Setelah memberikan potongan pertama untuk Melati, dia pun memberikan potongan kedua untuk Oma Laksmi, dan di teruskan untuk Pak Hardi sang papah. "Terima kasih Devan!" ujar Oma Laksmi sambil memeluk cucunya itu penuh haru. "Justru harusnya Devan yang berterima kasih pada Oma, karena selama ini Oma yang selalu ada untuk Devan!" "Ini Kado dari aku, mungkin ini tidak lah mewah tapi semoga hadiah yang aku berikan ini bermanfaat buat kamu dan semoga kamu juga suka dengan hadiah yang aku berikan!" ujar Melati sambil memberikan sebuah kotak berisi hadiah. "Terima kasih, apapun isinya aku pasti akan sangat menyukainya!" sahut Pria itu. "Bisa-bisanya Devan melupakan aku, dia sama sekali tidak bisa melihat keberadaan aku di rumah ini. Pasti sekarang Melati merasa senang karena dia telah menang kali ini!" ujar Sheril di dalam hatinya dengan perasaan yang terlihat kesal. "Bagaimana kalau kita berdansa!" ujar Radit mencairkan suasana. "Iyah itu ide yang sangat bagus!" sahut Oma Laksmi excit
Rifaldi pun langsung melepaskan Sintia begitu saja dan mulai bersikap aneh."Ada apa dengan kamu mas, apa yang aku katakan itu benar?" "Aku tidak suka dengan ucapan kamu itu, tolong jangan bicara seperti itu lagi karena sekarang ini aku hanya ingin fokus dengan rumah tangga kita!" ujar Rifaldi. "Baiklah, aku tidak akan mengatakan apapun lagi. Tapi tolong buktikan ucapan kamu itu mas!" sahut Sintia sedikit menantang. "Cindy, ayoh ikut aku!" ajak Sheril menarik Cindy. "Mau kemana Sheril mengajak Cindy seperti itu, aku jadi merasa curiga!" ujar Bu Ranti yang sedari tadi memperhatikan. "Jangan sampai Sheril memanfaatkan Cindy untuk melakukan hal yang tidak-tidak, aku tidak mau kalau sampai Cindy mendapatkan masalah di rumah ini. Bagaimana pun juga dia adalah putriku satu-satunya!" Wanita paruh baya itu pun mulai mengikuti kemana mereka berdua pergi. "Ada apa kak?" tanya gadis polos itu. "Kamu mau kan bantuin kakak!" sahut Sheril. "Bantuin apa kak?" "Ya bantuin kerjain si Melati
Pesta pun sudah selesai, semua para tamu undangan juga sudah pulang. Semua orang di rumah juga sudah pergi ke kamarnya masing-masing untuk beristirahat, begitu juga dengan Devan dan Melati. "Melati..!" Panggil Devan. "Iyah mas ada apa?" Tanya gadis itu. "Terima kasih untuk semuanya, untuk pestanya dan juga hadiah ini!" Ujar pria itu sedikit gugup. "Sama-sama mas, maaf yah sebenarnya aku tidak tahu kalau hari ini kamu ulang tahun. Untung saja Oma memberi tahuku dan mengajak aku untuk merencanakan semua ini!" Sahut Melati. "Oma memang seperti itu, tiap tahun dia pasti akan memberikan aku sebuah kejutan. Aku ini sering lupa dengan hari ulang tahunku sendiri karena saking sibuknya bekerja!" Ungkap Devan sambil tertawa kecil. Melati pun ikut tertawa mendengar ucapan dari suaminya itu. "Oh Iyah, apa kadonya boleh aku buka?" "Tentu saja boleh mas,kado inikan memang sengaja aku berikan untuk kamu! Tapi ... Maaf yah kalau kado yang aku berikan tidak semahal dan semewah kado-kado yang
Terlihat semua orang di rumah tengah sibuk dengan urusannya masing-masing, sementara itu Melati dan Sintia sedang bersantai di dekat kolam berenang. "Aku tidak menyangka kalau kak Devan akan memakai jam itu!" ujar Sintia. "Iyah sin, katanya apapun barang yang aku berikan dia pasti akan suka dan memakainya!" sahut Melati. "Oh Iyah mba, apa aku boleh tanya sesuatu?""Boleh, kamu mau tanya apa?""Apa mba Melati sudah mulai jatuh cinta pada kak Devan?" tanya Sintia. Melati pun langsung terkejut dengan pertanyaan yang di berikan oleh Sintia. "Kenapa kamu bertanya seperti itu?" "Ya aku hanya ingin tahu saja kak, bagaimana dengan perasaan kalian berdua saat ini. Karena yang aku lihat hubungan kalian berdua semakin membaik dan ada kemajuan!""Aku tidak tahu dengan perasaan aku yang sekarang sin, tapi yang jelas aku sudah mulai merasa nyaman setiap kali bersama dengan mas Devan. Hanya itu saja!" "Itu berarti mba Melati sudah mulai mencintai kak Devan! Aku yakin kak Devan juga pasti memi
Mendengar hal itu sheril pun tersenyum lega karena usahanya untuk menyingkirkan Melati telah berhasil. "Akhirnya aku bisa menyingkirkan garis kampungan itu dengan sangat mudah, aku yakin perlahan dia akan hangus terbakar di dalam dapur itu. Tidak akan ada yang bisa menolongnya!" ujar Sheril dengan sangat licik. Dia pun mulai berakting seakan tidak tahu apa-apa..."Ada apa ini Tante?" tanya gadis licik itu dengan panik. "Apa kamu tidak bisa melihat kalau sedang terjadi kebakaran di dapur!" sahut wanita paruh baya itu."Iyah aku tahu, maksud aku kenapa semua ini bisa terjadi!" "Sebaiknya kamu jangan banyak bertanya seperti itu, kamu bantu kita untuk memadamkan apinya segera karena ada Melati dan bi Mariam di dapur!" ungkap Bu Ranti tegang. "Iyah Tante!" Semua orang pun langsung sibuk berusaha untuk memadamkan api itu, sementara Sheril hanya berharap kalau apinya akan semakin membesar. "Sheril, kenapa kamu lama sekali mengambil airnya? kamu harus lebih gesit lagi dong!" tegur Bu R
Mendengar hal itu membuat Melati pun jadi berpikir dua kali. Dan mulai percaya dengan ucapan yang di berikan oleh Sintia. Terlebih lagi Sheril memang tidak pernah menyukai dirinya. Devan pun sudah tiba di rumah, dan dia langsung menghampiri Melati di kamarnya."Melati... kamu tidak apa-apa kan? aku khawatir sekali saat Sintia memberi tahuku soal kebakaran itu!" ujar Devan yang terlihat cemas. "Aku tidak apa-apa mas, aku baik-baik saja kok!" sahut Melati. "Kak Devan tenang saja, Mba Melati juga sudah diperiksa oleh dokter!" "Kenapa semua ini bisa terjadi? kenapa bisa terjadi kebakaran seperti itu di dapur?" tanya pria itu. "Kita semua juga tidak tahu kak, yang jelas saat terjadi ledakan bi Mariam sedang berada di dapur. Menurut pengakuan bi Mariam katanya ledakan itu terjadi saat dia menyalakan kompor!" Sahut Sintia. "Lalu apa kamu juga berada di dapur itu saat ledakan terjadi?" tanya Devan pada Melati. Melati hanya diam saja tanpa merespon apapun. "Tidak kak, tapi mba Melati m
Tiba-tiba saja tatapan gadis itu langsung terbelalak, sekaan tidak percaya kenapa Devan bisa mengetahui kejahatan yang dia lakukan."Kenapa kamu menuduhku seperti itu Devan, aku tidak melakukan apa-apa di rumah ini. Aku sedari tadi ada di dalam kamar, pada saat kejadian saja aku datang belakangan karena aku benar-benar tidak tahu!" ungkap Sheril dengan berbagai alasan. "Sudahlah kamu jangan terlalu banyak alasan, akui saja kesalahan kamu!" "Devan... kamu tenang dulu nak, kenapa kamu bisa menuduh Sheril seperti itu!" ujar Oma laksmi."Betul Devan, kalau dia tidak terbukti melakukan nya kan kasian sudah terkena tuduhan dari kamu!" "Om, percaya sama aku. Aku tidak melakukan apa-apa selama tinggal di rumah ini, karena aku juga sadar kalau aku itu hanya sekedar menumpang! Aku tidak mungkin melakukan hal sejahat itu hingga membuat rumah ini kebakaran, aku juga sudah janji pada Oma sebelumnya kalau aku tidak akan melakukan hal yang macam-macam selama tinggal di rumah ini!" ungkap gadis it
"Cukup Sheril, jangan melimpahkan kesalahan kamu pada orang lain!" tegur Devan dengan nada yang sedikit tinggi. "Aku bicara sesuai fakta Devan, kalau memang kenyataannya seperti itu!" "Tolong cukup, disini kita tidak sedang membahas kesalahannya Sintia. Tapi disini kita sedang membahas kejahatan yang sudah kamu lakukan terhadap istriku!" ungkap pria itu mulai kesal."Aku tahu kalau aku memang sudah melakukan kesalahan dan aku minta maaf sama kamu!" sahut gadis jahat itu sambil menangis. "Jadi ini semua ulah mba Sheril!" ucap Melati yang tiba-tiba saja berdiri disana."Melati, kenapa kamu malah turun kesini. Harusnya kamu istirahat saja di dalam kamar!" ujar Devan. "Tidak mas, aku tidak bisa istirahat setelah mendengar keributan di bawah tadi. Makanya aku memutuskan untuk turun kesini dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi!" Melati pun mulai berjalan mendekati Sheril. "Kenapa mba? kenapa kamu tega melakukan hal sejahat itu pada aku? apa salah aku sama kamu!" tanya gadis itu
Keesokan harinya Rifaldi sudah berada di depan rumah Sintia, dia terlihat membawakan Sintia bunga dan juga buah-buahan untuk keluarganya. "Assalamualaikum Pak...!" sapa dia pada mertuanya yang kebetulan berada di depan. "Waalaikumsalam... nak Rifaldi pasti kesini untuk menemui Sintia bukan!" sahut pria paruh baya itu.."Iyah Pak, apa Sintia ada!" "Ada, ayoh kita masuk ke dalam!" "Mas Rifaldi, kamu kesini lagi? ada apa mas?" tanya Sintia. "Aku datang kesini untuk meminta kamu agar ikut pulang dengan aku ke rumah kita!" sahut pria itu. Sintia pun langsung memandangi wajah kedua orang tuanya. "Apa mas Rifaldi sudah yakin dengan keputusan ini, aku tidak mau kalau nantinya mas Rifaldi akan menyesal!" "Tentu saja aku sudah yakin, aku tidak akan menyesal sama sekali karena ini murni keinginan aku. Aku ingin kita bisa sama-sama seperti dulu lagi sintia, tolong berikan aku satu kesempatan untuk bisa menjaga dan mencintai kamu dan ikut membesarkan anak kita sama-sama!" ungkap Rifaldi de
"Bapa akan mencoba membantu kamu dan berbicara dengan Sintia mengenai ini, bapa akan memberikan pengertian pada dia. Jadi nak Rifaldi harus mau menunggu untuk itu!" ujar Pak Ridwan."Aku tidak masalah sama sekali pak jika harus menunggu Sintia begitu lama!" Baiklah, kalau begitu sebaiknya nak Rifaldi pulang dulu saja, besok pagi nak Rifaldi bisa datang kesini lagi dan kami akan memberikan keputusannya!" "Baik Pak, Terima kasih sebelumnya atas bantuannya Pak, Bu!" "Sama-sama nak Rifaldi, kalau untuk kebaikan pasti kami akan selalu mendukung. Iyah kan Pak!" ujar Bu Anis. "Iyah bu benar sekali!" sahut Pak Ridwan sambil tersenyum.."Kalau begitu saya pamit pulang dulu pak, besok pagi saya akan kesini lagi. Dan tolong sampaikan salam dari saya untuk Sintia!" "Assalamualaikum....!" ujar Rifaldi.."Waalaikumsalam...!" sahut Bu Anis dan Pak Ridwan..Setelah Rifaldi pulang, Bu Anis dan Pak Ridwan pun langsung mencoba untuk berbicara dengan Sintia. Tok tok tok"Sintia, buka dulu nak. Kami
Serangkaian acara pun mulai di lakukan, semua orang tampak sangat bahagia sekali. Kini acara itu dilanjutkan dengan melakukan siraman. "Dimana ayah dari calon bayinya? Mama suami kamu!" tanya seorang wanita paruh baya yang memimpin acara tersebut...Sontak semua orang pun terdiam dan saling menatap satu sama lainnya. "Apa acaranya tidak bisa dilanjutkan kalau tidak ada suami saya mbok!" tanya Sintia. "Memangnya suami kamu kemana? bukankah ini juga acara yang penting untuk dia!" "Saya ada disini!" sahut seorang pria yang tiba-tiba saja datang. Semua orang pun langsung dialihkan pandangnya, dan merasa terkejut saat tahu bahwa pria tersebut adalah Rifaldi..."Rifaldi pah!" ujar Bu Ranti pada suaminya. Rifaldi pun langsung berjalan ke arah Sintia..."Apa sekarang acaranya sudah bisa di mulai?" tanya pria itu membuat semua orang membisu."Tentu saja, kita bisa mulai siramannya sekarang!" Acara siraman tujuh bulanan pun langsung di lakukan... Setelah serangkaian acara selesai dan b
"Mas, Cindy.. ayoh kesini. aku sudah membuatkan minuman dan cemilan untuk kalian!" panggil Melati...Tak berselang lama Cindy dan Devan pun datang menghampiri Melati yang sudah berada di ruang makan. "Ya ampun kak, kenapa gak ngajak-ngajak aku sih. Aku kan bisa bantuin kakak!" ujar Cindy. "Engga apa-apa kok, ini kan bikinnya juga simple banget jadi kakak bisa sendiri!" sahut Melati.."Aku cobain yah, kelihatannya enak banget!" "Iyah boleh dong, ayoh di makan!" "Hmmm apapun yang dibuat oleh istri aku ini memang gak pernah gagal. Tangan kamu ini memang ajaib banget yah!" "Makasih yah mas, kamu itu selalu memuji aku!" "Kapan-kapan aku juga mau dong kak belajar masak, biar nanti tuh setelah aku punya suami aku bisa masakin suami aku makanan yang enak terus setiap hari. Terus dapet pujian deh dari dia, sama seperti kalian ini!" ungkap Cindy. "Boleh dong, kamu bisa datang kesini dan belajar kapan pun yang kamu mau. Kakak pasti akan selalu ngajarin kamu sampai kamu bisa!" sahut Melati
Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh akhirnya Melati, Devan dan Cindy pun sudah sampai di rumah baru mereka. Melati terlihat senang sekali dengan rumah baru yang akan ditinggalinya itu. Rumah yang terlihat sangat megah, dan halaman yang luas beserta taman membuat rumah itu terkesan mewah. "Gimana menurut kamu? apa kamu suka sama rumahnya!" tanya Devan. "Aku suka banget mas sama rumahnya, rumahnya bagus, mewah dan terlihat sangat nyaman!" sahut gadis itu. "Waw keren banget kak, ternyata kak Devan pintar juga yah milih desain rumah yang bagus!" puji Cindy. "Aku kayaknya bakalan sering nginep disini deh, apalagi letaknya juga tidak terlalu jauh dari kampus aku!" "Tentu saja boleh dong, kalau kamu mau tinggal disini juga tidak masalah sama sekali kok!" sahut Devan. "Iyah, kakak malah seneng banget karena nanti ada temennya!" "Ya udah yuk kita masuk ke dalam, pasti kamu sudah penasaran kan dengan isi rumah kita yang baru ini!" ajak Devan. "Iyah mas, aku memang sudah penas
Keesokan paginya terlihat Devan dan Melati sudah bersiap-siap untuk pindah rumah, semua orang pun merasa sedih akan kepindahan mereka berdua. "kenapa kalian berdua mendadak pindah pagi ini, bukankah akan pindahnya sore nanti!" Ujar Oma Laksmi.."Sebelumnya aku mau minta maaf Oma, karena secara mendadak aku dan Melati memutuskan untuk pindah pagi ini. Aku juga sudah bicara dengan papa dan meminta ijin untuk tidak masuk kantor dulu!" "Loh kak Devan sama kak Melati mau pindahan sekarang?" Tanya Cindy."Iyah Cindy!" Sahut singkat Melati.."Tapi kenapa? Bukannya kemarin bilangnya nanti sore yah!" "Tadinya memang begitu tapi kita jugakan harus beresin barang-barang kita nanti disana. Jadi pasti akan membutuhkan waktu yang cukup lama!" "Ya udah kalau gitu aku ikut kalian yah, aku bantuin kalian beres-beres disana gimana? Bolehkan?" "Boleh dong, malah kita senang banget karena ada yang bantuin. Iyah kan mas!" Devan pun menganggukkan sambil tersenyum ke arah Cindy. "Yess!" Ucap gadis it
Terlihat Melati sedang membereskan barang-barangnya yang akan dia bawa nanti saat pindah rumah, gadis itu nampak sibuk sekali. Dan tak lama dari itu Devan pun sudah pulang dari kantornya.."Kelihatannya istriku ini sangat sibuk sekali, sampai-sampai suami pulang saja tidak tahu!" ujar Devan menggoda.."Ya ampun mas maaf banget yah, aku terlalu asik beresin barang-barang kita!" sahut gadis itu yang merasa tidak enak. "Tidak apa-apa, aku juga hanya bercanda kok!" "Oh Iyah mas, tadi setelah kamu pergi ke kantor ada kedua orang tua Sintia datang kesini!" "Apa Sintia juga ikut?" "Tidak mas, hanya bapa dan ibunya saja yang datang. Mereka datang kesini hanya ingin meminta kejelasan pada mas Rifaldi dan ternyata mas Rifaldi lebih memilih menceraikan Sintia setelah anak mereka lahir nanti mas!" ungkap gadis itu dengan raut wajah yang sedih. "Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya Rifaldi, dia sampai tega menyakiti banyak orang sekaligus!" "Makanya mas, aku merasa sedih dan bersalah s
Setelah kedua orang tua Sintia pulang, Pak Hardi dan yang lainnya pun mencoba untuk bicara dengan Rifaldi. "Rifaldi tunggu dulu!" pinta Pak Hardi.."Ada apa lagi pah!" sahut pria itu ketus. "Papa ingin bicara dengan kamu!" "Kalau papa ingin membicarakan masalah aku dengan Sintia, aku rasa sudah tidak ada lagi yang perlu di bicarakan pah!" "Rifaldi, mama benar-benar kecewa sama kamu. Kenapa kamu ini jadi egois seperti ini!" ujar Bu Ranti dengan nada yang tinggi. "Aku egois, aku jadi seperti ini karena kesalahan aku sendiri. Seandainya saja waktu itu aku tidak menikahi Sintia dan meneruskan pernikahan aku dengan Melati pasti kejadiannya tidak akan seperti ini!" "Kak, kenapa sih kakak ini gak bisa belajar mencintai kak Sintia. Padahal kak Sintia juga wanita yang baik dia juga sangat mencintai kak Rifaldi dengan sangat tulus!" ungkap Cindy yang juga ikut kesal. "Kamu diam saja Cindy, tolong jangan ikut campur dengan masalah ku ini!" "Kenapa kak, kenapa aku tidak boleh untuk ikut b
Pria itu pun langsung bergegas pergi meninggalkan semua orang dengan menahan kesal. "Sepertinya Rifaldi itu marah pah!" Ujar wanita paruh baya itu.."Marah kenapa mah?" "Dia sepertinya kesal karena Melati dan Devan memutuskan untuk pindah rumah, tapi itu hanya perkiraan mama saja!" ungkap Bu Ranti.."Tapi keputusan Devan untuk pindah rumah itu sudah tepat mah, dengan begitu Rifaldi tidak akan terus di bayang-bayangi oleh Melati. Dan siapa tahu dia bisa melupakan Melati juga!" sahut pak Hardi."Jujur saja sebenarnya memang itu alasan aku dan Melati memutuskan untuk pindah rumah, aku merasa tidak akan baik jika harus tinggal satu atap dengan Rifaldi. Apalagi setelah apa yang sudah dia lakukan selama ini sangatlah keterlaluan, dia bahkan yang pertama kali mengajak Sheril untuk bekerja sama!" ungkap Devan."Apa kamu yakin, kamu tahu dari mana soal itu. Kalau Sheril yang terlebih dulu mengajak Rifaldi bagaimana?" tanya Bu Ranti.."Sheril yang mengatakannya langsung mah, bahkan sebelum Sh