“Ada apa, hm?”Melvin buru-buru pulang setelah mendapat panggilan dari Bastian yang begitu singkat, membuat pria itu cemas dan langsung pulang.Rihana memegangi kening, tidak percaya jika Bastian ternyata menghubungi Melvin begitu sampai di rumah. Bocah itu hanya berkata agar Melvin segera pulang dan tidak mengatakan apa pun lantas mengakhiri, sehingga membuat Melvin kebingungan.“Dia kehilangan temannya, sekarang merajuk dan minta dicarikan. Cari di mana coba,” jawab Rihana yang benar-benar pusing menghadapi Bastian yang sekarang.Melvin mengerutkan alis keheranan, hingga kemudian memilih pergi ke kamar Bastian untuk melihat sendiri apa yang terjadi.Bastian berada di kamar, duduk di atas ranjang sambil bersedekap dada, kedua pipinya menggelembung dan bibirnya mengerucut lucu.“Bas.” Melvin menatap Bastian yang sedang kesal.Bastian menoleh ke Melvin, lantas berdiri di atas kasur masih dengan kedua tangan bersedekap dada. Sungguh wajah Bastian merajuk sangat lucu.“Ada apa? Kenapa ka
“Merahasiakan apa, Ana?”Melvin benar-benar tidak tahu maksud Rihana, atau sebenarnya memang tidak berniat mengatakan apa yang diketahuinya.Rihana menarik napas panjang, melepas kerah kemeja Melvin sebelum akhirnya mengusap dada pria itu.“Kupikir kamu akan jujur dengan segala hal, termasuk saat aku memintamu untuk jujur, entah apa pun itu, seharusnya kamu mau menceritakan segala hal yang terjadi, meski aku tidak meminta agar kamu bercerita.”Melvin benar-benar masih mencoba menelaah setiap kata yang keluar dari bibir Rihana. Kenapa istrinya itu mendadak bicara begitu ambigu seperti ini.“Katakan dengan jelas, Ana. Aku bukan cenayang yang bisa membaca pikiranmu,” ujar Melvin karena sudah sangat penasaran.Rihana menghela napas kasar mendengar ucapan Melvin, kedua telapak tangan masih menyentuh dada suaminya, hingga dia pun menatap Melvin dan berkata, “Tentang Salsa, kenapa kamu tidak memberitahuku.”Melvin cukup terkejut mendengar ucapan Rihana, tapi dia terlihat tenang saat menatap
“Kenapa kamu mendadak mengajakku makan malam di luar?” tanya Rihana keheranan.Ditatapnya Melvin yang duduk di sampingnya, mereka pergi bersama bodyguard karena Melvin tidak mau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.Melvin menoleh Rihana, lantas tersenyum dan menjawab, “Aku ingin kita bertemu orangtuamu.”Rihana mengerutkan alis mendengar ucapan Melvin, apa maksud mempertemukannya dengan orangtua, yang berarti bertemu dengan Candra.“Apa maksudmu? Aku tidak paham. Kamu membuat janji dengannya?” tanya Rihana dengan ekspresi wajah panik dan bingung karena merasa belum siap.Melvin lagi-lagi hanya tersenyum, meraih telapak tangn Rihana, sebelum kemudian menepuk pelan punggung tangan istrinya itu.“Tidak membuat janji, aku ingin menemuinya dengan cara tidak terduga dan mengejutkan,” jawab Melvin.Rihana tampak berpikir, menebak jika Melvin sudah merencanakan balas dendam yang Rihana inginkan. Haruskah dia bersyukur, karena tanpa meminta dan berusaha, semua dendamnya bisa terbalaskan perl
“Ya, memang aku selama ini tidak pernah menyinggung Rihana karena ….” Candra benar-benar mati kutu karena terpojok akibat pengakuan Melvin. Dia sampai bingung mau menjelaskan, karena tentunya semua orang akan menganggap dirinya buruk.Meghan sendiri terlihat geram, bahkan satu tangan meremas gaun yang berada di lutut. Tatapannya terlihat begitu tidak senang ketika melihat Rihana yang tampak tenang. Dia semakin merasa jika kehadiran Rihana memang untuk balas dendam, membuat Meghan semakin membenci anak tirinya itu.“Karena saya anak dari istri Papa yang lain.”Sambungan kalimat yang diucapkan Rihana, membuat semua orang tercengang. Rihana memulas senyum manis di wajah, menunjukkan jika status itu tidak masalah baginya. Meski sebenarnya bukan status istri yang almarhum sang mama sandang, melainkan simpanan karena pada kenyataannya nama sang mama dan dirinya tidak pernah masuk di kartu keluarga.“Istri kedua?” tanya istri Yohan masih dalam kondisi terkejut.Rihana melirik Meghan yang sud
Rihana merasa begitu jijik melihat pemandangan di depannya, sampai-sampai memalingkan wajah, mengatur napas dan kemudian berjalan untuk mengabaikan.Ternyata Rio ada di sana, sedang berciuman dengan seorang wanita, tapi jelas itu bukan Monika. Pria itu melihat sekelebat bayang dari arah lain, hingga melirik dan melihat Rihana yang sedang berjalan melewati. Dia buru-buru melepas pagutan bibir wanita yang ada di hadapannya, lantas menyusul Rihana yang sudah berjalan menjauh darinya.“Hei tunggu!” panggil Rio.Rihana menghentikan langkah, sebelum kemudian memutar badan dan menatap malas ke pria itu.“Kamu akan memberitahu Monika akan hal yang aku lakukan? Jangan berani-berani mengatakan apa pun kepadanya, karena dia akan lebih percaya ucapanku daripada kamu,” ujar Rio dengan nada sedikit menekan.Rihana tersenyum mencibir, hingga kemudian membalas, “Aku tidak punya waktu untuk mencampuri urusan kalian.”Setelah mengatakan itu, Rihana pun kembali membalikkan badan dan hendak menjauh dari
“Dia benar-benar sudah ngelunjak! Mentang-mentang sekarang bersama pria itu, dia sekarang bersikap sombong!” Meghan begitu geram dan tidak terima jika Rihana lebih dari dirinya. Apalagi Rihana menantang dirinya dan mengancam akan membongkar kematian Aprilia.Meski Meghan yakin jika tidak akan ada bukti dan saksi, tapi tetap saja dia was-was akan ancaman Rihana.Candra hanya diam mendengar omelan Meghan, mereka baru sampai rumah dan langsung masuk kamar. Dia malah sedang berpikir bagaimana caranya mendapat bantuan untuk menyelamatkan perusahaannya.Meghan menoleh Candra yang diam dan tidak berkomentar, ditatapnya sang suami dengan tatapan penuh curiga. Dia sampai melepas kalung dan anting sedikit kasar, tidak suka dengan sikap Candra yang tenang, padahal dirinya merasa jika mereka baru saja dihina.“Kenapa kamu hanya diam? Apa kamu terima diperlakukan seperti tadi di depan Johan dan istrinya? Apalagi Rihana jelas-jelas ingin mempermalukan kita,” amuk Meghan yang tidak terima karena Can
“Sebenarnya saya sendiri tidak yakin.”Melvin menyeringai mendengar jawaban dari Candra, hingga kemudian mengembuskan napas kasar dan menepuk sandaran sofa sambil terlihat berpikir.“Aku akan coba tanyakan ke Ana, apa boleh membantumu. Karena kamu tahu, apa pun keputusanku, aku ambil darinya,” ucap Melvin dengan seringai di wajah.Candra terkejut mendengar ucapan Melvin, jika begini maka dia harus menebalkan muka untuk bicara dan membujuk Rihana.“Maaf, bukannya tidak mau membantu. Tapi aku memang selalu mengambil keputusan atas persetujuannya,” ujar Melvin yang sebenarnya jelas mengada-ada.“Saya paham.”**Rihana pergi belanja sebelum menjemput Bastian. Dia sedang di minimarket dan membeli susu yang biasa dikonsumsi oleh putranya itu. Hingga ponselnya berdering dan Rihana menatap nama yang terpampang di layar.“Halo.” Rihana pun menjawab panggilan itu.“Apa kita bisa bertemu? Lama kita tidak bicara berdua.”Rihana terdiam mendengarkan suara dari seberang panggilan, hingga kemudian m
“Ma, apa yang Mama lakukan?Monika panik saat melihat apa yang dilakukan sang mama ke adiknya. Dia melihat dengan jelas bagaimana Meghan mendorong Rihana hingga masuk ke kolam.“Diam saja kamu. Masuk!” perintah Meghan sambil berusaha menarik tangan Monika.Monika saat itu begitu panik karena melihat Rihana tenggelam, hingga dia melepas tangan Meghan yang menahannya dan mulai berteriak untuk meminta tolong.“Pa, Rihana tenggelam, tolong!” teriak Monika berlari ke arah kolam.Meghan terkejut karena Monika malah memanggil Candra, hingga dia memilih bersembunyi agar tidak ada yang tahu kalau dialah yang mencelakai Rihana.Monika yang memang lebih tua dari Rihana, lantas masuk ke air untuk menolong adiknya itu. Namun, tenaganya tidak cukup untuk menarik sang adik. Dia kemudian naik ke permukaan dan melihat Candra yang berlari ke kolam bersama satpam.Akhirnya Rihana berhasil diangkat dan digendong Candra menuju mobil untuk dibawa ke rumah sakit. Monika sendiri langsung diberi handuk oleh p
Melvin menunggu di depan ruang operasi dengan perasaan yang sangat cemas. Kandungan Rihana sangat baik saat pemeriksaan sebelumnya, hingga membuat Melvin tidak menyangka jika akan ada masalah seperti sekarang. “Dia pasti baik-baik saja. Mungkin Rihana hanya kelelahan sehingga bayinya sungsang dan ada pendarahan,” kata Mario mencoba menenangkan Melvin. Melvin mengusap kasar wajah. Apa pun alasannya, dia tetap saja mencemaskan kondisi Rihana, terlebih sebelumnya Rihana selalu berkata jika perasaannya sangat damai. “Berdoa agar semua berjalan lancar,” ucap Mario kemudian. Mario masih di sana menemani Melvin. Simbok juga masih di sana untuk berjaga-jaga siapa tahu Melvin membutuhkan bantuannya. Setelah menunggu lama, akhirnya seorang perawat keluar dari ruang operasi. Melvin langsung berdiri dan mendekat bersama Mario juga simbok. “Bagaimana operasinya, Sus?” tanya Melvin dengan ekspresi wajah panik. “Operasinya berjalan lancar. Ibu dan bayinya selamat. Mereka akan dipindah ke ruang
“Tolong bawa masuk dan taruh di sini.”Rihana mengintruksi kurir yang mengantar foto keluarga dari studio. Setelah satu minggu menunggu, akhirnya foto mereka datang. Ada beberapa yang dipasang di bingkai, tapi ada pula yang dibuat album.Setelah memastikan jumlah bingakai foto yang dipesan sesuai, Rihana berterima kasih ke kurir. Dia meminta orang di rumah untuk membantu mamasang bingkai foto di kamarnya, anak-anak, juga di ruang keluarga.“Yang tiga itu nanti di kamar anak-anak,” perintah Rihana untuk memasang foto Bas, Nana, dan Nanda di kamar ketiganya.Rihana terlihat senang karena bisa memandang foto keluarga terpasang di dinding rumah.“Apa sudah pas, Nyonya? Ada yang mau disesuaikan?” tanya tukang kebun yang membantu memasang foto di ruang keluarga.“Sudah, itu sangat bagus.” Rihana tersenyum lebar, menatap bingkai foto itu. Ditatapnya foto dirinya, Melvin, Bastian, Nana, dan Nanda. Senyum mereka menunjukkan kebahagiaan.Rihana pergi ke kamar anak-anak, memastikan foto anak-ana
Weekend itu, Rihana sudah sibuk di dapur mengemas makanan yang akan mereka bawa. Simbok meminta agar dia dan pembantu lain yang menyiapkan.“Nyonya kalau capek berdiri, duduk saja,” kata simbok.“Ga papa, aku mau mastiin makanan kesukaan anak-anak tidak ada yang lupa dibawa. Simbok siap-siap sana, kita berangkat bersama,” balas Rihana.Rihana berinisiatif mengajak semua pekerja ikut, termasuk satpam dan juga pembantu. Mereka tidak pernah diajak liburan, meski dekat tapi setidaknya mereka merasakan libur kerja.“Mama, Nana boleh bawa topi ini?” tanya Nana memperlihatkan topi bulat besar, dengan pita yang melingkar di bagian atasnya.“Boleh, bawa saja,” jawab Rihana.Nana terlihat senang, dia kembali berlari untuk bersiap-siap karena akan pergi piknik.Semua orang sudah siap. Mobil yang akan membawa mereka juga siap. Makanan dan minuman untuk disantap saat piknik pun sudah masuk mobil.Setelah memastikan semua orang berkumpul dan masuk mobil, mereka pun pergi berlibur bersama.“Aku piki
“Kita mau ke mana?” tanya Nana.Rihana duduk di belakang Nana, meminta gadis kecil itu berdiri, sedangkan dia sibuk menyisir rambut panjang Nana karena akan diikat.“Kita akan pergi foto bersama. Mama, papa, kamu, Bas, dan Nanda,” jawab Rihana sambil tersenyum.“Benarkah?” Nana terlihat sangat senang. “Kita akan punya foto keluarga?” tanya Nana kemudian.“Tentu saja, Nana dan Nanda adalah keluarga, jadi harus ada foto keluarga,” jawab Rihana ikut bersemangat karena Nana.Nana terlihat sangat bahagia. Dia memakai gaun berwarna merah muda dengan renda di tepian rok. Kini Rihana sedang mengikat rambut Nana, lantas memakaikan pita berwarna merah muda yang sedikit terang dari warna gaun gadis kecil itu.“Sudah selesai, coba hadap sini. Mama mau lihat secantik apa Nana.” Rihana meminta Nana berputar menghadap ke arahnya.Nana berputar, kemudian tersenyum manis ke Rihana.Rihana menatap Nana, gadis kecil cantik itu benar-benar sudah masuk ke dalam hatinya.“Nana sudah sangat cantik,” kata Ri
“Aku memiliki beberapa daftar keinginan.”Melvin menoleh Rihana, melihat sang istri yang duduk sambil mengulas senyum.“Daftar apa saja?” tanya Melvin penasaran.“Ada beberapa. Di antaranya, piknik keluarga dan foto bersama. Bagaimana menurutmu?” tanya Rihana sambil menatap Melvin.“Jika kamu ingin seperti itu, mari kita lakukan,” jawab Melvin.“Setelah Monika menikah, bagaimana?” tanya Rihana lagi.“Baiklah, nanti aku siapkan segala hal yang kamu inginkan.”“Aku ingin foto keluarga dua kali. Satu saat bayi kita dikandungan lalu kedua setelah bayi kita lahir,” ucap Rihana sambil mengusap perutnya.Melvin ikut mengusap perut Rihana, bahkan ikut membungkuk lantas mencium perut istrinya itu.“Setuju, aku akan menyiapkan studio agar kita bisa foto keluarga bersama,” ucap Melvin mengiakan apa pun permintaan Rihana.Setelah masalah Mark dan Cantika selesai, Rihana terlihat bernapas lega karena bisa melihat orang-orang baik yang menolongnya, kini bisa hidup senang dan bahagia.Asri diajak Ga
Setelah 3 hari menunggu, akhirnya hasil tes lab DNA keluar. Gabriella memang meminta agar hasil tes bisa dipercepat karena mereka mencoba meminimkan hal-hal yang mungkin akan terjadi.Hari itu di rumah sakit. Mark, Cantika, dan keluarga termasuk Rihana juga Melvin, ada di sana untuk mendengar hasil tes DNA. Margaretha duduk tenang di sana, seolah begitu yakin jika dia akan menang dari Cantika untuk mendapatkan Mark.Hingga perawat meminta agar Mark dan Margaretha masuk untuk mendengar dokter membacakan hasil lab, tentu saja semua orang yang masuk, bukan hanya dua orang itu saja.Margaretha masuk terlebih dahulu, memandang dokter yang sudah menunggu, lantas dia duduk di kursi yang terdapat di depan meja dokter.Mark masuk bersama Cantika dan yang lain. Dia pun duduk di samping Margaretha, siap mendengarkan hasil lab karena sangat yakin jika bukan dia ayah dari bayi itu.“Bisa saya bacakan sekarang?” tanya dokter itu.Semua orang mengangguk setuju. Dokter itu membuka amplop yang tertutu
“Tika!” Asri mencari keberadaan Cantika. Pagi itu Asri mendatangi kamar Cantika, tapi tidak mendapati putrinya di kamar.“Tika!” Asri keluar dari kamar, mencari keberadaan Cantika di tempat lain tapi tidak melihat putrinya.Rihana baru saja menuruni anak tangga, hingga melihat Asri yang terlihat cemas.“Ada apa, Bi?” tanya Rihana sambil melangkah menuruni anak tangga untuk menghampiri Asri.Asri menatap Rihana dengan wajah panik dan langsung mendekat.“Ri, Tika ga di kamar. Di mana dia? Bagaimana kalau dia pergi dari rumah dan melakukan hal-hal yang tidak terduga karena stres?” Asri bicara dengan ekspresi wajah panik.Rihana terkejut mendengar ucapan Asri, hingga dia ingin mencoba menenangkan, tapi terhenti saat mendengar suara Cantika.“Ada apa, Bu?” tanya Cantika menatap Asri yang cemas.Cantika pulang tepat waktu, atau Asri akan pergi ke kantor polisi karena mengira Cantika hilang. Dia bangun terlambat karena kelelahan akibat pergulatan dengan Mark, saat dibangunkan Mark pun susah,
Cantika dan Mark saling tatap, keduanya masih bergeming di tempatnya masing-masing. Di saat Mark berharap bisa memiliki gadis itu sepenuhnya, Cantika sedang menyiapkan diri untuk memberikan dirinya ke pria yang sudah sah menjadi suaminya.“Aku tidak memaksamu, hanya saja apa tidak bisa untuk tak menjaga jarak. Aku hanya ingin--” Belum juga Mark melanjutkan ucapannya, Mark dibuat terkejut saat Cantika berjalan cepat ke arahnya.Cantika berjalan cepat ke Mark, lantas merangkup kedua pipi Mark, kemudian menautkan bibir mereka. Mark sangat terkejut dengan tindakan Cantika, tapi tentu saja dia senang karena Cantika berinisiatif untuk memulai.Mereka saling melumat, hingga Mark mengangkat tubuh Cantika dalam gendongan ala koala, membawa ke ranjang dan duduk dengan posisi memangku, bibir mereka masih saling bertautan dan melumat bergantian.Mark mulai terpancing gairah, tapi kali ini dia tidak akan menahannya karena Cantika sudah sah menjadi miliknya secara agama dan hukum.Jari Mark mulai m
Cantika keluar dari kamar setelah mendapat panggilan. Hingga melihat mobil berhenti di depan gerbang rumah Melvin. Dia pun berlari ke arah gerbang, saat pintu mobil itu terbuka dan seseorang keluar dari sana.Security di sana bingung melihat Cantika keluar dari rumah di malam hari.“Mbak, mau ke mana?” tanya security.“Bukain, Pak.” Cantika meminat security membuka gerbang.Security pun menuruti permintaan Cantika, membuka gerbang kecil agar Cantika bisa lewat.Ternyata Mark menghubungi dan berkata ada di depan gerbang. Pria itu tidak bisa menahan rindu meski hanya beberapa hari, apalagi mereka berpisah setelah menikah, dikarenakan tuduhan yang dilayangkan Margaretha, sampai membuat Asri melarang Mark bersama Cantika, sampai hasil DNA keluar. Asri hanya tidak mau anaknya jadi janda setelah menikah beberapa hari, belum lagi jadi janda setelah dibobol, tentu saja Asri tidak akan rela.“Mark!” Cantika berlari dan langsung melompat ke pelukan Mark.Tentu saja Mark terkejut dan menangkap C