"Kenapa kepalaku rasanya sakit sekali!" ujar Devan sambil memegang kepalanya.Melati yang menyadari hal itu pun langsung menghampiri suaminya. "Mas, kamu kenapa?" tanya gadis itu dengan perasaan yang panik. "Aku juga tidak tahu, tapi kepalaku tiba-tiba saja pusing!" sahut Devan dengan lirih. "Ya sudah sebaiknya kamu tidur saja, mari sini biar aku bantu!" "Sepertinya kamu terlalu kecapean mas, makanya kepalanya sampai terasa pusing seperti ini!" Gadis itu pun membantu suaminya berbaring di tempat tidur. Namun ternyata obat perangsang itu sudah mulai bereaksi yang membuat Devan tidak bisa menahan hasratnya. "Melati, tolong jangan pergi!" pinta pria itu dengan lirih. "Tidak mas, aku akan tetap disini! biar aku pijit kepalanya yah!" sahut gadis itu dengan polos.Devan pun memegang tangan gadis itu dengan sangat erat sekali. "Ada apa dengan mas Devan? tidak biasanya dia bersikap seperti ini!" ujar Melati dalam hatinya. "Mas apa kamu baik-baik saja?" "Yah aku baik-baik saja, aku h
Seperti biasanya Melati pun terlihat sedang membantu Bi Mariam menyiapkan sarapan pagi."Selamat pagi semuanya!" sapa Sintia. "Selamat pagi non Sintia!" sahut Bi Mariam. "Selamat pagi juga Sintia!" sahut juga Melati dengan ramah. "Kok mba Melati sudah ada di dapur sih sepagi ini?" tanya Sintia. "Ya memang sudah menjadi kebiasaan aku kan, kalau setiap pagi aku akan membantu Bi Mariam menyiapkan sarapan pagi! kenapa kamu bertanya seperti itu!" "Tidak apa-apa kok mba, ya kemarin kan kita habis mengadakan pesta yang pastinya membuat badan kita lelah. Tapi ternyata mba Melati malah sudah berada di dapur sepagi ini!"ungkap gadis itu mencari alasan. "Ya sudah sini biar aku bantu!" "Aku jadi penasaran, semalam mereka berdua melakukan atau tidak yah!" ungkap Sintia dalam hatinya. "Aku akan memberikan teh hijau dulu untuk mas Devan, jadi tolong kamu teruskan dulu yah sin!" pinta Melati. "Iyah siap mba!" Sintia pun memperhatikan Melati dengan seksama. "Non Sintia kenapa ngelihatin non
"Sudahlah bicara dengan kalian memang tidak akan ada habisnya!" ujar wanita paruh baya itu ketus."Ingat yah Sintia, meskipun kamu saat ini sedang mengandung anaknya Rifaldi tapi mama tidak ingin kehamilan kamu itu dijadikan alasan untuk bermalas-malasan." "Iyah mah aku juga tahu, mama tidak usah khawatir tentang itu." "Tapi Sintia ini kan sedang hamil mah, apalagi kehamilannya itu sudah semakin membesar jadi wajar saja kalau dia lebih baik banyak istirahat!" ungkap Melati."Kamu diam saja Melati, jangan ikut campur dengan urusan saya dan Sintia. Kamu urus saja rumah tangga kamu itu bersama dengan suami kamu yang tidak mencintai kamu itu!" celetuk Bu Ranti. Melati pun hanya diam saja tanpa berkata apapun. "Sudahlah Melati, jangan kamu dengarkan wanita ini. Sebaiknya kamu selesaikan saja pekerjaan kamu!" ujar Oma Laksmi membela. Saat di kantor, Devan hanya terdiam saja memikirkan kejadian semalam saat bersama Melati. Tak lama Radit pun masuk ke dalam ruangannya. "Lo itu kenapa s
Rifaldi membawa Sheril ke tempat yang lebih sunyi dari keramaian agar pembicaraan mereka tidak di dengar oleh orang lain. "Kenapa kamu melanggar kesepakatan kita?" tanya Rifaldi dengan tegas. "Karena aku sudah tidak tahan lagi melihat kemesraan diantara Devan dan juga istrinya itu, aku Sangat membenci Melati dan ingin sekali melenyapkan nya!" sahut gadis itu mulai kehilangan kendali. "Jangan gila kamu, aku tidak akan membiarkan kamu menyakiti Melati ataupun menyentuh nya!" "Kenapa tidak, aku sudah sangat muak dengan sandiwara ini Rifaldi. Jika Melati mati itu akan lebih mudah untuk aku bisa mendapatkan Devan kembali!" "Aku tidak setuju dengan ide gila kamu itu, apa kamu tahu kalau itu bukanlah solusi. Kita bisa mencari cara lain untuk masalah ini!" Ungkap pria itu."Terserah, semua yang sudah kita lakukan selalu gagal dan aku sudah tidak tahan lagi. Aku ingin Melati lenyap!" Sheril terlihat terus memberontak. "Tidak akan aku biarkan kamu menyakiti Melati, kalau kamu berani menye
Devan pun masuk ke kamarnya dengan membawa hadiah untuk istrinya. Terlihat Melati juga sedang berdiri di dekat jendela sambil melihat ke arah luar. Saat tahu suaminya sudah pulang, gadis itu pun langsung menoleh. "Mas, kamu sudah pulang ternyata. Biar aku buatkan minum dulu!" ujar gadis itu. "Tidak usah Melati, nanti saja karena aku juga tidak haus!" sahut Devan menolak. "Ini untuk kamu!" ujar Devan sambil memberikan sebuah bunga cantik pasa istrinya."Ini untuk aku mas?" tanya gadis itu tidak percaya."Iyah, ini untuk kamu lalu untuk siapa lagi!" "Terima kasih mas! tapi dalam rangka apa kamu memberikan aku bunga ini!" tanya Melati yang merasa heran. "Hhmmm sebenarnya aku ingin minta maaf sama kamu, karena sepertinya ucapan ku tadi pagi sudah sangat menyinggung perasaan kamu. Jadi sebagai tanda maaf aku memberikan bunga ini untuk kamu!" ungkap Devan dengan cepat."Ya ampun mas, kamu tidak perlu melakukan semua ini untuk aku. Aku juga tidak marah kok soal kejadian tadi pagi, hany
Saat Melati sedang berada di dapur, Rifaldi mengambil kesempatan untuk mendekati gadis itu. "Haii...!" sapa pria itu. "Ada apa mas?" tanya Melati dengan sinis. "Kamu sepertinya senang sekali karena mendapatkan kalung berlian itu dari kak Devan sebagai hadiah!" "Jelas saja mas, karena seorang istri akan merasa senang dengan apa yang diberikan oleh suaminya. Meskipun itu hanya hal kecil saja!" sahu gadis itu. "Walaupun rasa sakit!" ujar Rifaldi membuat Melati bingung. "Apa yang sebenarnya kamu maksud itu mas? aku sama sekali tidak mengerti!" "Tidak, aku hanya asal bicara saja!" "Asal kamu tahu mas, mungkin pernikahan aku dan mas Devan tidak didasari oleh cinta. Tapi selama pernikahan ini mas Devan tidak pernah sekali pun menyakiti aku, bahkan dia sangat menghargai aku sebagai istrinya!" ungkap Melati lalu pergi. "Kamu bisa bicara seperti itu sekarang, tapi nanti kamu akan mengerti kalau hanya aku yang pantas untuk kamu. Dan kak Devan tidak sebaik yang kamu pikirkan!" ujar Rifal
Saat sedang dalam perjalanan pulang, secara tidak sengaja mobil yang di kendarai oleh Pak Hardi menabrak seorang perempuan yang tak lain ialah Sheril. Mengetahui hal itu Pak Hardi pun langsung bergegas untuk keluar dari dalam mobilnya. Dan berniat untuk menolong Sheril. "Maaf mba saya tidak sengaja, tadi saya benar-benar tidak melihat kalau ada orang yang melintas!" ujar pria paruh baya itu setengah panik.Disitulah Pak Hardi terlihat kaget saat mengetahui bahwa gadis yang sudah dia tabrak itu adalah Sheril. "Sheri..! ujar pria paruh baya itu. "Kamu ngapain ada disini?" "Om, maaf om aku yang salah karena menyebrang tanpa melihat ke arah kiri dan kanan terlebih dulu!" ujar gadis itu. "Apa ada yang terluka?" tanya pria paruh baya itu. "Kaki aku rasanya sakit sekali Om!" "Ya sudah kalau begitu om akan bantu kamu untuk masuk ke dalam mobil, om akan bawa kamu ke rumah sakit!" Sheril pun menurut saja dan setuju. "Bukankah kamu ini ada di Bali dan sudah menikah?" celetuk Pak Hardi.
"Terserah kamu saja, tapi yang jelas ibu tidak ingin dia selama Sheril tinggal disini dia menciptakan masalah di keluarga kita!" ujar Oma laksmi."Oma tidak usah khawatir soal itu, aku juga tahu batasanku di rumah ini. Dan aku juga tidak akan melakukan sesuatu yang aneh-aneh Oma, tolong percaya padaku!" sahut Sheril meyakinkan. "Baiklah oma pegang ucapan kamu itu!" ungkap Oma lalu pergi. Semua orang pun juga terlihat langsung pergi dan masuk ke kamar mereka masing-masing, lalu Pak Hardi meminta bi Mariam untuk mengantarkan Sheril ke kamar tamu. "Bi, tolong antarkan Sheril ini ke kamar tamu yah!" pinta pria paruh baya itu. "Baik tuan!" sahut Bi mariam menurut.Sheril pun diantarkan ke kamar untuk beristirahat. "Akhirnya aku bisa tinggal di rumah ini juga, dengan begitu rencanaku akan lebih mudah terlaksana!" ujar wanita licik itu kesenangan. "Aku tidak habis pikir kenapa papa bisa mengambil keputusan seperti itu, dia membiarkan Sheril untuk tinggal di rumah kita ini!" ungkap Deva