Last Updated : 2023-11-04
  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 81

    Jane hanya diam, memandang sesuatu yang sungguh baru kali ini ia lihat dalam hampair tiga puluh tahun hidupnya. Jam menunjukkan pukul enam sore hari ketika datang dan secara kebetulan itu adalah jam di mana waktu besuk dibuka. Ayahnya datang, masih dengan wajah yang nampak arogan. Namun, ia tidak buta jika ada duka yang menyelimutinya. Ia tidak bisa berbohong jika rasa kehilangan itu juga ia rasakan, meskipun sudah ia simpan dengan sangat rapat dan baik dari siapapun. Kini, di depannya, sang ayah tengah menikmati makan siang yang ia buatkan di kafe Vincent. Momen langka yang bahkan dulu tidak pernah sudi ia bayangkan akan terjadi di dalam hidupnya. “Apa makanannya enak, Paman?” tanya Vincent. Ayah Jane yang mendengarnya mendongak. Mata sayu yang menunjukkan jika umur priaitu sudah tidak muda lagi. “Ya, sangat enak. Apa kau seorang koki?” tanya ayah Jane sebelum kembali menikmati makananya dengan lahap. Vincent yang mendengarnya terkekeh kecil. Ujung matanya melirik Jane yang namp

    Last Updated : 2023-11-07

Latest chapter

  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 89

    ‘Halo?’ Sebuah suara berat terdengar di seberang sana. Jane memperbaiki posisi duduknya. Ia tengah berada di halaman belakang kafe saat ini. Tempat itu adalah tempat yang penuh kenangan untuknya, lantaran disana ia pernah menanam bunga bersama Maya, ibu Vincent. ‘Halo? Tolong katakan sesuatu jika memang ada sesuatu yang penting.’ “Apakah Anda suami wanita yang bernama Luis?” Suara benda bergeser di seberang yang terdengar nyaring membuat Jane sejenak menjauhkan ponselnya. ‘Ya, ini siapa? Apakah Anda tengah bersama wanita gila itu?’ saut di sebarang, suara pria itu terdengar keras dan tak bersahabat. “Saya tahu keberadaannya. Bisa Anda sedikit ceritakan apa yang terjadi tentang Anda dan Lusi?” tanya Jane dengan tenang. Terdengar helaian nafas di seberang sana. ‘Siapa Anda? Aku tdiak mungkin menceritakan perkara rumah tangga ku pada orang asing,’ saut laki-laki itu. Jane kembali melihat sekitar, kafe nampak sibuk dan ia tak menemukan akan adanya gangguan untuk hal ini. “Na

  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 89

    ‘Halo?’ Sebuah suara berat terdengar di seberang sana.Jane memperbaiki posisi duduknya. Ia tengah berada di halaman belakang kafe saat ini. Tempat itu adalah tempat yang penuh kenangan untuknya, lantaran disana ia pernah menanam bunga bersama Maya, ibu Vincent.‘Halo? Tolong katakan sesuatu jika memang ada sesuatu yang penting.’“Apakah Anda suami wanita yang bernama Luis?”Suara benda bergeser di seberang yang terdengar nyaring membuat Jane sejenak menjauhkan ponselnya.‘Ya, ini siapa? Apakah Anda tengah bersama wanita gila itu?’ saut di sebarang, suara pria itu terdengar keras dan tak bersahabat.“Saya tahu keberadaannya. Bisa Anda sedikit ceritakan apa yang terjadi tentang Anda dan Lusi?” tanya Jane dengan tenang.Terdengar helaian nafas di seberang sana.‘Siapa Anda? Aku tdiak mungkin menceritakan perkara ru

  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 90

    Sore hari yang terik, tidak diduga pria yang baru diketahui Jane bernama Kevin itu benar-benar datang ke pesisir. Pakaiannya nampak rapi, Jane bisa melihat aura karismatik menguar dari pria itu. Namun, yang membedakan adalah struktur wajahnya yang memang lebih ke barat-baratan.Pria itu nampak kalem, bahkan lebih kalem dari pada apa yang Jane duga sebelumnya. Tak ada raut marah, yang ditemukan Jane adalah kerinduan pada sang putra yang barang kali telah lama tidak bertemu.Leo, anak kecil itu terlihat nyaman dipelukan ayahnya yang belum mengeluarkan suara apapun ketika datang. Anak kecil itu sepertinya juga tahu betul siapa orang tau aslinya. Sementara itu, Lusi nampak membuang muka, duduk di single sofa yang berada dekat dengannya.“Jadi—apakah kau akan tetap disini? Jika iya, aku akan membawa Leo bersamaku,” ucap pria matang itu dengan mantap.Pandangan mata Lusi nampak memicing, namun bibirnya tidak mengatakan apapun.“Kau tak keberatan jika anakmu dibawa ayahnya?” tanya Jane, men

  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 89

    ‘Halo?’ Sebuah suara berat terdengar di seberang sana. Jane memperbaiki posisi duduknya. Ia tengah berada di halaman belakang kafe saat ini. Tempat itu adalah tempat yang penuh kenangan untuknya, lantaran disana ia pernah menanam bunga bersama Maya, ibu Vincent. ‘Halo? Tolong katakan sesuatu jika memang ada sesuatu yang penting.’ “Apakah Anda suami wanita yang bernama Luis?” Suara benda bergeser di seberang yang terdengar nyaring membuat Jane sejenak menjauhkan ponselnya. ‘Ya, ini siapa? Apakah Anda tengah bersama wanita gila itu?’ saut di sebarang, suara pria itu terdengar keras dan tak bersahabat. “Saya tahu keberadaannya. Bisa Anda sedikit ceritakan apa yang terjadi tentang Anda dan Lusi?” tanya Jane dengan tenang. Terdengar helaian nafas di seberang sana. ‘Siapa Anda? Aku tdiak mungkin menceritakan perkara rumah tangga ku pada orang asing,’ saut laki-laki itu. Jane kembali melihat sekitar, kafe nampak sibuk dan ia tak menemukan akan adanya gangguan untuk hal ini. “Nam

  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 88

    ‘Lusi? Aku seperti tidak asing dengan nama itu,’ ucap Lilibet di seberang. Jane kini tengah berada di halaman belakang penginapan. Ia sudah cukup muak dengan apa yang dilakukan Lusi dengan anaknya. Yeah, Jane cukup paham memang jika ia tak seharunya cemburu dan jengkel dengan bayi kecil yang belum tahu apa-apa itu. Namun, wanita itu juga tak bisa membendung kekesalannya lantaran sang ibu dari bayi itu sangat mengganggu waktu liburannya dengan Vincent. “Bisakah kau tanya pada teman-temanmu di Inggris?” ‘Ya, tunggu sebentar. Memangnnya apa yang terjadi?’ Terdengar suara ketikan di seberang, sepertinya Lilibet benar-benar tengah menanyakan tentang siapa wanita asing itu. “Dia dan anaknya benar-benar mengganggu waktuku dan Vincent. Sejak kedatangannya kemari, wanita itu selalu membawa anaknya kemari dengan alasan jika anaknya tengah mencari Vincent,” keluh Jene. ‘Ah, sepertinya kau memang selalu memiliki banyak rintangan ketika ingin menjalani hubungan dengan Vincent secara biasa,’

  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 87

    “Aku sering melihat foto kakak,” ucap seorang anak yang Jane temui di dekat pantai hari ini. Sekitar satu jam semenjak Jane memilih untuk berdiam diri di gazebo yang ada di pinggir pantai. Suasana yang masih cukup suram untuk dirinya dan sekitar, membuatnya memilih untuk pergi lebih jauh. Ujung kakinya menyentuh pasir yang lembut, pasir yang terasa nyaman untuk kaki telanjangnya. Beberapa hewan kecil nampak berlarian dengan bebar, tanpa memikirkan tentang apa yang akan terjadi jika mereka keluar dari sarang. Suasan yang tadinya tenang bagi Jane yang masih dilanda kemarahan, harus dirusak dengan kedatangan seorang gadis kecil yang asing baginya. Bajunya kumal dengan beberapa jahitan tak rapi di sekitar lengan. Kancing bajunya juga taksama antara satu dengan lainnya. Jane masih terdiam, memperhatikan si bocah cilik yang kini tengah bercoleteh tentang dirinya yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan juga teman-temannya yang sering menjahili dirinya. “Apakah—kau takut ketika teman-t

  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 86

    “Kami mengenalnya dan kebetulan kafe ini miliknya,” ucap seorang wnaita berseragam yang nampak memandang secarik kertas di tangan. Suasa kafe tak terlalu ramai hari ini lantaran gerimis di pagi buta. Suasana masih cukup dingin untuk berkatifitas di luar. Meskipun demikian kafe wajib buka sesuai dengan jamnya, tak ada alasan untuk menunda meskipun sang bos tidak ada di tempat. Pandangan wanita yang tadi datang merambah sekitar. Beberapa orang nampak berlalu lalang di dalam kafe yang terlihat sangat menarik di mata. Di antara bangunan yang berjejer di tepian pantai yang tenang itu, bangunan kafe yang menurutnya memang sangat menarik. Ia tersenyum kecil ketika menyadari siapa yang mungkin mendekorasinya. Sementara itu, si pegawai kafe nampak melirik kecil pada wanita yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri, ia kemudian kembali memandang pada sebuah foto yang tentu saja baginya sangat tidak asing. Itu foto Vincent, pria yang tak lain adalah bosnya dan juga pemilik salah stau pengin

  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 85

    Pukul dua siang, mereka sampai di penginapan. Jane melihat sekitar, menghela nafas ketika suasana di ruangan itu tidak banyak berubah. Meskipun di beberapa bagian terdapat debu yang menempel. Lampu gantung di ruang makan, salah satu hal yang menarik perhatiannya lantaran benda itu pernah ia beli untuk hadiah ibu Vincent. Jane juga tidak melewatkan sebuah bunga hidup yang terlihat nampak terawatdi tralis jendela. Bunga-bunga yang kini sayangnya belum berbunga itu adalah tumbuhan kesayangan Maya. Jane masih ingat betul bagaimana perempuan baya itu sangat semangat menjelaskan jenis bunga dan cara menanamnya dengan media air. Pandangan Jane kini tertuju ke luar jendela dapur, di tangan kanannya segelas air putih yang telah berhasil menghalau dahaga sudah di tegak setengah. Grep Jane tersentak namun tak memberikan respon yang berarti. Hanya menyentuh kulit sang pria yang terasa kasar. “Kenapa diam saja, hmm? Ada masalah?” Jane memalingkan wajahnya, menadapati tatapan penasaran dari Vi

  • Pria Menyebalkan Itu Penawarku   BAB 84

    Tumpukan barang-barang sudah memenuhi ruang tamu apartemen Jane. Beberapa barang lain yang kemungkinan tidak akan dibawa juga sudah terbungkus lapisan plastik. Tak ada yang tersisa, dipastikan semuanya tetap rapi dan tidak berdebu karena Jane membencinya. Sejujurnya ia tengah memikirkan rencana apa yang akan ia lakukan setelah liburan panjang, kembali bekerja di perusahaan agensi Thomas atau memilih untuk mencari pekerjaan lain yang mungkin sesuai dengan passionnya. Sebagai seseorang yang telah memiliki nama, wanita itu tak terlalu ambil pusing tentang pekerjaan. Menghela nafas pelan setelah selesai dengan acara berkemas, Jane merebahkan tubuhnya di pinggir karpet. Memiringkan tubuh dan menatap dua koper besar yang akan ia bawa yang kini teronggok di ujung ruangan. Tak Pandangan yang tadinya hanya tertuju pada benda mati kini teralihkan pada sosok pria yang selalu menemaninya. Selalu ada untuknya dan kini bahkan rela meminta izin untuk menyelesaikan tugas akhir dari jarak jauh. Se

DMCA.com Protection Status