"Sepertinya Tante Ratih ini tidak suka dengan Melati ataupun Sintia, ini bisa aku jadikan kesempatan untuk memanfaatkan Tante Ratih agar bisa membantu aku untuk mendapatkan devan dengan lebih mudah!" ujar Sheril dengan senyuman yang sangat licik. Sheril pun berjalan lalu mendekati Bu Ratih. "Haii Tante!" ujar gadis itu menyapa. "Kamu sedang apa disini? kenapa kamu tidak istirahat di kamar kamu saja agar sakit kamu itu cepat pulih. Dengan begitu kamu juga akan segera keluar dari dalam rumah ini!" sahut Bu Ranti tanpa dugaan. "Ya ampun Tante, kenapa sih Tante kok sekarang sering marah-marah gitu sama aku. Padahal kan kita dulu sempet dekat banget!" "Aku tahu pasti Tante kesel kan sama kedua menantu di rumah ini, mereka itu memang sangat menyebalkan dan susah dibilangin. Padahal kalau aku jadi mereka tentunya aku akan sangat merasa beruntung karena memiliki mertua seperti Tante Ratih!" ungkap Sheril yang sedang melancarkan aksinya. "Kamu benar sekali Sheril, Tante ini memang tidak
Ketika sampai kamar, Melati menyimpan barang-barang nya di atas sofa. "Andai saja aku punya lemari baju, pasti aku tidak akan bingung menyimpan barang ini dimana!" gerutu gadis itu di dalam hatinya. Devan yang melihat ke arah Melati seperti mengerti dengan apa yang sedang gadis itu rasakan."Ada apa? kenapa kamu melamun seperti itu?" tanya Devan. "Tidak ada mas, aku tidak sedang melamun" sahut Melati sedikit gugup. "Kamu bisa menyimpan barang-barang mu ini di dalam lemariku, dan baju-baju yang ada di koper mu itu bisa kamu pindahkan ke sana juga!" ungkap pria itu dingin itu. Gadis itu pun langsung menatap keheranan. "Kenapa kamu malah menatap aku seperti itu sekarang?" "Apa kamu tidak salah bicara mas? bukankah aku tidak boleh menyentuh apapun di kamar ini yang menjadi milikmu? oh aku tahu sekarang, aku bisa menyimpan barang milikku ini di dalam lemari selama ada Sheril di rumah ini bukan?" ungkap gadis itu polos. "Aku sedang berbuat baik dan kamu malah bertanya seperti itu, a
Keesokan harinya, Devan terlihat sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantor. "Mas, ini teh hijau untuk kamu!" ujar Melati seperti biasanya. "Terima kasih!" sahut pria itu singkat."Iyah sama-sama mas, ya sudah kalau begitu aku tinggal dulu yah!" "Oh Iyah Melati tunggu sebentar, hari ini aku akan pergi ke kantor lebih awal karena ada meeting pagi. Jadi aku tidak akan sarapan di rumah!" ungkap Devan. "Oh begitu yah mas, ya sudah aku akan menyiapkan bekal untuk kamu bawa ke kantor yah. Kebetulan aku juga sudah selesai memasak sarapan pagi!" "Iyah boleh, terima kasih yah!" "Iyah mas, sama-sama!" sahut gadis itu lalu bergegas pergi. Melati pun langsung bergegas pergi ke dapur dan menyiapkan bekal untuk suaminya itu. "Loh non kenapa makanannya di masukin ke kotak bekal?" tanya Bi Mariam. "Iyah bi, soalnya hari ini mas Devan tidak sarapan di rumah karena katanya ada metting pagi dengan client. Makanya aku membawakan bekal untuk di makan di kantor nanti!" "Oh begitu yah, non Kayla in
Terlihat di rumah semua orang tengah sibuk mempersiapkan pesta untuk acara ulang tahun Devan."Oma, Oma duduk saja disini jangan terlalu banyak melakukan pekerjaan!" pinta Melati."Tidak apa-apa sayang, ini adalah hari spesial untuk Devan jadi Oma ingin semuanya jadi yang terbaik!" sahut wanita tua itu. "Iyah Oma aku ngerti maksud Oma, tapi Oma inikan harus istirahat juga. Lagi pula kan ada aku disini yang akan memantau semuanya!" "Ya sudah kalau memang begitu, Oma akan menuruti perkataan kamu!" "Sekarang Oma duduk saja bersama Sintia yah!" pinta gadis itu. "Melati, apa ada yang bisa aku bantu!" ujar Sheril sambil tersenyum. "Tidak ada mba, lagi pula mba Sheril inikan tamu di rumah ini jadi biarkan saja aku yang menyiapkan semuanya!" "Ya aku tahu kalau aku memang tamu di rumah ini, tapi jangan lupa juga kalau aku ini mantannya Devan dan pastinya aku juga ingin memberikan yang terbaik di acara ulang tahunnya ini! Ya aku tidak mau saja kalau nanti Devan tidak suka dengan dekor yan
"Ihhh nyebelin banget sih, ngapain juga tadi kak Sintia pake acara dateng segala dan ngancurin semuanya!" gerutu Cindy. "Cindy!" teriak Sintia yang tiba-tiba saja datang."Ada apa kak?" tanya gadis itu pura-pura polos."Aku tahu pasti kamu tadi sengaja kan mau gangguin Melati!" ujar Sintia to the poin. "Apaan sih kak, jangan asal tuduh gitu dong. Kalau tidak ada bukti itu namanya fitnah loh kak!" "Sudahlah Cindy, kakak tahu kok kalau kamu dan Sheril itu pasti punya rencana jahat kan sama Melati. Kakak cuman mau kasih tahu kamu satu hal untuk jangan ikut campur dengan urusan orang dewasa, dan jangan mau di manfaatin seperti ini!" "Tapi aku itu memang gak suka sama Melati, aku juga melakukan hal itu bukan hanya untuk kak Sheril saja tapi memang karena aku juga kesel sama cewek kampungan itu. Dia itu gak banget deh menurut aku, dan aku itu lebih suka kalau kak Sheril yang jadi istrinya kak Devan!" "Ya ampun Cindy kakak heran deh sama jalan pikiran kamu itu, kenapa sih kamu jadi sepe
Saat semua orang tengah sibuk, Sheril mengambil kesempatan itu untuk menghancurkan kue ulang tahun yang telah Melati buat untuk Devan. "Aku sudah menyiapkan kue ulang tahun yang terbaik untuk Devan, jadi aku rasa Devan tidak lagi membutuhkan kue buatan Melati yang sangat jelek ini!" ungkap gadis itu sambil tersenyum licik. "Untuk apa repot-repot membuat kue segala, padahal kan ada yang lebih praktis dengan membelinya saja. Dasar gadis kampung itu memang senang sekali mencari perhatian dengan di puji banyak orang. Tapi tidak apa-apa, karena aku akan menghancurkan nya sekarang!"Dengan liciknya dia mengambil satu ekor kecoa yang sudah mati, lalu berniat untuk meletakkan kecoa itu di atas kue milik Melati. "Non Sheril!" tegur Bi Mariam.Dengan sangat terkejut gadis jahat itupun langsung memasukkan kembali kecoa itu ke dalam sakunya. "Eh Iyah bi, ada apa?" sahut Gadis itu dengan gugup. "Non Sheril sedang apa disini?" "Hhhmm aku tidak sedang apa-apa bi, aku habis menyimpan kue ini di
Setelah memberikan potongan pertama untuk Melati, dia pun memberikan potongan kedua untuk Oma Laksmi, dan di teruskan untuk Pak Hardi sang papah. "Terima kasih Devan!" ujar Oma Laksmi sambil memeluk cucunya itu penuh haru. "Justru harusnya Devan yang berterima kasih pada Oma, karena selama ini Oma yang selalu ada untuk Devan!" "Ini Kado dari aku, mungkin ini tidak lah mewah tapi semoga hadiah yang aku berikan ini bermanfaat buat kamu dan semoga kamu juga suka dengan hadiah yang aku berikan!" ujar Melati sambil memberikan sebuah kotak berisi hadiah. "Terima kasih, apapun isinya aku pasti akan sangat menyukainya!" sahut Pria itu. "Bisa-bisanya Devan melupakan aku, dia sama sekali tidak bisa melihat keberadaan aku di rumah ini. Pasti sekarang Melati merasa senang karena dia telah menang kali ini!" ujar Sheril di dalam hatinya dengan perasaan yang terlihat kesal. "Bagaimana kalau kita berdansa!" ujar Radit mencairkan suasana. "Iyah itu ide yang sangat bagus!" sahut Oma Laksmi excit
Rifaldi pun langsung melepaskan Sintia begitu saja dan mulai bersikap aneh."Ada apa dengan kamu mas, apa yang aku katakan itu benar?" "Aku tidak suka dengan ucapan kamu itu, tolong jangan bicara seperti itu lagi karena sekarang ini aku hanya ingin fokus dengan rumah tangga kita!" ujar Rifaldi. "Baiklah, aku tidak akan mengatakan apapun lagi. Tapi tolong buktikan ucapan kamu itu mas!" sahut Sintia sedikit menantang. "Cindy, ayoh ikut aku!" ajak Sheril menarik Cindy. "Mau kemana Sheril mengajak Cindy seperti itu, aku jadi merasa curiga!" ujar Bu Ranti yang sedari tadi memperhatikan. "Jangan sampai Sheril memanfaatkan Cindy untuk melakukan hal yang tidak-tidak, aku tidak mau kalau sampai Cindy mendapatkan masalah di rumah ini. Bagaimana pun juga dia adalah putriku satu-satunya!" Wanita paruh baya itu pun mulai mengikuti kemana mereka berdua pergi. "Ada apa kak?" tanya gadis polos itu. "Kamu mau kan bantuin kakak!" sahut Sheril. "Bantuin apa kak?" "Ya bantuin kerjain si Melati
Keesokan harinya Rifaldi sudah berada di depan rumah Sintia, dia terlihat membawakan Sintia bunga dan juga buah-buahan untuk keluarganya. "Assalamualaikum Pak...!" sapa dia pada mertuanya yang kebetulan berada di depan. "Waalaikumsalam... nak Rifaldi pasti kesini untuk menemui Sintia bukan!" sahut pria paruh baya itu.."Iyah Pak, apa Sintia ada!" "Ada, ayoh kita masuk ke dalam!" "Mas Rifaldi, kamu kesini lagi? ada apa mas?" tanya Sintia. "Aku datang kesini untuk meminta kamu agar ikut pulang dengan aku ke rumah kita!" sahut pria itu. Sintia pun langsung memandangi wajah kedua orang tuanya. "Apa mas Rifaldi sudah yakin dengan keputusan ini, aku tidak mau kalau nantinya mas Rifaldi akan menyesal!" "Tentu saja aku sudah yakin, aku tidak akan menyesal sama sekali karena ini murni keinginan aku. Aku ingin kita bisa sama-sama seperti dulu lagi sintia, tolong berikan aku satu kesempatan untuk bisa menjaga dan mencintai kamu dan ikut membesarkan anak kita sama-sama!" ungkap Rifaldi de
"Bapa akan mencoba membantu kamu dan berbicara dengan Sintia mengenai ini, bapa akan memberikan pengertian pada dia. Jadi nak Rifaldi harus mau menunggu untuk itu!" ujar Pak Ridwan."Aku tidak masalah sama sekali pak jika harus menunggu Sintia begitu lama!" Baiklah, kalau begitu sebaiknya nak Rifaldi pulang dulu saja, besok pagi nak Rifaldi bisa datang kesini lagi dan kami akan memberikan keputusannya!" "Baik Pak, Terima kasih sebelumnya atas bantuannya Pak, Bu!" "Sama-sama nak Rifaldi, kalau untuk kebaikan pasti kami akan selalu mendukung. Iyah kan Pak!" ujar Bu Anis. "Iyah bu benar sekali!" sahut Pak Ridwan sambil tersenyum.."Kalau begitu saya pamit pulang dulu pak, besok pagi saya akan kesini lagi. Dan tolong sampaikan salam dari saya untuk Sintia!" "Assalamualaikum....!" ujar Rifaldi.."Waalaikumsalam...!" sahut Bu Anis dan Pak Ridwan..Setelah Rifaldi pulang, Bu Anis dan Pak Ridwan pun langsung mencoba untuk berbicara dengan Sintia. Tok tok tok"Sintia, buka dulu nak. Kami
Serangkaian acara pun mulai di lakukan, semua orang tampak sangat bahagia sekali. Kini acara itu dilanjutkan dengan melakukan siraman. "Dimana ayah dari calon bayinya? Mama suami kamu!" tanya seorang wanita paruh baya yang memimpin acara tersebut...Sontak semua orang pun terdiam dan saling menatap satu sama lainnya. "Apa acaranya tidak bisa dilanjutkan kalau tidak ada suami saya mbok!" tanya Sintia. "Memangnya suami kamu kemana? bukankah ini juga acara yang penting untuk dia!" "Saya ada disini!" sahut seorang pria yang tiba-tiba saja datang. Semua orang pun langsung dialihkan pandangnya, dan merasa terkejut saat tahu bahwa pria tersebut adalah Rifaldi..."Rifaldi pah!" ujar Bu Ranti pada suaminya. Rifaldi pun langsung berjalan ke arah Sintia..."Apa sekarang acaranya sudah bisa di mulai?" tanya pria itu membuat semua orang membisu."Tentu saja, kita bisa mulai siramannya sekarang!" Acara siraman tujuh bulanan pun langsung di lakukan... Setelah serangkaian acara selesai dan b
"Mas, Cindy.. ayoh kesini. aku sudah membuatkan minuman dan cemilan untuk kalian!" panggil Melati...Tak berselang lama Cindy dan Devan pun datang menghampiri Melati yang sudah berada di ruang makan. "Ya ampun kak, kenapa gak ngajak-ngajak aku sih. Aku kan bisa bantuin kakak!" ujar Cindy. "Engga apa-apa kok, ini kan bikinnya juga simple banget jadi kakak bisa sendiri!" sahut Melati.."Aku cobain yah, kelihatannya enak banget!" "Iyah boleh dong, ayoh di makan!" "Hmmm apapun yang dibuat oleh istri aku ini memang gak pernah gagal. Tangan kamu ini memang ajaib banget yah!" "Makasih yah mas, kamu itu selalu memuji aku!" "Kapan-kapan aku juga mau dong kak belajar masak, biar nanti tuh setelah aku punya suami aku bisa masakin suami aku makanan yang enak terus setiap hari. Terus dapet pujian deh dari dia, sama seperti kalian ini!" ungkap Cindy. "Boleh dong, kamu bisa datang kesini dan belajar kapan pun yang kamu mau. Kakak pasti akan selalu ngajarin kamu sampai kamu bisa!" sahut Melati
Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh akhirnya Melati, Devan dan Cindy pun sudah sampai di rumah baru mereka. Melati terlihat senang sekali dengan rumah baru yang akan ditinggalinya itu. Rumah yang terlihat sangat megah, dan halaman yang luas beserta taman membuat rumah itu terkesan mewah. "Gimana menurut kamu? apa kamu suka sama rumahnya!" tanya Devan. "Aku suka banget mas sama rumahnya, rumahnya bagus, mewah dan terlihat sangat nyaman!" sahut gadis itu. "Waw keren banget kak, ternyata kak Devan pintar juga yah milih desain rumah yang bagus!" puji Cindy. "Aku kayaknya bakalan sering nginep disini deh, apalagi letaknya juga tidak terlalu jauh dari kampus aku!" "Tentu saja boleh dong, kalau kamu mau tinggal disini juga tidak masalah sama sekali kok!" sahut Devan. "Iyah, kakak malah seneng banget karena nanti ada temennya!" "Ya udah yuk kita masuk ke dalam, pasti kamu sudah penasaran kan dengan isi rumah kita yang baru ini!" ajak Devan. "Iyah mas, aku memang sudah penas
Keesokan paginya terlihat Devan dan Melati sudah bersiap-siap untuk pindah rumah, semua orang pun merasa sedih akan kepindahan mereka berdua. "kenapa kalian berdua mendadak pindah pagi ini, bukankah akan pindahnya sore nanti!" Ujar Oma Laksmi.."Sebelumnya aku mau minta maaf Oma, karena secara mendadak aku dan Melati memutuskan untuk pindah pagi ini. Aku juga sudah bicara dengan papa dan meminta ijin untuk tidak masuk kantor dulu!" "Loh kak Devan sama kak Melati mau pindahan sekarang?" Tanya Cindy."Iyah Cindy!" Sahut singkat Melati.."Tapi kenapa? Bukannya kemarin bilangnya nanti sore yah!" "Tadinya memang begitu tapi kita jugakan harus beresin barang-barang kita nanti disana. Jadi pasti akan membutuhkan waktu yang cukup lama!" "Ya udah kalau gitu aku ikut kalian yah, aku bantuin kalian beres-beres disana gimana? Bolehkan?" "Boleh dong, malah kita senang banget karena ada yang bantuin. Iyah kan mas!" Devan pun menganggukkan sambil tersenyum ke arah Cindy. "Yess!" Ucap gadis it
Terlihat Melati sedang membereskan barang-barangnya yang akan dia bawa nanti saat pindah rumah, gadis itu nampak sibuk sekali. Dan tak lama dari itu Devan pun sudah pulang dari kantornya.."Kelihatannya istriku ini sangat sibuk sekali, sampai-sampai suami pulang saja tidak tahu!" ujar Devan menggoda.."Ya ampun mas maaf banget yah, aku terlalu asik beresin barang-barang kita!" sahut gadis itu yang merasa tidak enak. "Tidak apa-apa, aku juga hanya bercanda kok!" "Oh Iyah mas, tadi setelah kamu pergi ke kantor ada kedua orang tua Sintia datang kesini!" "Apa Sintia juga ikut?" "Tidak mas, hanya bapa dan ibunya saja yang datang. Mereka datang kesini hanya ingin meminta kejelasan pada mas Rifaldi dan ternyata mas Rifaldi lebih memilih menceraikan Sintia setelah anak mereka lahir nanti mas!" ungkap gadis itu dengan raut wajah yang sedih. "Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya Rifaldi, dia sampai tega menyakiti banyak orang sekaligus!" "Makanya mas, aku merasa sedih dan bersalah s
Setelah kedua orang tua Sintia pulang, Pak Hardi dan yang lainnya pun mencoba untuk bicara dengan Rifaldi. "Rifaldi tunggu dulu!" pinta Pak Hardi.."Ada apa lagi pah!" sahut pria itu ketus. "Papa ingin bicara dengan kamu!" "Kalau papa ingin membicarakan masalah aku dengan Sintia, aku rasa sudah tidak ada lagi yang perlu di bicarakan pah!" "Rifaldi, mama benar-benar kecewa sama kamu. Kenapa kamu ini jadi egois seperti ini!" ujar Bu Ranti dengan nada yang tinggi. "Aku egois, aku jadi seperti ini karena kesalahan aku sendiri. Seandainya saja waktu itu aku tidak menikahi Sintia dan meneruskan pernikahan aku dengan Melati pasti kejadiannya tidak akan seperti ini!" "Kak, kenapa sih kakak ini gak bisa belajar mencintai kak Sintia. Padahal kak Sintia juga wanita yang baik dia juga sangat mencintai kak Rifaldi dengan sangat tulus!" ungkap Cindy yang juga ikut kesal. "Kamu diam saja Cindy, tolong jangan ikut campur dengan masalah ku ini!" "Kenapa kak, kenapa aku tidak boleh untuk ikut b
Pria itu pun langsung bergegas pergi meninggalkan semua orang dengan menahan kesal. "Sepertinya Rifaldi itu marah pah!" Ujar wanita paruh baya itu.."Marah kenapa mah?" "Dia sepertinya kesal karena Melati dan Devan memutuskan untuk pindah rumah, tapi itu hanya perkiraan mama saja!" ungkap Bu Ranti.."Tapi keputusan Devan untuk pindah rumah itu sudah tepat mah, dengan begitu Rifaldi tidak akan terus di bayang-bayangi oleh Melati. Dan siapa tahu dia bisa melupakan Melati juga!" sahut pak Hardi."Jujur saja sebenarnya memang itu alasan aku dan Melati memutuskan untuk pindah rumah, aku merasa tidak akan baik jika harus tinggal satu atap dengan Rifaldi. Apalagi setelah apa yang sudah dia lakukan selama ini sangatlah keterlaluan, dia bahkan yang pertama kali mengajak Sheril untuk bekerja sama!" ungkap Devan."Apa kamu yakin, kamu tahu dari mana soal itu. Kalau Sheril yang terlebih dulu mengajak Rifaldi bagaimana?" tanya Bu Ranti.."Sheril yang mengatakannya langsung mah, bahkan sebelum Sh