Hanna menoleh kembali ke arah Clayton. "Jika Clay nggak nurut, nanti mama semakin kena marah. Sekarang Clay ke kamar dulu sama mbak Atik, dan harus nurut, ok?" Kali ini Clay mengangguk dan langsung melangkah ke kamar didampingi Atik.Hanna duduk di sofa, sendirian menghadap ke arah Kelvin dan Rebecca. "Jadi apa yang ingin dibicarakan?"Lidya menghela nafas, raut wajahnya terlihat tak senang. Hanna yakin jika diskusi ini bukan keinginannya."Kami akan segera menikah," ucap Rebecca yang membuka obrolan."Aku tahu, aku sudah mendengarnya lebih dari lima kali. Aku sampai hafal di luar kepala dan terasa membosankan," sahut Hanna. "Eemm, lalu apa masalahnya?" lanjutnya."Aku akan menjadi istri kedua Kelvin, tinggal di rumah ini bersamamu, tapi pastinya dengan perlakuan yang berbeda," imbuh Rebecca.Hanna memutar bola matanya, lalu terkekeh. "Lalu apa masalahnya? Aku tidak peduli akan seperti apa kamu diperlakukan di rumah ini. Lebih spesial dariku…? Aku tahu itu pasti terjadi, karena aku sa
Lidya menoleh ke arah Hanna, menatap gadis yang tengah menunggu keputusannya. Lalu ia pun menatap ke arah Kelvin. "Kelvin, bagaimana menurutmu?" tanya Lidya."Selama itu tak mengganggu hubunganku dengan Rebecca," jawab Kelvin, ia menatap ke arah Hanna penuh kekesalan. Ia tak habis pikir jika gadis di hadapannya itu sangat berani."Tenang saja, aku bisa menjamin hubungan kalian aman dari gangguanku," jawab Hanna sambil mengedipkan sebelah matanya.Kelvin hanya membuang pandangannya, ia merasa kesal pada Hanna yang berani meminta banyak hal, sedangkan ia hanya orang yang kebetulan di butuhkan.Sementara Rebecca yang tak bisa bicara banyak hanya bisa berdecak kesal dalam hati. 'Seharusnya Jeremy segera menyingkirkan gadis sialan ini, sebelum dia mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Aku harap si tua bangka itu tidak setuju dengan permintaannya.'"Aku sepakat," ucap Lidya. Hal tersebut membuat Rebecca terbelalak. "Tante, apa anda membiarkan gadis kampung ini memeras anda?" ucap
Hanna masuk ke dalam kamarnya, ia bersandar di pintu yang sudah tertutup lalu memejamkan mata. "Ayunda, aku rasa kamu benar. Aku harus menikmati alur dari cerita hidupku ini. Aku wanita yang kuat," gumamnya.Hari pernikahan Kelvin dan Rebecca pun tiba. Hanya beberapa orang yang hadir sebagai saksi pernikahan mereka. Sementara Hanna berusaha memberitahu Clayton apa yang terjadi. Ia tak ingin anaknya salah paham dan memandang benci sang ayah. Meski Hanna sangat membenci Kelvin, tapi bagaimanapun juga Kelvin adalah ayah kandung Clayton, dan tak seharusnya seorang anak membenci ayahnya meski sifat dan kelakuan sang ayah yang sangat buruk."Jadi Clay punya mama dua?" tanya Clay pada Hanna. Mereka duduk di ruang tamu, tak ikut ke acara pernikahan Kelvin dan Rebecca yang dilakukan secara rahasia.Hanna pun hanya mengangguk pada Clay, meski hatinya merasa sangat berat. "Tapi Clay nggak mau punya dua mama," ucap Clayton sambil menunduk sedih. Hanna hanya bisa memeluk sang anak, tanpa bisa m
Semua Menatap ke arah Hanna yang tengah menuruni anak tangga. Bukan hanya Rebecca yang kaget dengan penampilan Hanna, Kelvin pun sangat terpukau dengan penampilan Hanna yang sangat berbeda dari biasanya.Sementara Lidya tersenyum melihatnya. Ia tidak salah pilih gaun untuk, Hanna. Gaun berwarna cream dengan payet yang indah membuat Hanna terlihat sangat anggun.Ditambah riasan dan rambut yang ditata dengan sederhana menambah penampilan Hanna terlihat sempurna."Ternyata aku tidak salah pilih pakaian untukmu," ucap Lidya."Setidaknya ini tidak akan mempermalukan anda di hadapan teman-teman anda nanti, yonya. Em, mungkin aku harus belajar memanggil anda dengan sebutan ibu?" sahut Hanna."Aku harap kamu tidak perlu belajar untuk melakukan peran yang baik," sahut Lidya. Lidya menoleh ke arah Kelvin. "Kita berangkat sekarang," ucapnya."Apa Kelvin juga ikut?" tanya Rebecca terlihat panik."Tentu. Bagaimana mungkin aku mengajak Hanna tanpa mengajak Kelvin?" jawab Lidya."Tapi ma, bukankah ka
Siapa yang tidak kaget dengan keberanian akan ucapan Hanna baru saja. Seorang Siska yang terkenal disegani setiap orang mendapat ucapan yang sangat tidak enak di dengar."Aku lihat kamu sangat pandai berbicara," ucap Siska. Ia melipat kedua tangannya menatap Hanna dengan tatapan tajam.Hanna melihat beberapa orang memegang ponsel ke arahnya. Ia tahu jika apa yang terjadi saat ini tengah direkam. Ia pun sedikit membungkukkan tubuhnya sambil tersenyum, itu sangat terlihat sopan."Maaf nyonya, aku bukanlah orang yang pandai bicara, tapi aku hanya mencoba mengatakan apa yang benar. Setiap orang punya masalalu yang kelam, menyakitkan bahkan mungkin sangat buruk. Namun semua orang memiliki kesempatan untuk memperbaikinya, jadi tak seharusnya masa lalu tersebut di ingat kembali sebagai bentuk hinaan, seperti yang anda lakukan," ucap Hanna kembali membuat Siska terperanjat.Lidya yang berharap bisa membuat nama baik keluarganya kembali, dengan membawa Hanna ke acara tersebut, sepertinya gaga
"Apa kamu berusaha pamer? Kamu pikir kamu pantas menjadi bagian keluarga Wirautama?" celetuk Rebecca.Hanna pun menoleh ke arahnya. "Itu urusanku," jawabnya sambil tersenyum.Jawaban Hanna berhasil memancing kemarahan Rebecca. "Apa kamu berusaha merebut posisiku?" hardik Rebecca."Aku tidak suka keributan di pagi hari," celetuk Lidya. Sepertinya ia mulai pusing dengan perdebatan Hanna dan Rebecca. Ia menatap ke arah keduanya bergantian. "Bisakah kalian menghabiskan sarapan tanpa berdebat?" "Aku hanya menjawab pertanyaan," sahut Hanna. Sementara Rebecca justru membuang pandangannya, ia menahan kesalnya dan hanya berdecak di dalam hati. 'Ini adalah hari pertamaku menjadi istri seorang Kelvin, tapi terasa sangat menyebalkan seperti ini.'"Clay, hari ini mau omah antar sekolah nggak sayang?" tanya Lidya pada Clayton yang sedari tadi hanya menjadi penonton."Sayang, mama hari ini mau pergi dulu. Nanti Clay berangkatnya di antar omah, terus pulangnya sama mbak Atik, ya?" ucap Hanna."Mama
"Kau menamparku?" ucap Hanna dan Rebecca hanya menatap dengan seringai di bibirnya. Hanna yang sudah basah kuyup dan pipi yang terasa perih merasa harus membalas, tapi ia tahu jika membalas dengan melukai maka akan menjadi masalah besar.Hanna melirik ke arah meja, tersenyum kecil dan langsung menyambar botol kecap. Dengan gerakan cepat Hanna pun menumpahkan kecap ke baju Rebecca."Hanna!" teriak Rebecca. "Apa kamu tidak tahu jika baju ini sangat—" teriakan Rebecca seketika berhenti saat mulutnya disumpal tisu okeh Hanna, yang diambil dari meja makan."Jangan teriak terus, boros suara," ucap Hanna yang langsung berlalu.Rebecca membuang tisu di mulutnya, dan yang menempel di giginya. "Aaahhkk!" teriak Rebecca, ia benar-benar dibuat kesal oleh Hanna. Tanpa disadari beberapa pelayan tengah tersenyum melihat pertengkaran mereka.Hanna masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaian. Pipinya yang memerah pun dibiarkan, karena perlahan juga akan hilang dengan sendirinya.Sementara Rebecca pun l
Pria tersebut menabrak Hanna hingga beberapa barang di tangannya pun terjatuh."Maaf, aku buru-buru," ucap pria tersebut.Hanna yang merasa kasihan pun membantunya memunguti beberapa kertas yang berhamburan."Terimakasih," ucap pria tersebut sambil tersenyum ke arah Hanna. "Kenalkan, aku Jeremy, senang bertemu orang baik sepertimu," ucapnya.Hanna menatap tangan Jeremy, ia ragu untuk menyalami pria yang baru ia kenal tersebut. "Bukankah kamu sedang buru-buru?" ucap Hanna."Ah, aku sampai lupa tujuanku. Pesonamu benar-benar menyihir orang," ucap Jeremy sambil kembali menarik tangannya yang tak disalami oleh Hanna. "Aku harap kita bisa bertemu lagi," ucap Jeremy kembali. Ia mengedipkan sebelah matanya, dan berlalu pergi.Hanna hanya menggeleng, merasa aneh dengan pria yang baru saja menabraknya. 'Dasar aneh,' batinnya.Sementara Jeremy kembali menoleh ke arah Hanna yang sudah masuk kedalam mobil dan berlalu pergi. "Dia benar-benar wanita yang menarik," gumamnya. Ia pun berlalu, tanpa ma
Hana menyunggingkan senyuman kecil. “Tinggal duduk saja kenapa aku harus menyuruhnya? Bukankah selama ini kamu selalu melakukan apapun tanpa aku tahu, apalagi izin dariku?” ucap Hanna yang bernada sebuah sindiran.“Sepertinya aku adalah orang yang paling buruk di hidupmu, hingga penyesalan dan apapun yang terjadi padaku saat ini tidak bisa membuatmu bisa memaafkan aku,” sahut kelvin yang langsung duduk dan menatap ke arah Hanna.“Kalau kamu sadar, maka itu lebih baik,” ucap Hana yang kembali menatap ke layar laptopnya.Hanna melirik ke arah Kelvin yang dia menatapnya. Ia pun tak mau memperdulikan hal tersebut, dan terus fokus ke layar laptop.“Jika kamu datang kemari hanya untuk menatapku, maka pergilah. Kamu hanya mengganggu konsentrasiku untuk bekerja,” ucap Hanna tanpa menoleh ke arah Kelvin sedikitpun.“Sebenarnya Ada hal penting yang ingin aku katakan padamu,” ucap Kelvin, tapi Hanna tetap tak menoleh ke arahnya.Lalu Kelvin pun mengambil sesuatu dari saku jasnya. “Aku ingin mela
Di atas sana Hanna menatap ke bawah, dengan air mata yang mengalir. “Kenapa kalian membuat aku menjadi sejahat ini? aku tidak bisa memaafkan kalian dengan mudah, itu juga karena ulah kalian sebelumnya,” gumam Hanna. Ia pun kembali menutup tirai jendelanya.Hanna berbaring di kamarnya, sementara Beni mengajak sang ibu untuk segera pulang. ”Ayo kita pulang, bu,” ucap Beni.Namun Martha menolaknya. “Aku tidak akan pulang sebelum Hanna memaafkanku,” ucapnya. “Bu dengarkan aku, Hanna tidak akan semudah itu memaafkan kita, apalagi dulu ibu mengusirnya saat dia sedang mengandung. Bahkan hanya selang satu hari setelah paman meninggal. Itu sangat menyakitkan untuknya, bu,” ucap Beni mengingatkan sang ibu.Mungkin saat ini Beni sangat berharap jika Hanna bisa memaafkan ibunya, tapi ia juga tak bisa memaksa Hanna untuk memaafkan ibunya. Ia sangat tahu bagaimana rasanya menjadi Hanna.Meski ia sempat marah kepada sang ibu, dan ibunya tidak pernah mau mendengar apa yang ia katakan hingga tetap me
“Hai Hanna?” ucap Beni sambil melambaikan tangannya ke arah Hanna.Sementara Hanna menatap ke arah wanita yang berdiri di samping Beni. Wanita tersebut tersenyum, dan saat itu juga Hanna memalingkan wajahnya.“Apa dia ibu Beni?” tanya mbah Ruti pada Hanna.Hanna menatap ke aah mbah Ruti, lalu mengangguk pelan. “Sebaiknya kita temui mereka, bagaimana pun mereka adalah tamu di rumah ini,” ucap mbah Ruti yang langsung menggandeng tangan Hanna. Mbah Ruti pun mengajak Hanna menemui Beni dan ibunya.“Hanna, apa kabar?” tanya Martha, ibu Beni pada Hanna.Hanna tak menjawab sapaan Martha, ia mengingat jelas bagaimana dia mengusirnya dan sang ayah, waktu malam hari itu hingga ayahnya meninggal sebelum meninggalkan rumahnya.“Baik, lebih baik dari waktu kau usir aku dan ayahku,” jawab Hanna dengan nada dinginnya.“Maafkan aku, aku benar-benar menyesal waktu itu mengusir kalian, aku selalu merasa bersalah dan aku selalu mencarimu, tapi tidak pernah menemukanmu,” ucap Marta.Hanna pun menyungging
Kelvin tidak mau hal yang sama seperti hari kemarin terulang. Ia sangat tahu jika Hanna tidak menginginkan kehadirannya, apalagi berada dalam satu mobil bersamanya.“Terima kasih nyonya, tapi saya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” sahut Kelvin.“Baiklah kalau begitu. Kami pergi dulu,” ucap mbah Ruti.Kelvin menganngguk, lalu menatap kepergian Hana dan mbah Ruti yang berjalan berdampingan dengan Haannnaa. Kelvin menghalang nafasnya, lalu kembali masuk ke kantor.Kelvin menyandarkan tubuhnya di kursi, sambil menatap langit biru lewat jendela kantornya. “Aku tidak akan menyimpan harapan besar lagi padamu, Hanna. Aku hanya akan berusaha semampuku untuk mendapatkanmu kembali, dan jika hatimu masih sekeras batu, maka aku tidak akan memaksa,” gumam Kelvin.Setelah mengambil bunga tabur pda Abi, mereka pun langsung menuju pemakaman yang tidak terlalu jauh dari kantor tersebut. Jarak pemakaman dan kantor yang lumayan dekat, membuat mereka tak perlu terlalu memakan waktu untuk sampa
Mbah Ruti menyandarkan tubuhnya di kursi. lalu menetap Kelvin. “Jika dia memilih pria lain, maka aku harap kamu masih bisa berada di sini. Aku mempercayaimu untuk memegang perusahaan ini, karena aku tahu Hanna tidak mempunyai kemampuan itu,” sahut mbah Ruti.Kelvin pun terkekeh mendengar jawaban mbah Ruti. “Bagaimana mungkin saya bertahan di sini, sedangkan suatu saat cucu menantu anda mungkin akan lebih pandai dan lebih bijaksana memimpin perusahaan ini, daripada saya,” jawab Kelvin.Mbah Ruti menggelengkan kepalanya. “Mungkin dia mampu, dan dia lebih pandai darimu, tapi mungkin aku tidak bisa dengan mudah mempercayai darinya,” sahut mbah Ruti, membuat Kelvin terdiam sejenak.“Sudahlah, aku harus ke ruanganku. Aku yakin banyak hal yang menungguku di sana,” ucap mbah Ruti sambil berdiri, lalu melangkah pergi.Sementara Kelvin hanya menatap kepergian wanita yang tua yang berharap banyak padanya itu, hingga ia menghilang di balik pintu ruangannya.“Jika Hanna tidak bisa kembali padaku,
Hana melangkah mendekat ke arah Kelvin, lalu duduk di sebelah mbah Ruti. “Lain kali tanya saja langsung padaku, biar aku jelaskan sejelas-jelasnya apa yang ingin kamu tahu. Tidak perlu kamu bertanya pada orang lain, apalagi mbah Ruti yang tidak tahu siapa itu tante Marta, dan siapa itu Benny,” imbuhan.Nada bicara Hanna yang masih dingin membuat Kelvin merasa canggung. “Maafkan aku Hanna, jika aku mencari tahu tentangmu lewat orang lain. Aku akui, aku salah,” sahut Kelvin.Mbah Ruti menoleh ke arah Hanna, lalu menepuk tangannya. “Hanna ajaklah Kelvin untuk makan malam di sini. Hari sudah sore, aku yakin dia pasti sudah lapar setelah melakukan pekerjaan di kantor,” ucap mbah Ruti.Mbah Ruti pun menatap ke arah Kelvin sejenak, lalu kembali menatap ke arah mbah Ruti. “Jangan mengajaknya makan malam disini, aku takut jika pelayan di rumahnya sudah memasak, dan masakannya akan mubazir jika dia tidak kembali untuk makan malam,” jawab Hanna.Kelvin pun menyembunyikan senyum, ia sangat paham
Kelvin turun dari mobil, tatapannya menatap ke arah pria yang saat ini masih berbicara dengan santainya bersama Hanna.Ia menutup pintu mobil, lalu melangkah menghampiri Hanna. Ada raut kekesalan di wajahnya yang ia tahan.Hanna dan pria tersebut pun menoleh ke arah Kelvin. “Siapa dia Hanna?” tanya Kelvin. Bisa terdengar dengan jelas nada suaranya yang sangat dingin.“Hai, aku Beni,” ucap pria bernama Beni, memperkenalkan diri sebelum Hanna menjawab pertanyaan Kelvin. Ia mengulurkan tangannya ke arah Kelvin dengan senyuman yang terukir di bibirnya.“Oh,” sahut Kelvin singkat membuat Beny semakin tersenyum, atau mungkin menahan tawanya karena melihat respon Kelvin yang menurutnya aneh..Kelvin pun seperti terpaksa menerima jabatan tangan dari Beni, lalu ia menoleh ke arah Hanna. “Sepertinya kau terlihat sangat bahagia sekarang,” ucapnya. Ia menatap Hanna dan Beny bergantian. “Nikmati waktu kalian, aku akan masuk ke dalam. Maaf sudah mengganggu,” imbuh kelvin yang langsung melangkah ma
Sepertinya Hanna pun mulai tahu apa maksud Reza memanggil kakak iparnya datang ke restoran tempat ia bekerja. “Apa kau berniat mendekatkanku dengan kakak iparmu itu?” ucap Hana langsung pada intinya membuat Reza terbelalak.‘Ya Tuhan, bagaimana mereka tahu? padahal tidak ada yang mengatakan pada mereka tentang rencanaku. Apa aku yang melakukannya terlalu terang-terangan?’ batin Reza.“Oke, kamu diam itu berarti jawaban dari pertanyaanku adalah benar, bukan begitu?” ucap Hanna kembali.“Maafkan aku bu Hanna, aku hanya mencoba melakukan yang terbaik untuk Anda dan kakakku. Aku pikir kalian sama-sama membutuhkan teman hidup yang baru.” sahut Reza merasa tidak enak.Hanna memutar kedua bola matanya. “Sepertinya aku pun akan mengatakan hal yang sama seperti kakak iparmu itu. Dengar Reza, hati seseorang tidak mungkin dengan mudahnya berubah untuk berpindah ke lain hati, apalagi hati yang pernah tersakiti. Aku harap kisahku dan kisah kakak iparmu yang tak bisa memiliki keluarga kecil yang ba
Arka pun menoleh ke arah Hanna. “Saya permisi, mari,” ucap Arka dengan senyuman yang menunjukan kesopanannya.Hanna pun tersenyum kecil, lalu menatap kepergian Arka. Setelah pintu tertutup dan memastikan Arka sudah pergi, Reza pun mendekat ke arah istrinya. Mengusap rambutnya, lalu memberikan kecupan di kening sang istri.“Kamu sudah dengar sendiri kan dari Bu Hanna, jika aku adalah tipe orang yang setia. Mulai sekarang jangan terlalu berprasangka buruk, dan cepatlah puli,” ucap Reza sambil membelai kepala sang istri.Amalia pun mengangguk. “Maafkan aku yang terlalu kuatir, tapi aku seperti itu karena aku tidak mau kehilanganmu,” ucap Amelia“Aku mengerti sayang. Terima kasih sudah takut kehilanganku, aku tahu kau sangat menyayangiku,” ucap Reza.Pemandangan di depan mata Hanna tersebut membuat Hanna merasa iri. Pemandangan yang belum Hanna rasakan. Kasih sayang dan perhatian penuh dari seorang suami.“Aku akan pulang karena ini sudah sore, aku takut Clayton menungguku di rumah,” uca