"Apa maksudmu?" tanya Hanna. Ia mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman Kevin yang mengunci pergerakannya."Maksudku adalah apa yang kamu katakan tadi," sahut Kelvin."Lepaskan aku, brengsek!" umpat Hanna sambil terus berusaha memberontak. Sialnya, tenaganya tak sebanding dengan Kelvin. Kelvin terus mencumbui Hanna meski gadis tersebut terus memberontak. 'Sial, kenapa aku merasa sensasi yang berbeda dengan gadis sialan ini,' batin Kelvin.Kelvin yang merasa kesal pun akhirnya menghentikan ciumannya. Ia menatap Hanna dengan tajam. "Berhentilah memberontak. Sudah seharusnya kamu melayaniku sebagai istriku, Hanna!""Aku hanya istri sekedar status. Dan aku tidak peduli melayani bajinag sepertimu untuk kedua kalinya," sahut Hanna.Tentu saja ucapan Hanna memancing amarah Kelvin. "Sepertinya kamu merindukan caraku menikmati tubuhmu, seperti yang terjadi enam tahun yang lalu," ucap Kelvin.Ia langsung membalikkan tubuh Hanna, membuat secara paksa pakaian Hanna yang hanya sebuah baju t
Kelvin menatap layar ponselnya berulang kali sambil mengucek matanya, memastikan apa yang ia baca."Aku yakin jika aku tidak sedang mabuk saat ini," gumam Kelvin. Ia pun segera membalas pesan dari Rebecca.[Apa kamu yakin?]Kelvin pun langsung mengirimkan balasannya, dan tidak berselang lama sebuah foto dikirimkan oleh Rebecca. Sebuah alat tes kehamilan terlihat jelas di layar, tentu saja itu hanya semakin menambah kebingungan Kelvin, karena ia tak tahu arti dari alat tersebut.Kelvin mendengkus kesal, ia pun langsung menggeser layarnya, menelepon Rebecca."Selamat pagi sayang?" Rebecca menjawab panggilan dengan suara manja. "Apa kamu yakin jika kamu hamil?" tanya Kelvin."Aku kan sudah kasih bukti sama kamu, sayang," jawab Rebecca."Tapi bagaimana mungkin? Bukankah kamu bilang jika kamu selalu menjamin semua itu?""Kenapa kamu terdengar sepanik itu? Jika aku hamil juga kan kita mau menikah. Setidaknya anakmu yang kukandung ini lahir dengan seorang ayah, tidak seperti anakmu yang dik
"Benarkah?" sahut Kelvin. Ia pun tidak tahu alasan, kenapa Rebecca di larang masuk menemuinya.Dua orang yang mengikuti Rebecca pun masuk ke dalam setelah mengetuk pintu, dan saat itu juga Kelvin menoleh ke arah mereka."Kalian melarangnya masuk?" tanya kelvin bernada dingin pada dua karyawati yangasuk ke dalam ruangannya."Maaf tuan, kami hanya menjalankan tugas yang diberikan oleh nyonya besar, agar melarang nona Rebecca menemui anda," jawab salah satu dari mereka."Kenapa?" tanya Kelvin lagi."Karena anda sudah menikah, dan nama baik keluarga besar Wirautama menjadi taruhannya, jika nona Rebecca terus menerus menemui anda.""Dan karena itulah nyonya besar menugaskan kami untuk menghalangi nona Rebecca menemui anda."Kelvin menghela nafas. "Kalian keluarlah, aku akan bicara dengannya," ucap Kelvin meminta kedua karyawati tersebut keluar.Setelah mereka keluar, Kelvin pun menoleh ke arah Rebecca. "Kamu membiarkan mereka keluar begitu saja?" tanya Rebecca sebelum Kelvin sempat bicara
Rebecca kembali menoleh ke arah ruangan Kelvin sambil berdecak kesal. "Bahkan dia tak mengejarku," gumamnya.Rebecca melangkah sambil menahan kesalnya. Namun ditengah langkahnya, ia kembali berhenti saat melihat dua karyawati yang mencegahnya tadi.Rebecca menghampiri keduanya. Plaakkk… plaakkkk…. "Ini untuk kalian yang berani mencegahku datang ke ruangan Kelvin," ucapnya ketus.Kedua karyawati tersebut hanya bisa menunduk sambil menahan sakit di pipinya. Mereka tak berani mengatakan apapun pada Rebecca, bahkan yang melihat pun tak berani menatap ke arahnya.Rebecca bersikap seolah ia pun berkuasa, hingga arogan pada semua karyawan di perusahaan tersebut, dan mewajibkan mereka untuk menghormatinya.Setelah melampiaskan kekesalannya pada dua karyawati tersebut, Rebecca pun berlalu. Ia semakin di buat kesal saat melihat mobil avanza yang diberikan Kelvin padanya."Seharusnya mobil butut ini sudah berganti Tesla, kalau bukan gara-gara gadis sialan dan si tua bangka itu," gerutu Rebecca.
"Apa kamu berniat mencelakainya?" tanya Rebecca."Bisa dikatakan begitu. Bukankah itu cara terbaik agar wanita itu terpisah dari anaknya? Memisahkan mereka selamanya, dan saat itu juga kamu punya tempat untuk menggantikan posisinya," jawab Jeremy.Rebecca terdiam sejenak. Mungkin rencana Jeremy terdengar kejam dan menakutkan untuknya, tapi sepertinya hanya itu jalan terbaik yang harus ditempuh agar rencananya mendapatkan Kelvin berhasil tanpa ada halangan.Rebecca menatap Jeremy dengan senyuman. "Maka lakukanlah secepatnya. Aku tidak sabar untuk bisa menikmati harta Kelvin, dan membuktikan pada situa bangka itu jika hanya aku yang pantas di jadikan menantu olehnya," sahut Rebecca."Jadi, apa kamu masih gelisah memikirkan pernikahanmu dengan Kelvin?" tanya Jeremy. Ia bertanya dan tangannya menjelajah paha mulus Rebecca."Aku merasa sedikit tenang, karena yakin jika rencana kita akan segera berhasil. Ahk!" pekik Rebecca yang hampir menyerupai sebuah desahan saat Jeremy menyentuh bagian
Rebecca tak mengerti apa yang sebenarnya ada di pikiran Jeremy, tapi ia yakin jika Jeremy pasti akan melakukan sesuatu yang beresiko. Rebecca tak peduli, yang penting baginya adalah membuat Kelvin segera menikahinya, dan ia pun menuruti Jeremy untuk menanggapi permintaan Kelvin.Sementara di rumah Kelvin, Haris yang tengah meminta Rena untuk segera meninggalkan rumah besar tersebut, hanya menatap datar gadis di hadapannya yang sedang menangis.Haris menemui Rena di kamarnya karena gadis tersebut tak kunjung mau keluar dari kamar. "Kak haris, tolong jangan pecat saya. Saya janji akan menjaga Clayton lebih baik lagi, dan menghormati nona Hanna," ucap Rena."Cepat bereskan pakaianmu, atau kamu tinggalkan saja. Aku tidak punya waktu untuk menunggumu lebih lama lagi," jawab Haris tanpa merespon rengekan Rena."Tapi, aku belum bertemu nyonya besar dan nona Rebecca," ucap Rena lagi."Percuma juga kamu menunggu mereka. Pertama, nyonya besar baru pulang lusa, dan nona Rebecca tidak akan data
Hanna menatap ke arah Kelvin sambil menyipitkan matanya. "Apa yang kamu ingin tahu dari benda itu?" tanya Hanna."Apa artinya?" "Apa kamu menghamili wanita lagi. Ck, atau—""Tinggal jawab saja," potong Kelvin. Ia dibuat kesal karena Hanna yang tak langsung memberikan penjelasan tentang foto yang ia tunjukkan."Garis dua, itu artinya positif hamil." Akhirnya hanna menjawab pertanyaan Kelvin, dan ia pun langsung berlalu."Aku akan segera menikah dengan Rebecca," ucap Kelvin.Hanna pun langsung menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Kelvin. "Lalu?""Itu artinya kamu bukan istriku satu-satunya." Kelvin menjawab pertanyaan Hanna dengan tatapan datar. "Oh. Aku rasa kamu tidak perlu memberitahuku, karena aku tidak akan peduli. Lagipula, aku hanya istri di buku nikahmu saja," sahut Hanna. Ia pun kembali melangkah sambil bergumam. "Untuk apa juga dia memberitahuku, bukankah rencana menikahnya sudah dari jauh hari ia katakan."Kelvin mengikuti Hanna yang melangkah ke dapur, dan Hanna p
"Kamu baik-baik saja?" tanya Kelvin. Ia menatap wajah Rebecca yang terlihat panik."Mungkin ia hanya gugup, ini adalah kali pertamanya mengandung. Bukan begitu nona Rebecca?" tanya dokter Rita."Benar dok," jawab Rebecca. Seandainya Kelvin tak ada di sampingnya, mungkin ia akan segera bertanya dimana Jeremy dan bagaimana dengan rencananya yang Rebecca sendiri tak begitu mengetahui."Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Ini hanya usg untuk melihat janin dalam perut anda," ucap dokter Rita menenangkan Rebecca.'Bagaimana aku bisa tenang dengan keadaan seperti ini,' batin Rebecca.Alat usg menempel di perutnya, dan Rebecca pun sangat terkejut saat melihat layar usg, dan lebih terkejut lagi saat dokter Rita menunjuk sebuah titik, lalu mengatakan itu adalah sebuah janin dalam kandungan Rebecca."Sepertinya kandungan nona Rebecca baru berusia tujuh minggu, jadi janin dalam kandungan ya belum terlihat jelas," ucap dokter Rita."Apakah keadaannya sehat dok?" tanya Rebecca seolah ia benar-ben
Hana menyunggingkan senyuman kecil. “Tinggal duduk saja kenapa aku harus menyuruhnya? Bukankah selama ini kamu selalu melakukan apapun tanpa aku tahu, apalagi izin dariku?” ucap Hanna yang bernada sebuah sindiran.“Sepertinya aku adalah orang yang paling buruk di hidupmu, hingga penyesalan dan apapun yang terjadi padaku saat ini tidak bisa membuatmu bisa memaafkan aku,” sahut kelvin yang langsung duduk dan menatap ke arah Hanna.“Kalau kamu sadar, maka itu lebih baik,” ucap Hana yang kembali menatap ke layar laptopnya.Hanna melirik ke arah Kelvin yang dia menatapnya. Ia pun tak mau memperdulikan hal tersebut, dan terus fokus ke layar laptop.“Jika kamu datang kemari hanya untuk menatapku, maka pergilah. Kamu hanya mengganggu konsentrasiku untuk bekerja,” ucap Hanna tanpa menoleh ke arah Kelvin sedikitpun.“Sebenarnya Ada hal penting yang ingin aku katakan padamu,” ucap Kelvin, tapi Hanna tetap tak menoleh ke arahnya.Lalu Kelvin pun mengambil sesuatu dari saku jasnya. “Aku ingin mela
Di atas sana Hanna menatap ke bawah, dengan air mata yang mengalir. “Kenapa kalian membuat aku menjadi sejahat ini? aku tidak bisa memaafkan kalian dengan mudah, itu juga karena ulah kalian sebelumnya,” gumam Hanna. Ia pun kembali menutup tirai jendelanya.Hanna berbaring di kamarnya, sementara Beni mengajak sang ibu untuk segera pulang. ”Ayo kita pulang, bu,” ucap Beni.Namun Martha menolaknya. “Aku tidak akan pulang sebelum Hanna memaafkanku,” ucapnya. “Bu dengarkan aku, Hanna tidak akan semudah itu memaafkan kita, apalagi dulu ibu mengusirnya saat dia sedang mengandung. Bahkan hanya selang satu hari setelah paman meninggal. Itu sangat menyakitkan untuknya, bu,” ucap Beni mengingatkan sang ibu.Mungkin saat ini Beni sangat berharap jika Hanna bisa memaafkan ibunya, tapi ia juga tak bisa memaksa Hanna untuk memaafkan ibunya. Ia sangat tahu bagaimana rasanya menjadi Hanna.Meski ia sempat marah kepada sang ibu, dan ibunya tidak pernah mau mendengar apa yang ia katakan hingga tetap me
“Hai Hanna?” ucap Beni sambil melambaikan tangannya ke arah Hanna.Sementara Hanna menatap ke arah wanita yang berdiri di samping Beni. Wanita tersebut tersenyum, dan saat itu juga Hanna memalingkan wajahnya.“Apa dia ibu Beni?” tanya mbah Ruti pada Hanna.Hanna menatap ke aah mbah Ruti, lalu mengangguk pelan. “Sebaiknya kita temui mereka, bagaimana pun mereka adalah tamu di rumah ini,” ucap mbah Ruti yang langsung menggandeng tangan Hanna. Mbah Ruti pun mengajak Hanna menemui Beni dan ibunya.“Hanna, apa kabar?” tanya Martha, ibu Beni pada Hanna.Hanna tak menjawab sapaan Martha, ia mengingat jelas bagaimana dia mengusirnya dan sang ayah, waktu malam hari itu hingga ayahnya meninggal sebelum meninggalkan rumahnya.“Baik, lebih baik dari waktu kau usir aku dan ayahku,” jawab Hanna dengan nada dinginnya.“Maafkan aku, aku benar-benar menyesal waktu itu mengusir kalian, aku selalu merasa bersalah dan aku selalu mencarimu, tapi tidak pernah menemukanmu,” ucap Marta.Hanna pun menyungging
Kelvin tidak mau hal yang sama seperti hari kemarin terulang. Ia sangat tahu jika Hanna tidak menginginkan kehadirannya, apalagi berada dalam satu mobil bersamanya.“Terima kasih nyonya, tapi saya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” sahut Kelvin.“Baiklah kalau begitu. Kami pergi dulu,” ucap mbah Ruti.Kelvin menganngguk, lalu menatap kepergian Hana dan mbah Ruti yang berjalan berdampingan dengan Haannnaa. Kelvin menghalang nafasnya, lalu kembali masuk ke kantor.Kelvin menyandarkan tubuhnya di kursi, sambil menatap langit biru lewat jendela kantornya. “Aku tidak akan menyimpan harapan besar lagi padamu, Hanna. Aku hanya akan berusaha semampuku untuk mendapatkanmu kembali, dan jika hatimu masih sekeras batu, maka aku tidak akan memaksa,” gumam Kelvin.Setelah mengambil bunga tabur pda Abi, mereka pun langsung menuju pemakaman yang tidak terlalu jauh dari kantor tersebut. Jarak pemakaman dan kantor yang lumayan dekat, membuat mereka tak perlu terlalu memakan waktu untuk sampa
Mbah Ruti menyandarkan tubuhnya di kursi. lalu menetap Kelvin. “Jika dia memilih pria lain, maka aku harap kamu masih bisa berada di sini. Aku mempercayaimu untuk memegang perusahaan ini, karena aku tahu Hanna tidak mempunyai kemampuan itu,” sahut mbah Ruti.Kelvin pun terkekeh mendengar jawaban mbah Ruti. “Bagaimana mungkin saya bertahan di sini, sedangkan suatu saat cucu menantu anda mungkin akan lebih pandai dan lebih bijaksana memimpin perusahaan ini, daripada saya,” jawab Kelvin.Mbah Ruti menggelengkan kepalanya. “Mungkin dia mampu, dan dia lebih pandai darimu, tapi mungkin aku tidak bisa dengan mudah mempercayai darinya,” sahut mbah Ruti, membuat Kelvin terdiam sejenak.“Sudahlah, aku harus ke ruanganku. Aku yakin banyak hal yang menungguku di sana,” ucap mbah Ruti sambil berdiri, lalu melangkah pergi.Sementara Kelvin hanya menatap kepergian wanita yang tua yang berharap banyak padanya itu, hingga ia menghilang di balik pintu ruangannya.“Jika Hanna tidak bisa kembali padaku,
Hana melangkah mendekat ke arah Kelvin, lalu duduk di sebelah mbah Ruti. “Lain kali tanya saja langsung padaku, biar aku jelaskan sejelas-jelasnya apa yang ingin kamu tahu. Tidak perlu kamu bertanya pada orang lain, apalagi mbah Ruti yang tidak tahu siapa itu tante Marta, dan siapa itu Benny,” imbuhan.Nada bicara Hanna yang masih dingin membuat Kelvin merasa canggung. “Maafkan aku Hanna, jika aku mencari tahu tentangmu lewat orang lain. Aku akui, aku salah,” sahut Kelvin.Mbah Ruti menoleh ke arah Hanna, lalu menepuk tangannya. “Hanna ajaklah Kelvin untuk makan malam di sini. Hari sudah sore, aku yakin dia pasti sudah lapar setelah melakukan pekerjaan di kantor,” ucap mbah Ruti.Mbah Ruti pun menatap ke arah Kelvin sejenak, lalu kembali menatap ke arah mbah Ruti. “Jangan mengajaknya makan malam disini, aku takut jika pelayan di rumahnya sudah memasak, dan masakannya akan mubazir jika dia tidak kembali untuk makan malam,” jawab Hanna.Kelvin pun menyembunyikan senyum, ia sangat paham
Kelvin turun dari mobil, tatapannya menatap ke arah pria yang saat ini masih berbicara dengan santainya bersama Hanna.Ia menutup pintu mobil, lalu melangkah menghampiri Hanna. Ada raut kekesalan di wajahnya yang ia tahan.Hanna dan pria tersebut pun menoleh ke arah Kelvin. “Siapa dia Hanna?” tanya Kelvin. Bisa terdengar dengan jelas nada suaranya yang sangat dingin.“Hai, aku Beni,” ucap pria bernama Beni, memperkenalkan diri sebelum Hanna menjawab pertanyaan Kelvin. Ia mengulurkan tangannya ke arah Kelvin dengan senyuman yang terukir di bibirnya.“Oh,” sahut Kelvin singkat membuat Beny semakin tersenyum, atau mungkin menahan tawanya karena melihat respon Kelvin yang menurutnya aneh..Kelvin pun seperti terpaksa menerima jabatan tangan dari Beni, lalu ia menoleh ke arah Hanna. “Sepertinya kau terlihat sangat bahagia sekarang,” ucapnya. Ia menatap Hanna dan Beny bergantian. “Nikmati waktu kalian, aku akan masuk ke dalam. Maaf sudah mengganggu,” imbuh kelvin yang langsung melangkah ma
Sepertinya Hanna pun mulai tahu apa maksud Reza memanggil kakak iparnya datang ke restoran tempat ia bekerja. “Apa kau berniat mendekatkanku dengan kakak iparmu itu?” ucap Hana langsung pada intinya membuat Reza terbelalak.‘Ya Tuhan, bagaimana mereka tahu? padahal tidak ada yang mengatakan pada mereka tentang rencanaku. Apa aku yang melakukannya terlalu terang-terangan?’ batin Reza.“Oke, kamu diam itu berarti jawaban dari pertanyaanku adalah benar, bukan begitu?” ucap Hanna kembali.“Maafkan aku bu Hanna, aku hanya mencoba melakukan yang terbaik untuk Anda dan kakakku. Aku pikir kalian sama-sama membutuhkan teman hidup yang baru.” sahut Reza merasa tidak enak.Hanna memutar kedua bola matanya. “Sepertinya aku pun akan mengatakan hal yang sama seperti kakak iparmu itu. Dengar Reza, hati seseorang tidak mungkin dengan mudahnya berubah untuk berpindah ke lain hati, apalagi hati yang pernah tersakiti. Aku harap kisahku dan kisah kakak iparmu yang tak bisa memiliki keluarga kecil yang ba
Arka pun menoleh ke arah Hanna. “Saya permisi, mari,” ucap Arka dengan senyuman yang menunjukan kesopanannya.Hanna pun tersenyum kecil, lalu menatap kepergian Arka. Setelah pintu tertutup dan memastikan Arka sudah pergi, Reza pun mendekat ke arah istrinya. Mengusap rambutnya, lalu memberikan kecupan di kening sang istri.“Kamu sudah dengar sendiri kan dari Bu Hanna, jika aku adalah tipe orang yang setia. Mulai sekarang jangan terlalu berprasangka buruk, dan cepatlah puli,” ucap Reza sambil membelai kepala sang istri.Amalia pun mengangguk. “Maafkan aku yang terlalu kuatir, tapi aku seperti itu karena aku tidak mau kehilanganmu,” ucap Amelia“Aku mengerti sayang. Terima kasih sudah takut kehilanganku, aku tahu kau sangat menyayangiku,” ucap Reza.Pemandangan di depan mata Hanna tersebut membuat Hanna merasa iri. Pemandangan yang belum Hanna rasakan. Kasih sayang dan perhatian penuh dari seorang suami.“Aku akan pulang karena ini sudah sore, aku takut Clayton menungguku di rumah,” uca