"Kamu baik-baik saja?" tanya Kelvin. Ia menatap wajah Rebecca yang terlihat panik."Mungkin ia hanya gugup, ini adalah kali pertamanya mengandung. Bukan begitu nona Rebecca?" tanya dokter Rita."Benar dok," jawab Rebecca. Seandainya Kelvin tak ada di sampingnya, mungkin ia akan segera bertanya dimana Jeremy dan bagaimana dengan rencananya yang Rebecca sendiri tak begitu mengetahui."Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Ini hanya usg untuk melihat janin dalam perut anda," ucap dokter Rita menenangkan Rebecca.'Bagaimana aku bisa tenang dengan keadaan seperti ini,' batin Rebecca.Alat usg menempel di perutnya, dan Rebecca pun sangat terkejut saat melihat layar usg, dan lebih terkejut lagi saat dokter Rita menunjuk sebuah titik, lalu mengatakan itu adalah sebuah janin dalam kandungan Rebecca."Sepertinya kandungan nona Rebecca baru berusia tujuh minggu, jadi janin dalam kandungan ya belum terlihat jelas," ucap dokter Rita."Apakah keadaannya sehat dok?" tanya Rebecca seolah ia benar-ben
Semua orang menoleh ke arah pintu, yang ternyata adalah Kelvin.Sementara Kelvin sangat terkejut saat mengetahui Lidya yang sudah berada di rumah."Ma, kamu sudah pulang?" tanyanya."Kaget?" Lidya balik bertanya pada Kelvin. Tatapan matanya sudah mewakili kemarahannya. "Darimana saja sampai sesore ini baru pulang?" imbuh Lidya."Aku ada urusan di luar ma." Kelvin melangkah mendekat ke arah Lidya, dengan langkah malasnya. "Urusan dengan Rebecca? Menghamburkan uang sampai miliaran? Iya?" tanya Lidya.Hanna yang mendengar ucapan Lidya merasa kaget. 'Apa yang dimaksud dengan menghamburkan uang sampai miliaran? Apa seroyal itu pria ini pada kekasih tercintanya?' batin Hanna.Lidya menatap ke arah tangan Kelvin yang menggenggam sesuatu. Ia pun langsung mengambilnya tanpa izin Kelvin."Ma," ucap Kelvin yang langsung terhenti saat Lidya menatapnya.Lidya mengeluarkan isi dari amplop coklat besar tersebut. Hal yang sangat mengejutkan pun Lidya rasakan hingga membuat matanya terbelalak.Isi a
Clayton yang melihat Kelvin masuk kamar penuh amarah pun merasa takut. Ia langsung bersembunyi di balik sang ibu.Hanna yang mengerti jika Clayton takut pun hanya bisa membelai kepala sang anak. Ia menatap ke arah Kelvin dengan tatapan yang penuh kebencian."Mau apa lagi kamu menemui kami?" tanya Hanna."Tawaran apa yang kamu maksud dengan mama?" tanya Kelvin."Itu urusanku dan ibumu," jawab Hanna.Ucapan Hanna pun berhasil memancing amarah Kelvin,sehingga dengan cepat Kelvin menggapai leher Hanna. "Itu akan menjadi urusanku jika permintaanmu akan menghalangi pernikahanku," ucapnya sambil menekan leher Hanna hingga Hanna merasa tercekik.Clayton yang melihat hal tersebut langsung menghampiri Kelvin. "Jangan sakiti mama Clay! lepaskan mama Clay!" teriak Clayton sambil memukul Kelvin."Diam!" bentak Kelvin membuat Clayton takut. Namun hal tersebut membuat Hanna punya kekuatan untuk melawan.Plakkkk…….Hanna melayangkan tamparannya, hingga mengenai pipinya Kelvin. Hal tersebut semakin me
Lidya menoleh ke arah Kelvin, ia menatap sang anak dengan tatapan yang tak bisa di artikan."Rebecca hamil anakmu, apa kamu yakin akan hal itu?" tanya Lidya."Aku sangat yakin ma. Karena hanya aku yang menyentuhnya," jawab Kelvin penuh keyakinan.Lidya menyeringai. Ia tahu jika Kelvin tidak akan pernah percaya jika ia katakan bahwa Rebecca berasal pria lain. Lidya tak bisa mencari bukti untuk di tunjukkan pada Kelvin, dan itulah yang membuat Kelvin sulit untuk melihat siapa Rebecca sebenarnya."Silahkan kalian menikah. Tapi dengan syarat harus dirahasiakan dari publik, dan tinggal di sini," ucap Lidya."Tidak. Aku akan tinggal di Villa dengan Rebecca, ma," sahut Kelvin menolak perintah sang ibu."Sayangnya mama sudah menyewakan Villa itu.""Apa?" Kelbin sangat terkejut dengan ucapan sang ibu. "Bagaimana bisa mama menyewakan villa itu tanpa sepengetahuanku?" Lidya mengangkat kedua pundaknya. "Mungkin karena kamu terlalu sibuk mengurusi kehamilan Rebecca, dan anggap saja itu sebagai ga
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Hanna.Ayunda pun tersenyum. "Tunjukan siapa kamu sebenarnya. Hanna, wanita yang ceria dan kuat. Mampu menempuh jalan yang penuh kerikil di tepi jurang, dan menghadapi badai kehidupan yang kejam ini. Kamu harus tunjukkan bahwa kamu bukan wanita yang lemah dan mudah kalah, Hanna. Mungkin saat ini kamu bukanlah orang yang diharapkan keluarga Wirautama, tapi kamu harus yakin jika suatu saat, kamu adalah orang yang paling berharga untuk mereka," jelas Ayunda memberi nasihat pada Hanna."Hahaha, kamu jangan berlebihan. Mana mungkin aku bisa melakukannya, sementara aku sama sekali tak berharap mereka menganggapku ada dalam keluarga mereka," sahut Hanna.Ayunda menepuk jidatnya. "Memangnya kamu mau tertekan seperti ini terus?""Ya nggak sih." "Terus?"Hanna hanya mengangkat kedua bahunya, untuk merespon ucapan Ayunda. "Yu, aku merasa lelah jika terus mengingat semua yang terjadi dalam hidupku. Dari waktu hilangnya masa depanku, keluargaku, saudara, teman
Hanna menoleh kembali ke arah Clayton. "Jika Clay nggak nurut, nanti mama semakin kena marah. Sekarang Clay ke kamar dulu sama mbak Atik, dan harus nurut, ok?" Kali ini Clay mengangguk dan langsung melangkah ke kamar didampingi Atik.Hanna duduk di sofa, sendirian menghadap ke arah Kelvin dan Rebecca. "Jadi apa yang ingin dibicarakan?"Lidya menghela nafas, raut wajahnya terlihat tak senang. Hanna yakin jika diskusi ini bukan keinginannya."Kami akan segera menikah," ucap Rebecca yang membuka obrolan."Aku tahu, aku sudah mendengarnya lebih dari lima kali. Aku sampai hafal di luar kepala dan terasa membosankan," sahut Hanna. "Eemm, lalu apa masalahnya?" lanjutnya."Aku akan menjadi istri kedua Kelvin, tinggal di rumah ini bersamamu, tapi pastinya dengan perlakuan yang berbeda," imbuh Rebecca.Hanna memutar bola matanya, lalu terkekeh. "Lalu apa masalahnya? Aku tidak peduli akan seperti apa kamu diperlakukan di rumah ini. Lebih spesial dariku…? Aku tahu itu pasti terjadi, karena aku sa
Lidya menoleh ke arah Hanna, menatap gadis yang tengah menunggu keputusannya. Lalu ia pun menatap ke arah Kelvin. "Kelvin, bagaimana menurutmu?" tanya Lidya."Selama itu tak mengganggu hubunganku dengan Rebecca," jawab Kelvin, ia menatap ke arah Hanna penuh kekesalan. Ia tak habis pikir jika gadis di hadapannya itu sangat berani."Tenang saja, aku bisa menjamin hubungan kalian aman dari gangguanku," jawab Hanna sambil mengedipkan sebelah matanya.Kelvin hanya membuang pandangannya, ia merasa kesal pada Hanna yang berani meminta banyak hal, sedangkan ia hanya orang yang kebetulan di butuhkan.Sementara Rebecca yang tak bisa bicara banyak hanya bisa berdecak kesal dalam hati. 'Seharusnya Jeremy segera menyingkirkan gadis sialan ini, sebelum dia mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Aku harap si tua bangka itu tidak setuju dengan permintaannya.'"Aku sepakat," ucap Lidya. Hal tersebut membuat Rebecca terbelalak. "Tante, apa anda membiarkan gadis kampung ini memeras anda?" ucap
Hanna masuk ke dalam kamarnya, ia bersandar di pintu yang sudah tertutup lalu memejamkan mata. "Ayunda, aku rasa kamu benar. Aku harus menikmati alur dari cerita hidupku ini. Aku wanita yang kuat," gumamnya.Hari pernikahan Kelvin dan Rebecca pun tiba. Hanya beberapa orang yang hadir sebagai saksi pernikahan mereka. Sementara Hanna berusaha memberitahu Clayton apa yang terjadi. Ia tak ingin anaknya salah paham dan memandang benci sang ayah. Meski Hanna sangat membenci Kelvin, tapi bagaimanapun juga Kelvin adalah ayah kandung Clayton, dan tak seharusnya seorang anak membenci ayahnya meski sifat dan kelakuan sang ayah yang sangat buruk."Jadi Clay punya mama dua?" tanya Clay pada Hanna. Mereka duduk di ruang tamu, tak ikut ke acara pernikahan Kelvin dan Rebecca yang dilakukan secara rahasia.Hanna pun hanya mengangguk pada Clay, meski hatinya merasa sangat berat. "Tapi Clay nggak mau punya dua mama," ucap Clayton sambil menunduk sedih. Hanna hanya bisa memeluk sang anak, tanpa bisa m
Hana menyunggingkan senyuman kecil. “Tinggal duduk saja kenapa aku harus menyuruhnya? Bukankah selama ini kamu selalu melakukan apapun tanpa aku tahu, apalagi izin dariku?” ucap Hanna yang bernada sebuah sindiran.“Sepertinya aku adalah orang yang paling buruk di hidupmu, hingga penyesalan dan apapun yang terjadi padaku saat ini tidak bisa membuatmu bisa memaafkan aku,” sahut kelvin yang langsung duduk dan menatap ke arah Hanna.“Kalau kamu sadar, maka itu lebih baik,” ucap Hana yang kembali menatap ke layar laptopnya.Hanna melirik ke arah Kelvin yang dia menatapnya. Ia pun tak mau memperdulikan hal tersebut, dan terus fokus ke layar laptop.“Jika kamu datang kemari hanya untuk menatapku, maka pergilah. Kamu hanya mengganggu konsentrasiku untuk bekerja,” ucap Hanna tanpa menoleh ke arah Kelvin sedikitpun.“Sebenarnya Ada hal penting yang ingin aku katakan padamu,” ucap Kelvin, tapi Hanna tetap tak menoleh ke arahnya.Lalu Kelvin pun mengambil sesuatu dari saku jasnya. “Aku ingin mela
Di atas sana Hanna menatap ke bawah, dengan air mata yang mengalir. “Kenapa kalian membuat aku menjadi sejahat ini? aku tidak bisa memaafkan kalian dengan mudah, itu juga karena ulah kalian sebelumnya,” gumam Hanna. Ia pun kembali menutup tirai jendelanya.Hanna berbaring di kamarnya, sementara Beni mengajak sang ibu untuk segera pulang. ”Ayo kita pulang, bu,” ucap Beni.Namun Martha menolaknya. “Aku tidak akan pulang sebelum Hanna memaafkanku,” ucapnya. “Bu dengarkan aku, Hanna tidak akan semudah itu memaafkan kita, apalagi dulu ibu mengusirnya saat dia sedang mengandung. Bahkan hanya selang satu hari setelah paman meninggal. Itu sangat menyakitkan untuknya, bu,” ucap Beni mengingatkan sang ibu.Mungkin saat ini Beni sangat berharap jika Hanna bisa memaafkan ibunya, tapi ia juga tak bisa memaksa Hanna untuk memaafkan ibunya. Ia sangat tahu bagaimana rasanya menjadi Hanna.Meski ia sempat marah kepada sang ibu, dan ibunya tidak pernah mau mendengar apa yang ia katakan hingga tetap me
“Hai Hanna?” ucap Beni sambil melambaikan tangannya ke arah Hanna.Sementara Hanna menatap ke arah wanita yang berdiri di samping Beni. Wanita tersebut tersenyum, dan saat itu juga Hanna memalingkan wajahnya.“Apa dia ibu Beni?” tanya mbah Ruti pada Hanna.Hanna menatap ke aah mbah Ruti, lalu mengangguk pelan. “Sebaiknya kita temui mereka, bagaimana pun mereka adalah tamu di rumah ini,” ucap mbah Ruti yang langsung menggandeng tangan Hanna. Mbah Ruti pun mengajak Hanna menemui Beni dan ibunya.“Hanna, apa kabar?” tanya Martha, ibu Beni pada Hanna.Hanna tak menjawab sapaan Martha, ia mengingat jelas bagaimana dia mengusirnya dan sang ayah, waktu malam hari itu hingga ayahnya meninggal sebelum meninggalkan rumahnya.“Baik, lebih baik dari waktu kau usir aku dan ayahku,” jawab Hanna dengan nada dinginnya.“Maafkan aku, aku benar-benar menyesal waktu itu mengusir kalian, aku selalu merasa bersalah dan aku selalu mencarimu, tapi tidak pernah menemukanmu,” ucap Marta.Hanna pun menyungging
Kelvin tidak mau hal yang sama seperti hari kemarin terulang. Ia sangat tahu jika Hanna tidak menginginkan kehadirannya, apalagi berada dalam satu mobil bersamanya.“Terima kasih nyonya, tapi saya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” sahut Kelvin.“Baiklah kalau begitu. Kami pergi dulu,” ucap mbah Ruti.Kelvin menganngguk, lalu menatap kepergian Hana dan mbah Ruti yang berjalan berdampingan dengan Haannnaa. Kelvin menghalang nafasnya, lalu kembali masuk ke kantor.Kelvin menyandarkan tubuhnya di kursi, sambil menatap langit biru lewat jendela kantornya. “Aku tidak akan menyimpan harapan besar lagi padamu, Hanna. Aku hanya akan berusaha semampuku untuk mendapatkanmu kembali, dan jika hatimu masih sekeras batu, maka aku tidak akan memaksa,” gumam Kelvin.Setelah mengambil bunga tabur pda Abi, mereka pun langsung menuju pemakaman yang tidak terlalu jauh dari kantor tersebut. Jarak pemakaman dan kantor yang lumayan dekat, membuat mereka tak perlu terlalu memakan waktu untuk sampa
Mbah Ruti menyandarkan tubuhnya di kursi. lalu menetap Kelvin. “Jika dia memilih pria lain, maka aku harap kamu masih bisa berada di sini. Aku mempercayaimu untuk memegang perusahaan ini, karena aku tahu Hanna tidak mempunyai kemampuan itu,” sahut mbah Ruti.Kelvin pun terkekeh mendengar jawaban mbah Ruti. “Bagaimana mungkin saya bertahan di sini, sedangkan suatu saat cucu menantu anda mungkin akan lebih pandai dan lebih bijaksana memimpin perusahaan ini, daripada saya,” jawab Kelvin.Mbah Ruti menggelengkan kepalanya. “Mungkin dia mampu, dan dia lebih pandai darimu, tapi mungkin aku tidak bisa dengan mudah mempercayai darinya,” sahut mbah Ruti, membuat Kelvin terdiam sejenak.“Sudahlah, aku harus ke ruanganku. Aku yakin banyak hal yang menungguku di sana,” ucap mbah Ruti sambil berdiri, lalu melangkah pergi.Sementara Kelvin hanya menatap kepergian wanita yang tua yang berharap banyak padanya itu, hingga ia menghilang di balik pintu ruangannya.“Jika Hanna tidak bisa kembali padaku,
Hana melangkah mendekat ke arah Kelvin, lalu duduk di sebelah mbah Ruti. “Lain kali tanya saja langsung padaku, biar aku jelaskan sejelas-jelasnya apa yang ingin kamu tahu. Tidak perlu kamu bertanya pada orang lain, apalagi mbah Ruti yang tidak tahu siapa itu tante Marta, dan siapa itu Benny,” imbuhan.Nada bicara Hanna yang masih dingin membuat Kelvin merasa canggung. “Maafkan aku Hanna, jika aku mencari tahu tentangmu lewat orang lain. Aku akui, aku salah,” sahut Kelvin.Mbah Ruti menoleh ke arah Hanna, lalu menepuk tangannya. “Hanna ajaklah Kelvin untuk makan malam di sini. Hari sudah sore, aku yakin dia pasti sudah lapar setelah melakukan pekerjaan di kantor,” ucap mbah Ruti.Mbah Ruti pun menatap ke arah Kelvin sejenak, lalu kembali menatap ke arah mbah Ruti. “Jangan mengajaknya makan malam disini, aku takut jika pelayan di rumahnya sudah memasak, dan masakannya akan mubazir jika dia tidak kembali untuk makan malam,” jawab Hanna.Kelvin pun menyembunyikan senyum, ia sangat paham
Kelvin turun dari mobil, tatapannya menatap ke arah pria yang saat ini masih berbicara dengan santainya bersama Hanna.Ia menutup pintu mobil, lalu melangkah menghampiri Hanna. Ada raut kekesalan di wajahnya yang ia tahan.Hanna dan pria tersebut pun menoleh ke arah Kelvin. “Siapa dia Hanna?” tanya Kelvin. Bisa terdengar dengan jelas nada suaranya yang sangat dingin.“Hai, aku Beni,” ucap pria bernama Beni, memperkenalkan diri sebelum Hanna menjawab pertanyaan Kelvin. Ia mengulurkan tangannya ke arah Kelvin dengan senyuman yang terukir di bibirnya.“Oh,” sahut Kelvin singkat membuat Beny semakin tersenyum, atau mungkin menahan tawanya karena melihat respon Kelvin yang menurutnya aneh..Kelvin pun seperti terpaksa menerima jabatan tangan dari Beni, lalu ia menoleh ke arah Hanna. “Sepertinya kau terlihat sangat bahagia sekarang,” ucapnya. Ia menatap Hanna dan Beny bergantian. “Nikmati waktu kalian, aku akan masuk ke dalam. Maaf sudah mengganggu,” imbuh kelvin yang langsung melangkah ma
Sepertinya Hanna pun mulai tahu apa maksud Reza memanggil kakak iparnya datang ke restoran tempat ia bekerja. “Apa kau berniat mendekatkanku dengan kakak iparmu itu?” ucap Hana langsung pada intinya membuat Reza terbelalak.‘Ya Tuhan, bagaimana mereka tahu? padahal tidak ada yang mengatakan pada mereka tentang rencanaku. Apa aku yang melakukannya terlalu terang-terangan?’ batin Reza.“Oke, kamu diam itu berarti jawaban dari pertanyaanku adalah benar, bukan begitu?” ucap Hanna kembali.“Maafkan aku bu Hanna, aku hanya mencoba melakukan yang terbaik untuk Anda dan kakakku. Aku pikir kalian sama-sama membutuhkan teman hidup yang baru.” sahut Reza merasa tidak enak.Hanna memutar kedua bola matanya. “Sepertinya aku pun akan mengatakan hal yang sama seperti kakak iparmu itu. Dengar Reza, hati seseorang tidak mungkin dengan mudahnya berubah untuk berpindah ke lain hati, apalagi hati yang pernah tersakiti. Aku harap kisahku dan kisah kakak iparmu yang tak bisa memiliki keluarga kecil yang ba
Arka pun menoleh ke arah Hanna. “Saya permisi, mari,” ucap Arka dengan senyuman yang menunjukan kesopanannya.Hanna pun tersenyum kecil, lalu menatap kepergian Arka. Setelah pintu tertutup dan memastikan Arka sudah pergi, Reza pun mendekat ke arah istrinya. Mengusap rambutnya, lalu memberikan kecupan di kening sang istri.“Kamu sudah dengar sendiri kan dari Bu Hanna, jika aku adalah tipe orang yang setia. Mulai sekarang jangan terlalu berprasangka buruk, dan cepatlah puli,” ucap Reza sambil membelai kepala sang istri.Amalia pun mengangguk. “Maafkan aku yang terlalu kuatir, tapi aku seperti itu karena aku tidak mau kehilanganmu,” ucap Amelia“Aku mengerti sayang. Terima kasih sudah takut kehilanganku, aku tahu kau sangat menyayangiku,” ucap Reza.Pemandangan di depan mata Hanna tersebut membuat Hanna merasa iri. Pemandangan yang belum Hanna rasakan. Kasih sayang dan perhatian penuh dari seorang suami.“Aku akan pulang karena ini sudah sore, aku takut Clayton menungguku di rumah,” uca