Kelvin meneteskan air matanya, ia menatap Clayton dan rasa bersalahnya pun semakin menjadi."Maafkan papa sayang, papa salah. Seharusnya papa percaya sama mama kamu sejak awal," ucap Kelvin."Papa nangis?" ucap Clayton. Ia mengangkat tangannya yang terasa berat mengarah ke pipi Kelvin. Clayton menyeka air mata Kelvin yang membawahi pipi.Kelvin merasa semakin terharu. Anak yang selama ini ia sia-siakan, tak pernah ia beri perhatian, dan selalu ia bentak justru memiliki hati yang sangat lembut.Clayton tak membenci Kelvin, ataupun menaruh dendam sedikitpun meski ia telah dipisahkan dengan sang ibu.Kelvin menyesal, ia benar-benar menyesal. Rasa bersalah kini memenuhi hati dan pikirannya."Kata mama cowok itu nggak boleh nangis. Papa jangan nangis ya? Nanti papa jadi jelek," ucap Clayton kembali semakin membuat Kelvin tak bisa menghentikan tangisannya.Kelvin langsung menggapai tubuh Clayton dan memeluknya. "Maafkan papa sayang, Maafkan papa," ucapnya.Clayton hanya membalas pelukan Ke
Pelayan bernama Arin tersebut mengangguk. "Dia juga bilang kalau dia datang membawa kabar tentang Clayton," imbuhnya.Hanna semakin terkejut. "Dimana dia?""Dia ada—" Arin tak menyelesaikan ucapannya karena Hanna langsung berdiri dan keluar. Arin pun mengikuti Hanna, ia tidak tahu apa hubungan Hanna dengan pria yang datang sebagai tamu restoran tersebut. Tapi ia yakin jika itu adalah hal yang penting untuk Hanna.Hanna mencari keberadaan Haris, saat matanya menangkap Haris dan Dios yang sedang duduk menunggu, ia pun bergegas menghampiri mereka."Haris, Dios!" panggil Hanna membuat keduanya langsung sigap berdiri."Nona Hanna, akhir kami bisa bertemu dengan anda," ucao Haris."Arin bilang kamu datang membawa kabar tentang Clayton. Dimana dia? Apa dia baik-baik saja?" tanya Hanna panik."Clayton baik-baik saja, nona. Kami mencari anda beberapa hari ini atas permintaan tuan Kelvin, kami—""Apa yang dia inginkan lagi dariku?" tanya Hanna memotong ucapan Haris. Wajah Hanna langsung berubah
Hanna menoleh ke ruang operasi, dimana lampu masih menyala merah menandakan operasi masih berjalan."Hanna, apa kabar?" ucap Kelvin. Sebuah pertanyaan yang sangat aneh di telinga Hanna.Hanna pun menoleh ke arah Kelvin. "Kabarku tak pernah baik semenjak kamu memaksa aku untuk berpisah dengan anakku," jawab Hanna.Sebuah jawaban yang menohok. "Maafkan aku," ucap Kelvin membuat Hanna menyipitkan matanya.Hanna tak menjawab, ia justru duduk diam menunggu berjalannya operasi. Terlalu banyak pertanyaan dan kekecewaan hingga akhirnya membuatnya memilih untuk diam.Lorong rumah sakit di mana ruang operasi berada terasa hening tanpa ada yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Suasana terasa tegang dengan perasaan yang tak karuan di hati masing-masing.Bahkan Rena yang ingin sekali menyapa Hanna hanya diam. Rasa senangnya akan kehadiran Hanna bercampur dengan rasa sedih. Ia sedih karena baru kali ini Hanna bisa menemui Clayton, setelah Clayton dalam kondisi lemah.Dokter keluar dari ruang op
Kelvin terdiam, ia tak bisa mengatakan sepatah katapun untuk menjawab setiap pertanyaan Hanna.Di sana bersamaan, Clayton pun mulai membuka mata karena obat biusnya mulai hilang. "Papa," ucapnya memanggil Kelvin. Karena posisi Kelvin yang berdiri sehingga Clayton bisa melihat keberadaannya terlebih dulu."Iya sayang," jawab Kelvin sambil tersenyum ke arah Clayton. Sementara Hanna diam menunggu Clayton menyadari keberadaannya."Clay sudah sembuh, pa. Kan kata papa kalau Clayton sembuh mau panggil mama kesini," ucap Clayton. "Clay," panggil Hanna.Clayton pun langsung menoleh ke arah suara yang sangat ia kenal. "Mama," ucapnya.Hanna tersenyum, lalu mencium kedua pipi Clayton, dan juga keningnya."Mama ada di sini?" tanya Clayton yang langsung di jawab anggukan Hanna. Clayton menoleh ke arah Kelvin. "Papa nggak bohong lagi, terimakasih papa," ucapnya pada Kelvin."Iya sayang," sahut Kelvin."Mama jangan pergi lagi tinggalkan Clayton ya ma, papa udah izinkan Mama tinggal bareng Clayton
"Apa maksud anda membawa Hanna dan Clayton bersama anda nyonya? Anda tidak memiliki hak untuk itu," ucap Kelvin. Nada bicaranya pun mulai tegas."Aku memang tidak mempunyai hak dan tidak bisa melakukan itu, tapi jika Hanna menginginkannya maka tidak akan ada yang bisa menghalanginya, sekalipun itu kamu," sahut mbah Ruti.Kelvin mengejutkan dahinya, ia mulai kesal dengan wanita tua di hadapannya saat ini. "Aku tidak akan mengizinkan Clayton pergi dari rumahku, karena itu adalah permintaan terakhir ibuku," ucap Kelvin menahan kesal."Dan Clayton membutuhkan ibunya, sedangkan ibunya tidak akan mau tinggal di rumahmu.""Nyonya, siapa anda sebenarnya? Kenapa anda terlalu ikut campur rumah tangga saya dengan Hanna? Apa hak anda mengatur semuanya? Jangan hanya karena anda sudah menjadi seorang penolong bagi Hanna, lantas anda memiliki kuasa untuk ikut campur hal pribadinya. Biarkan kami berdua menyelesaikan masalah kami tanpa ikut campur tangan anda," ucap Kelvin terdengar angkuh."Tak perlu
"Silahkan nyonya, tapi saya yakin Clayton akan sangat nyaman bersama Rena. Karena dialah yang menggantikan Hanna selama ini," sahut Kelvin.Hanna pun menoleh ke arah mbah Ruti. "Mbah, jika mbah izinkan aku pun lebih percaya Rena untuk menjaga Clayton saat aku bekerja nanti," ucapnya."Jika menurutmu begitu, maka ajaklah dia bersama kita," sahut mbah Ruti. Ia tidak akan menolak apapun yang menjadi keputusan Hanna. Mbah Ruti menatap ke arah Rena. "Kamu mau ikut sekarang atau menyusul, jika ikut dengan kami sekarang, kamu minta tolong temanmu untuk mengantar semua pakaianmu nanti?" tanyanya. Melihat Rena yang kebingungan, Kelvin pun angkat bicara. "Biar dia ikut dengan anda sekarang, nyonya. Nanti aku akan membawa semua pakaian Rena kerumah anda," ucapnya."Apa alasan itu kamu gunakan untuk menemui Hanna?" tanya mbah Ruti membuat semua orang terdiam dalam rasa tegang. Mereka menyadari setiap ucapan dan tatapan mbah Ruti pada Kelvin, adalah sebuah tanda betapa ia tak menyukai pria terseb
Penjaga tersebut tampak ketakutan melihat Kelvin yang terlihat begitu marah. "Maaf tuan, tapi nona Rebecca mengancam bunuh diri depan gerbang jika tidak dibukakan pintu. Saya takut," jawabnya."Seharusnya kamu tahu jika dia orang tidak waras, untuk apa di pedulikan," ucap Kelvin. Ia menghela nafas, lalu ia pun masuk ke dalam rumah di ikuti Haris.Kelvin membuka pintu rumah, ia mencari Rebecca yang tak terlihat di ruang tamu. "Sial dimana dia. Haris, cara dia," titahnya."Baik—"Prang…..Ucapan Haris terpotong saat mendengar suara benda jatuh hingga pecah dari lantai atas.Kelvin dan Haris saling tatap, lalu mereka pun bergegas naik ke lantai atas. Baru setengah perjalanan di tangga mereka mendengar keributan."Nona Rebecca, tolong hentikan. Jangan memecahkan semua barang nona Hanna," ucap seorang pelayan terdengar menghentikan Rebecca."Diam! Keluar kalian dari sini! Wanita sialan itu sudah mengambil Kelvin dariku!" teriak Rebecca.Kelvin dan Haris pun mempercepat langkah mereka."Tap
[Jika kamu ingin bertukar dengan Clayton, maka datang saja ke rumah mbah Ruti. Tapi ingat, jangan pernah kamu melakukan hal yang membuat Clayton sedih.]Sebuah pesan dari nomor baru yang membuat Kelvin tersenyum. Ia sangat yakin jika nomor tanpa nama tersebut milik Hanna.[Aku mengerti. Terimakasih.]Balasan pun Kelvin kirimkan. Ia mengulir kembali layar ponselnya hingga akhirnya ia melihat pesan dari Iwan.[Kau ada dimana? Hari ini ada meeting untuk proyek penting.] Kelvin terbelalak, ia melihat jam yang menunjukan waktu pukul delapan lebih. Ia ingat jika hari ini akan ada pertemuan penting untuk membahas proyek barunya. Kelvin pun segera ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Meski pengaruh alkohol masih membuat kepalanya pusing, tapi ia berusaha sebisa mungkin untuk menguasai keadaan. Ia segera meminta Haris untuk mengantarnya ke kantor, dan tentu saja saat ia apa semua orang sudah menunggunya."Maaf aku terlambat," ucao Kelvin yang langsung duduk di kursi pimpinan."Apa yang
Hana menyunggingkan senyuman kecil. “Tinggal duduk saja kenapa aku harus menyuruhnya? Bukankah selama ini kamu selalu melakukan apapun tanpa aku tahu, apalagi izin dariku?” ucap Hanna yang bernada sebuah sindiran.“Sepertinya aku adalah orang yang paling buruk di hidupmu, hingga penyesalan dan apapun yang terjadi padaku saat ini tidak bisa membuatmu bisa memaafkan aku,” sahut kelvin yang langsung duduk dan menatap ke arah Hanna.“Kalau kamu sadar, maka itu lebih baik,” ucap Hana yang kembali menatap ke layar laptopnya.Hanna melirik ke arah Kelvin yang dia menatapnya. Ia pun tak mau memperdulikan hal tersebut, dan terus fokus ke layar laptop.“Jika kamu datang kemari hanya untuk menatapku, maka pergilah. Kamu hanya mengganggu konsentrasiku untuk bekerja,” ucap Hanna tanpa menoleh ke arah Kelvin sedikitpun.“Sebenarnya Ada hal penting yang ingin aku katakan padamu,” ucap Kelvin, tapi Hanna tetap tak menoleh ke arahnya.Lalu Kelvin pun mengambil sesuatu dari saku jasnya. “Aku ingin mela
Di atas sana Hanna menatap ke bawah, dengan air mata yang mengalir. “Kenapa kalian membuat aku menjadi sejahat ini? aku tidak bisa memaafkan kalian dengan mudah, itu juga karena ulah kalian sebelumnya,” gumam Hanna. Ia pun kembali menutup tirai jendelanya.Hanna berbaring di kamarnya, sementara Beni mengajak sang ibu untuk segera pulang. ”Ayo kita pulang, bu,” ucap Beni.Namun Martha menolaknya. “Aku tidak akan pulang sebelum Hanna memaafkanku,” ucapnya. “Bu dengarkan aku, Hanna tidak akan semudah itu memaafkan kita, apalagi dulu ibu mengusirnya saat dia sedang mengandung. Bahkan hanya selang satu hari setelah paman meninggal. Itu sangat menyakitkan untuknya, bu,” ucap Beni mengingatkan sang ibu.Mungkin saat ini Beni sangat berharap jika Hanna bisa memaafkan ibunya, tapi ia juga tak bisa memaksa Hanna untuk memaafkan ibunya. Ia sangat tahu bagaimana rasanya menjadi Hanna.Meski ia sempat marah kepada sang ibu, dan ibunya tidak pernah mau mendengar apa yang ia katakan hingga tetap me
“Hai Hanna?” ucap Beni sambil melambaikan tangannya ke arah Hanna.Sementara Hanna menatap ke arah wanita yang berdiri di samping Beni. Wanita tersebut tersenyum, dan saat itu juga Hanna memalingkan wajahnya.“Apa dia ibu Beni?” tanya mbah Ruti pada Hanna.Hanna menatap ke aah mbah Ruti, lalu mengangguk pelan. “Sebaiknya kita temui mereka, bagaimana pun mereka adalah tamu di rumah ini,” ucap mbah Ruti yang langsung menggandeng tangan Hanna. Mbah Ruti pun mengajak Hanna menemui Beni dan ibunya.“Hanna, apa kabar?” tanya Martha, ibu Beni pada Hanna.Hanna tak menjawab sapaan Martha, ia mengingat jelas bagaimana dia mengusirnya dan sang ayah, waktu malam hari itu hingga ayahnya meninggal sebelum meninggalkan rumahnya.“Baik, lebih baik dari waktu kau usir aku dan ayahku,” jawab Hanna dengan nada dinginnya.“Maafkan aku, aku benar-benar menyesal waktu itu mengusir kalian, aku selalu merasa bersalah dan aku selalu mencarimu, tapi tidak pernah menemukanmu,” ucap Marta.Hanna pun menyungging
Kelvin tidak mau hal yang sama seperti hari kemarin terulang. Ia sangat tahu jika Hanna tidak menginginkan kehadirannya, apalagi berada dalam satu mobil bersamanya.“Terima kasih nyonya, tapi saya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” sahut Kelvin.“Baiklah kalau begitu. Kami pergi dulu,” ucap mbah Ruti.Kelvin menganngguk, lalu menatap kepergian Hana dan mbah Ruti yang berjalan berdampingan dengan Haannnaa. Kelvin menghalang nafasnya, lalu kembali masuk ke kantor.Kelvin menyandarkan tubuhnya di kursi, sambil menatap langit biru lewat jendela kantornya. “Aku tidak akan menyimpan harapan besar lagi padamu, Hanna. Aku hanya akan berusaha semampuku untuk mendapatkanmu kembali, dan jika hatimu masih sekeras batu, maka aku tidak akan memaksa,” gumam Kelvin.Setelah mengambil bunga tabur pda Abi, mereka pun langsung menuju pemakaman yang tidak terlalu jauh dari kantor tersebut. Jarak pemakaman dan kantor yang lumayan dekat, membuat mereka tak perlu terlalu memakan waktu untuk sampa
Mbah Ruti menyandarkan tubuhnya di kursi. lalu menetap Kelvin. “Jika dia memilih pria lain, maka aku harap kamu masih bisa berada di sini. Aku mempercayaimu untuk memegang perusahaan ini, karena aku tahu Hanna tidak mempunyai kemampuan itu,” sahut mbah Ruti.Kelvin pun terkekeh mendengar jawaban mbah Ruti. “Bagaimana mungkin saya bertahan di sini, sedangkan suatu saat cucu menantu anda mungkin akan lebih pandai dan lebih bijaksana memimpin perusahaan ini, daripada saya,” jawab Kelvin.Mbah Ruti menggelengkan kepalanya. “Mungkin dia mampu, dan dia lebih pandai darimu, tapi mungkin aku tidak bisa dengan mudah mempercayai darinya,” sahut mbah Ruti, membuat Kelvin terdiam sejenak.“Sudahlah, aku harus ke ruanganku. Aku yakin banyak hal yang menungguku di sana,” ucap mbah Ruti sambil berdiri, lalu melangkah pergi.Sementara Kelvin hanya menatap kepergian wanita yang tua yang berharap banyak padanya itu, hingga ia menghilang di balik pintu ruangannya.“Jika Hanna tidak bisa kembali padaku,
Hana melangkah mendekat ke arah Kelvin, lalu duduk di sebelah mbah Ruti. “Lain kali tanya saja langsung padaku, biar aku jelaskan sejelas-jelasnya apa yang ingin kamu tahu. Tidak perlu kamu bertanya pada orang lain, apalagi mbah Ruti yang tidak tahu siapa itu tante Marta, dan siapa itu Benny,” imbuhan.Nada bicara Hanna yang masih dingin membuat Kelvin merasa canggung. “Maafkan aku Hanna, jika aku mencari tahu tentangmu lewat orang lain. Aku akui, aku salah,” sahut Kelvin.Mbah Ruti menoleh ke arah Hanna, lalu menepuk tangannya. “Hanna ajaklah Kelvin untuk makan malam di sini. Hari sudah sore, aku yakin dia pasti sudah lapar setelah melakukan pekerjaan di kantor,” ucap mbah Ruti.Mbah Ruti pun menatap ke arah Kelvin sejenak, lalu kembali menatap ke arah mbah Ruti. “Jangan mengajaknya makan malam disini, aku takut jika pelayan di rumahnya sudah memasak, dan masakannya akan mubazir jika dia tidak kembali untuk makan malam,” jawab Hanna.Kelvin pun menyembunyikan senyum, ia sangat paham
Kelvin turun dari mobil, tatapannya menatap ke arah pria yang saat ini masih berbicara dengan santainya bersama Hanna.Ia menutup pintu mobil, lalu melangkah menghampiri Hanna. Ada raut kekesalan di wajahnya yang ia tahan.Hanna dan pria tersebut pun menoleh ke arah Kelvin. “Siapa dia Hanna?” tanya Kelvin. Bisa terdengar dengan jelas nada suaranya yang sangat dingin.“Hai, aku Beni,” ucap pria bernama Beni, memperkenalkan diri sebelum Hanna menjawab pertanyaan Kelvin. Ia mengulurkan tangannya ke arah Kelvin dengan senyuman yang terukir di bibirnya.“Oh,” sahut Kelvin singkat membuat Beny semakin tersenyum, atau mungkin menahan tawanya karena melihat respon Kelvin yang menurutnya aneh..Kelvin pun seperti terpaksa menerima jabatan tangan dari Beni, lalu ia menoleh ke arah Hanna. “Sepertinya kau terlihat sangat bahagia sekarang,” ucapnya. Ia menatap Hanna dan Beny bergantian. “Nikmati waktu kalian, aku akan masuk ke dalam. Maaf sudah mengganggu,” imbuh kelvin yang langsung melangkah ma
Sepertinya Hanna pun mulai tahu apa maksud Reza memanggil kakak iparnya datang ke restoran tempat ia bekerja. “Apa kau berniat mendekatkanku dengan kakak iparmu itu?” ucap Hana langsung pada intinya membuat Reza terbelalak.‘Ya Tuhan, bagaimana mereka tahu? padahal tidak ada yang mengatakan pada mereka tentang rencanaku. Apa aku yang melakukannya terlalu terang-terangan?’ batin Reza.“Oke, kamu diam itu berarti jawaban dari pertanyaanku adalah benar, bukan begitu?” ucap Hanna kembali.“Maafkan aku bu Hanna, aku hanya mencoba melakukan yang terbaik untuk Anda dan kakakku. Aku pikir kalian sama-sama membutuhkan teman hidup yang baru.” sahut Reza merasa tidak enak.Hanna memutar kedua bola matanya. “Sepertinya aku pun akan mengatakan hal yang sama seperti kakak iparmu itu. Dengar Reza, hati seseorang tidak mungkin dengan mudahnya berubah untuk berpindah ke lain hati, apalagi hati yang pernah tersakiti. Aku harap kisahku dan kisah kakak iparmu yang tak bisa memiliki keluarga kecil yang ba
Arka pun menoleh ke arah Hanna. “Saya permisi, mari,” ucap Arka dengan senyuman yang menunjukan kesopanannya.Hanna pun tersenyum kecil, lalu menatap kepergian Arka. Setelah pintu tertutup dan memastikan Arka sudah pergi, Reza pun mendekat ke arah istrinya. Mengusap rambutnya, lalu memberikan kecupan di kening sang istri.“Kamu sudah dengar sendiri kan dari Bu Hanna, jika aku adalah tipe orang yang setia. Mulai sekarang jangan terlalu berprasangka buruk, dan cepatlah puli,” ucap Reza sambil membelai kepala sang istri.Amalia pun mengangguk. “Maafkan aku yang terlalu kuatir, tapi aku seperti itu karena aku tidak mau kehilanganmu,” ucap Amelia“Aku mengerti sayang. Terima kasih sudah takut kehilanganku, aku tahu kau sangat menyayangiku,” ucap Reza.Pemandangan di depan mata Hanna tersebut membuat Hanna merasa iri. Pemandangan yang belum Hanna rasakan. Kasih sayang dan perhatian penuh dari seorang suami.“Aku akan pulang karena ini sudah sore, aku takut Clayton menungguku di rumah,” uca