"Silahkan nyonya, tapi saya yakin Clayton akan sangat nyaman bersama Rena. Karena dialah yang menggantikan Hanna selama ini," sahut Kelvin.Hanna pun menoleh ke arah mbah Ruti. "Mbah, jika mbah izinkan aku pun lebih percaya Rena untuk menjaga Clayton saat aku bekerja nanti," ucapnya."Jika menurutmu begitu, maka ajaklah dia bersama kita," sahut mbah Ruti. Ia tidak akan menolak apapun yang menjadi keputusan Hanna. Mbah Ruti menatap ke arah Rena. "Kamu mau ikut sekarang atau menyusul, jika ikut dengan kami sekarang, kamu minta tolong temanmu untuk mengantar semua pakaianmu nanti?" tanyanya. Melihat Rena yang kebingungan, Kelvin pun angkat bicara. "Biar dia ikut dengan anda sekarang, nyonya. Nanti aku akan membawa semua pakaian Rena kerumah anda," ucapnya."Apa alasan itu kamu gunakan untuk menemui Hanna?" tanya mbah Ruti membuat semua orang terdiam dalam rasa tegang. Mereka menyadari setiap ucapan dan tatapan mbah Ruti pada Kelvin, adalah sebuah tanda betapa ia tak menyukai pria terseb
Penjaga tersebut tampak ketakutan melihat Kelvin yang terlihat begitu marah. "Maaf tuan, tapi nona Rebecca mengancam bunuh diri depan gerbang jika tidak dibukakan pintu. Saya takut," jawabnya."Seharusnya kamu tahu jika dia orang tidak waras, untuk apa di pedulikan," ucap Kelvin. Ia menghela nafas, lalu ia pun masuk ke dalam rumah di ikuti Haris.Kelvin membuka pintu rumah, ia mencari Rebecca yang tak terlihat di ruang tamu. "Sial dimana dia. Haris, cara dia," titahnya."Baik—"Prang…..Ucapan Haris terpotong saat mendengar suara benda jatuh hingga pecah dari lantai atas.Kelvin dan Haris saling tatap, lalu mereka pun bergegas naik ke lantai atas. Baru setengah perjalanan di tangga mereka mendengar keributan."Nona Rebecca, tolong hentikan. Jangan memecahkan semua barang nona Hanna," ucap seorang pelayan terdengar menghentikan Rebecca."Diam! Keluar kalian dari sini! Wanita sialan itu sudah mengambil Kelvin dariku!" teriak Rebecca.Kelvin dan Haris pun mempercepat langkah mereka."Tap
[Jika kamu ingin bertukar dengan Clayton, maka datang saja ke rumah mbah Ruti. Tapi ingat, jangan pernah kamu melakukan hal yang membuat Clayton sedih.]Sebuah pesan dari nomor baru yang membuat Kelvin tersenyum. Ia sangat yakin jika nomor tanpa nama tersebut milik Hanna.[Aku mengerti. Terimakasih.]Balasan pun Kelvin kirimkan. Ia mengulir kembali layar ponselnya hingga akhirnya ia melihat pesan dari Iwan.[Kau ada dimana? Hari ini ada meeting untuk proyek penting.] Kelvin terbelalak, ia melihat jam yang menunjukan waktu pukul delapan lebih. Ia ingat jika hari ini akan ada pertemuan penting untuk membahas proyek barunya. Kelvin pun segera ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Meski pengaruh alkohol masih membuat kepalanya pusing, tapi ia berusaha sebisa mungkin untuk menguasai keadaan. Ia segera meminta Haris untuk mengantarnya ke kantor, dan tentu saja saat ia apa semua orang sudah menunggunya."Maaf aku terlambat," ucao Kelvin yang langsung duduk di kursi pimpinan."Apa yang
Kelvin menatap ke arah mbah Ruti penuh tanda tanya. Ia merasa kecewa dengan jawaban mbah Ruti dengan suaranya yang terkesan dingin.Hanna pun menyadari akan hal itu. Meski ia pernah tersakiti oleh Kelvin, tapi ia tidak mau mbah Ruti ikut membencinya, karena mbah Ruti tak mempunyai masalah sebelumnya dengan Kelvin."Aku juga tidak bisa mengizinkannya, Vin. Bukan karena aku ingin menjauhkanmu dengan Clayton seperti yang kamu lakukan padaku, tapi karena luka bekas operasinya belum sepenuhnya sembuh. Aku harap kamu memahami alasanku. Dia anakmu, aku tidak akan melarang kebersamaan kalian," ucap Hanna.Mungkin dengan cara itu ia membalas perlakuan Kelvin selama ini padanya. Dan itu berhasil, karena Kelvin pun merasa terlampau dengan ucapan Hanna. Ia yang tak bisa berpikir seperti Hanna karena keegoisannya."Aku mengerti," sahut Kelvin lirih.Hanna pun berdiri dari duduknya. "Jika kamu masih merindukan Clayton, maka kamu bisa bermain dulu dengannya. Aku harus masuk ke dalam," imbuh Hanna.
Rena segera mengambil buku tersebut. Ia merasa khawatir dengan semua isi di dalamnya."Ya Tuhan, aku harap tidak ada yang membaca buku ini," ucapnya. Ia merupakan diary tersebut di wajahnya. Berbaring di atas kasur dan membiarkan buku tersebut menutupi wajahnya."Bagaimana kalau Haris membacanya?" gumam Rena kembali.Sementara Haris yang kini tengah menikmati waktu istirahatnya hanya bisa menatap dinding kamar penuh lamunan. Flasback"Tolong bereskan barang-barang Rena yang penting. Aku akan mengantarkannya ke tempat nona Hanna tinggal," ucap Haris pada rekan kerja Rena."Baik kak."Haris menunggu rekan Rena menyiapkan barang-barang tersebut. "Wi, kamu lagi masak daging kan? Itu sudah empuk loh," ucap rekan pelayan tersebut."Iya bentar. Aduh, ini pakai acara macet lagi," sahut pelayan bernama Dewi. Ia tengah kesusahan karena tas tersebut susah di tutup."Berikan padaku, kamu selesaikan saja pekerjaanmu. Lagipula ini tinggal menutupnya kan?" tanya Haris."Iya
"Apa.yang ia lakukan disini? Kenapa penampilannya aneh seperti itu?" gumamnya.Hanna pun turun dari mobil. Sepertinya Rebecca tak menyadari kedatangan Hanna hingga ia masih mondar-mandir tak jelas.Hanna melihat tangan Rebecca yang masih di bungkus perban. Luka saat ia hendak bunuh diri kembali robek saat pertengkaran dengan Jeremy kemarin. Namun di samping itu, Hanna tak mengetahui apa yang terjadi dengan Rebecca.Hanna menghentikan langkahnya tak jauh dari Rebecca. Rebecca yang sadar akan keberadaan Hanna pun menghentikan mondar mandirnya sejak tadi.Rebecca menoleh perlahan ke arah Hanna, wanita yang saat ini paling ia banci di dunia ini. Tatapan mata Rebecca pada Hanna tak perlu dijelaskan lagi. Kebencian dan amarah sudah cukup memancarkan di sana."Akhirnya kau datang juga," ucao Rebecca dengan tatapan sinisnya pada Hanna."Kamu menungguku?" tanya Hanna dengan sangat santai."Aku ingin membuat perhitungan denganmu. Karenamu aku kehilangan Kelvin dan kesempatan untuk menguasai har
Kelvin mengepalkan tangannya. "Apa ini alasanmu tak memberi kesempatan padaku, Hanna?" gumamnya sambil menatap layar ponsel.Sementara Hanna hanya terdiam, ia melihat kembali kejadian tadi pagi di layar ponselnya. Ada rasa kasihan pada Rebecca, tapi kembali lagi wanita itu memang pantas mendapatkannya.Rebecca terlalu gila harta, bahkan sangking gilanya, dampak dari kesalahan yang ia buat pun ia lemparkan ke orang lain."Aku harap setelah ini hidupku akan tenang. Aku lelah jika terus menerus seperti ini," gumam Hanna. Ia mematikan ponselnya dan mulai kembali bekerja.Malam ini Hanna berencana mengatakan niatnya pada mbah Ruti. Tepat setelah makan malam selesai dan mereka pun bersantai, di saat itulah Hanna mulai berbicara."Mbah, ada yang ingin saya bicarakan," ucap Hanna. Sebenarnya ada keraguan di hatinya untuk mengutarakan niatnya kali ini, tapi bagaimanapun juga ia harus mengatakannya."Ada apa Hanna?" tanya mbah Ruti."Mbah, aku berencana pindah ke rumah baru. Aku berencana mengo
Kelvin benar-benar kebingungan, tapi ia juga tidak mungkin mengabaikan jerih payah para karyawannya."Beri aku dua hari untuk mengusahakan gaji mereka semua," ucap Kelvin."Baik tuan," sahut staf tersebut yang langsung berlalu."Haris, tolong jual Villa dan mobil mewah yang ada. Kita harus memikirkan para karyawan terlebih dulu," ucap Kelvin.Kelvin berdiri lalu ia menatap Haris. Tak bisa di pungkiri jika wajah Haris pun terlihat sedih dengan keadaan ini.“Kamu bisa ambil gajimu nanti jika aku sudah memiliki uang. Aku harap kamu mengerti keadaanku saat ini. Mulai besok kamu tak perlu lagi bekerja padaku, karena aku tak bisa membayarmu lagi setelah ini."Tapi tuan.""Bayar para karyawan bawah terlebih dulu. Sisanya kita pikirkan nanti. Kamu juga pasti tahu, meskipun aku menjual semua aset perusahaan ini pun tak akan cukup.untuk mengembalikan uang para investor itu," jelas Kelvin. Ia pun menepuk pundak Haris, lalu melangkah dengan gontai meninggalkan ruang rapat.Haris hanya Diam tanpa