"Mamah? Mamah kenapa?" Kiara membuka pintu rumahnya dan disuguhkan pemandangan Mamahnya yang tengah menangis dalam pelukan Papahnya itu.
Kiara duduk di samping sang Mamah dengan wajah khawatirnya.
"Kenapa Mah? Pah, Mamah kenapa?" risaunya yang tak kuasa melihat tangis Rima.
"Mamah gapapa sayang" Rima mengusap tangan Kiara penuh sayang diikuti dengan senyumnya yang tak mau membuat Kiara khawatir.
Namun Kiara terlihat tak percaya dengan apa yang Mamahnya katakan, ia lebih memilih menatap Papahnya yang justru membuang muka saat ia melihat pada pria baya itu.
"Apa terjadi sesuatu Pah? Mamah kenapa?" Kiara merasa bahwa ada sesuatu yang orangtuanya sembunyikan darinya dan hal itu sangat tak Kiara suka jika kedua orangtuanya menyembunyikan sesuatu hal darinya.
"Mamah hanya sedih ketika mendapat kabar duka dari temannya Kiara, hanya itu"
Kiara menatap pada Mamahnya dan menelisik apakah yang dikatakan Papahnya itu benar, namun melihat Rima yang mengangguk dengan menutup wajah saat isakannya kembali keluar membuat Kiara yakin.
"Begitukah? Mamah yang kuat ya" Kiara mengusap punggung Mamahnya dan menyemangati Rima dengan tulus.
Rima membersihkan air matanya dan menatap penuh senyum haru pada Kiara. "Terimakasih sayang, sudah kamu cepat masuk ke dalam kamar dan istirahat. Besok kamu harus bangun pagi loh"
Kiara mengangguk dan memeluk Mamah serta Papahnya lebih dulu sebelum meninggalkan keduanya.
"Kiara masuk kamar ya Mah, Pah" Izinnya sebelum pergi dari hadapan kedua orangtuanya itu.
Setelah kepergian Kiara ke kamarnya tangis Rima kembali berderai dalam pelukan suaminya.
"Tenanglah, aku yakin dia akan bahagia ... Tidak perlu mengkhawatirkannya ..." tenangnya mencoba menenangkan Rima yang masih menangis dalam pelukannya.
"Aku harap kamu benar Mas ... Semoga Kiara akan bahagia ..."
***
Hari pertunangan sudah ditentukan oleh Keith.
Setelah dua keluarga itu kembali bertemu dan saling membahas tanggal yang sesuai untuk pertunangan keduanya, Keith mengusulkan akan diadakannya acara tunangan adalah minggu depan.
Cepat?
Ya, bagi Kiara itu bahkan terlalu cepat. Namun kedua orangtua mereka sudah saling setuju, tidak bagi Kiara yang semua argumen dan rasa keberatannya ditolak. Keith berkata bahwa mereka hanya bertunangan dan pernikahan mereka masih akan diadakan dua bulan lagi.
Itu pun Keith menyetujui permintaan Kiara yang ingin hubungan ini dirahasiakan dari siapapun. Meski berat Keith menyetujuinya.
Jadilah Kiara tak bisa lagi berkutik atau pun menolak keinginan Keith yang segera mau melamarnya.
Dan semenjak hari di tentukan acara pertunangan Kiara dan Keith, pria itu tak pernah absen mengunjungi rumahnya, entah malam saat ia di rumah dan mengajaknya keluar sebentar atau bahkan pagi hari ketika Keith datang dan mengajaknya berangkat ke sekolah bersama.
Meski begitu Kiara sering meminta Keith menurunkannya jauh dari sekolah, awalnya Keith sangat keberatan dengan itu, namun karena permohonan Kiara yang tidak mau orang-orang tau tentang hubungan mereka membuat Keith mengalah dan menuruti mau gadis itu.
Sampailah dimana hari yang mereka tentukan.
Acara tunangan.
Sudah sejak pagi Kiara dibuat sibuk oleh orang-orang yang datang ke rumahnya. Padahal ia tau ini hanya acara tunangan, namun repot dan semua dekorasi yang Keith atur sudah seperti acara pernikahan.
Mereka berdua sepakat hanya mengundang keluarga besar dan tetangga dekat rumah Kiara saja, karena memang belum mau memberi tau siapapun lagi.
Acara itu berjalan sangat lancar, sampai di mana kedua manusia yang berada di atas podium itu melakukan acara pertukaran cincin.
Cincin yang Kiara dan Keith telah pilih, meski saat itu gagal dimana Kiara yang justru menangis saat ia diminta memilihkan cincin. Keith kembali mengajak Kiara ke toko perhiasan untuk kembali memilih cincin yang Kiara inginkan.
Masih dengan model sederhana yang Kiara pilih, namun Keith mau itu hanya untuk acara pertunangannya, karena untuk menikah nanti Keith sudah memilih sendiri cincin mereka.
Keith mengambil jemari Kiara dan memasangkan cincin tersebut dengan penuh hati-hati serta penuh perasaan.
Sementara saat giliran Kiara, gadis itu mendadak terpaku sejenak, tangannya gemetar dengan keringat dingin yang timbul di dahinya.
Keith sudah melihat gelagat gugup dan ragu di wajah Kiara, ia harus menggenggam tangan Kiara dan mencoba menenangkan gadis itu sebelum Kiara memasangkan cincin di jemari kirinya.
"Tidak perlu gugup, pasangkan dengan tenang" Keith berkata saat tangan bergetar Kiara sudah memegang cincin yang akan dipasangkan pada jemari Keith.
Meski tubuhnya bergetar dengan wajah penuh keraguan terpasang di wajah Kiara, syukurlah Kiara berhasil memasangkan cincin di jemari Keith tanpa melakukan kesalahan. Betapa leganya seluruh keluarga yang hadir di acara tersebut.
Sementara Keith yang berhasil mengikat Kiara dalam pertunangan tak bisa menyembunyikan senyum bahagia serta leganya.
Satu langkah lagi untuk meraih Kiara untuk jadi miliknya seutuhnya.
***
"Minum?"
Kiara mengangkat wajahnya dan menemukan Bima yang memberinya sebotol air mineral dingin untuknya.
Kiara tersenyum dan mengambil botol yang Bima sodorkan untuknya. "Terimakasih"
Bima mengangguk singkat dengan senyum tipisnya.
"Kenapa duduk di sini?" Tanya Bima yang menanyakan persoalan Kiara yang memilih menjauh dari area kelas mereka dan duduk di bawah pohon rindang dekat dengan kantin sekolah mereka.
"Lagi pengen aja"
Kiara membuka tutup botol air mineral yang diberikan Bima dan meneguknya hingga tersisa setengah.
"Oh iya Ki, gue boleh tanya sesuatu?" tanya Bima yang tak bisa menutupi kegugupannya.
"Mau tanya apa?" Kiara melihat pada Bima yang mendadak gugup terlihat saat pria itu mengusap tengkuknya dan meliarkan pandangannya ke segala arah.
"Ehm ...Menurut lo, gue itu orangnya gimana?" Bima melirik Kiara yang mengerjap pelan memandangnya.
Kiara berdehem panjang sembari memikirkan sosok Bima di depannya ini. "Lo itu baik, kadang ngeselin juga, perhatian banget sama gue dan teman-teman, dan lo sosok sahabat yang paling pengertian!" Kiara tersenyum lebar pada Bima yang wajahnya merona malu.
"Kenapa tiba-tiba tanya itu?" Kiara tersenyum menggoda pada Bima yang ia tau memiliki sesuatu yang ditutupi.
"Gue ... Sebenarnya, gue lagi jatuh cinta" jawabnya jujur dengan suara pelan, Bima yang memiliki suara keras kini berbisik lirih hingga Kiara harus mendekatkan diri agar bisa mendengar apa yang Bima katakan.
Mendengar itu bibir Kiara terbuka dan kedua matanya membulat sempurna. "Wahh!! Serius?! Siapa orangnya? Gue kenal gak? Dia sekolah di sini? Kelas berapa?"
Kiara tak bisa berhenti bersikap heboh saat tau seorang Bima bisa jatuh cinta, temannya yang tak pernah berbicara soal gadis atau pun berbicara mengenai perasaan kini mengatakan hal itu padanya, tentu hal tersebut hal langka dan ajaib yang terjadi di hidup Kiara.
Bima hanya mengangguk menjawab tanya Kiara dengan kedua mata yang tak lepas memandang wajah Kiara di depannya.
"Sudah sangat lama gue pendam ini ... Dia sekolah di sini, tapi gue gak bisa kasih tau lo siapa orangnya dan di mana kelasnya"
Kiara berdecak pelan dan mendekat pada Bima, menggoyangkan lengan pria itu agar mau memberitahunya siapa gadis yang tengah Bima sukai itu.
"Ayo kasih tau gue!! Siapa orangnya!"
Bima tertawa dan menggeleng "gue gak mau! Belum saatnya gue kasih tau! Nanti, nanti kalo gue udah punya keberanian baru gue kasih tau lo" Bima mengacak rambut Kiara gemas membuat bibir gadis itu bersungut sebal.
"Kalo kelamaan nanti bisa direbut orang lain loh Bim! Cepetan gerak!"
Bima terkekeh dan mengangguk kuat "gue pantau terus, kalo udah keliatan dia deket sama cowok lain gue akan tembak!"
Kiara berdecih pelan dan menggeleng dramatis "lo pantau aja terus, lagian lo emang tau hatinya buat lo? Gimana kalo udah lo pantau lama hati cewek yang lo suka ternyata sudah terisi orang lain?"
Bima terdiam lama menatap hampa pada Kiara yang mendadak bingung akan kebisuan Bima.
"Bim? Lo kepikiran omongan gue ya? Maksud gue-"
"Kalo lo sendiri? Ada seseorang yang lagi lo suka?" Bima memotong ucapan Kiara, dan justru bertanya pada Kiara mengenai perasaan gadis itu.
Kiara yang ditanya begitu mendadak terpaku. Kiara memberikan senyum tipisnya sebelum gelengan pelan ia beri pada Bima.
Pertanyaan Bima itu membuat otaknya lansung memikirkan sosok gurunya yang kini sudah menjadi tunangannya, namun jika untuk menjawab pertanyaan Bima ia jujur memang sedang tak memiliki perasaan untuk siapapun.
Hanya saja Keith terus meminta ia membuka hati dan membiarkan ia untuk menerima Keith.
Bima lantas mendesah lega dan menggenggam tangan Kiara kuat. "Jujur sama gue kalo nantinya ada seseorang yang lo suka! Janji?!"
Kiara berkerut kening atas apa yang Bima katakan, dia tertawa dan menganggap apa yang Bima katakan itu berlebihan.
"Apasih Bim, kalo gue suka sama seseorang kenapa lo harus tau?"
Namun saat ia selesai mengatakan itu dan melihat wajah datar Bima membuatnya sedikit bersalah.
"Iya-iya nanti gue kasih tau kalo gue mendadak ada rasa sama orang lain!" ucap Kiara karena tak tahan dengan tatapan datar Bima yang terasa menakutkan namun tentu tatapan paling menakutkan masih terjatuh pada seorang Keith Wilson, Kiara tak bisa berkutik jika pria itu sudah memberikan ia tatapan elangnya.
Memikirkan itu membuat kedua bahu Kiara bergidik.
Bima tersenyum lega dan kembali mengacak rambut Kiara hingga membuat gadis itu kesal. Bima tertawa karena berhasil membuat Kiara kesal dan beranjak pergi meninggalkan Kiara membiarkan gadis itu mengejarnya.
Tanpa kedua orang itu tau, ada seseorang yang sedari tadi sudah memantau dengan kilatan tajam di sepasang matanya dan terus menatap pada sosok Kiara yang kini sudah pergi menjauh.
Orang tersebut mengeraskan rahangnya dan berusaha agar tak berlari ke bawah pohon demi menjauhkan sosok Kiara dari Bima yang ia rasa memiliki perasaan pada calon istrinya.
Ya, orang itu Keith yang sedari tadi terus mencari di mana sosok Kiara berada, namun melihat gadis itu tengah berduaan dengan lawan jenisnya membuat hati serta kepalanya panas.
Keith bersumpah jika nanti Kiara sudah menjadi istrinya tak akan ia izinkan Kiara untuk berdekatan dengan teman-teman prianya. Dia tak mau Kiara menumbuhkan perasaan lain di hatinya yang seharusnya hanya menjadi miliknya seutuhnya.
Kiara memutar-mutar cincin di jari manis sebelah kirinya. Memandang benda itu yang menghias jemarinya.Masih terasa mengganjal karena sebelumnya Kiara tak pernah memakai cincin di jemarinya.Dan pesan yang Keith katakan setelah mereka melakukan pertunangan adalah larangan untuk Kiara melepas cincin tersebut sampai nanti cincin yang terpasang di jari manis kirinya terganti dengan cincin pernikahan mereka."Kayaknya pulang sekolah hujan deh! Mendung banget gitu" Fia berkata pelan dengan kedua mata yang memandang pada jendela kelasnya.Mendengar tak ada respon dari teman sebangkunya itu membuat Fia menolehkan wajah pada Kiara yang masih memainkan cincinnya."Waah!! Bagus, kenapa? Tumben pake cincin?" Fia menarik jemari Kiara demi bisa melihat cincin yang melingkar di sana."Hadiah dari Papah" Beritahunya yang jelas itu bohong."Mahal pasti, berkilau banget loh ini Ki!"Kiara hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Fia.
"Keith mau pernikahan itu dimajukan sampai minggu depan!""Keith kita gak bisa-""Bisa! Kiara harus jadi istri Keith minggu depan!"Kedua orangtua Keith yang berada di ruang yang sama dengan Keith itu menatap Keith dengan pandangan lelah."Keith akan mempercepat semuanya ... "Setidaknya apa yang Keith inginkan itu tengah diatur oleh kedua orangtuanya yang pasti akan menuruti setiap maunya. Hanya tinggal ia yang berbicara pada Kiara dan inilah saatnya.***"Ayo masuk" Keith membuka pintu apartemennya dan membiarkan Kiara agar masuk lebih dulu ke dalam.Kiara yang pertama kalinya datang ke tempat tinggal Keith itu terpesona oleh betapa luasnya apartemen Keith yang bahkan memiliki liftnya tersendiri.Apartemen yang memiliki dua lantai dan sangat mewah, memang cocok untuk seorang Keith Wilson yang kekayaannya tak perlu dibayangkan betapa banyaknya.Kiara melangkah
21+Kiara tak tau mengapa, namun kini ia merasa sangat mengantuk dan kedua matanya terasa berat untuk bisa terus terbuka, sampai ia harus meninggalkan Keith sendiri di sofa sana.Kiara bahkan harus terus tersadar sampai ia bisa mencapai pintu kamarnya.Setibanya di kamar, Kiara bahkan lansung merebahkan dirinya di atas ranjang dan tak menunggu hitungan detik ia sudah terpejam dan terlelap.***Kiara merasakan ada tangan-tangan yang mengerayangi tubuhnya. Kiara mencoba mengangkat kedua tangannya dan mengusir satu tangan yang menangkup payudara kanannya yang tak tertutupi kain lagi dan terasa dingin karena terkena hembusan AC di dalam kamar.Mencoba untuk membuka kedua matanya pun tak bisa, karena Kiara merasa sangat lelah dan mengantuk untuk sekedar tersadar dan melihat apa yang tengah terjadi pada tubuhnya.Desahan kecil itu terlontar dari bibirnya saat Kiara merasakan ada yang menjilat payudaranya dan pe
Kiara yang wajahnya memerah itu tak mampu menatap Keith yang kini sudah menutup pintu apartemennya dan berjalan mendekat ke arahnya. "Sudah makan Kiara?" suara Keith mengalun masuk ke telinganya. Membayangi kembali di otaknya, tentang suara serak yang berujar cinta padanya dan hal itu membuat wajah Kiara merona. "Aku su-sudah makan" Kiara menjawab dengan canggung. Ia merasakan sofa di sisinya sedikit bergoyang yang ia tau Keith duduk di sebelahnya. Namun Kiara tak mau menatap Keith di saat wajahnya memerah begini. Terlalu lama keduanya terdiam dan membuat Kiara tak nyaman, gadis itu segera putar otak untuk berbicara pada Keith agar suasana canggung ini tak berangsur lama. "Keith ... Aku mau pulang" ketika Kiara menatap Keith dan lansung bicara, betapa terkejutnya dia saat Keith ternyata tengah memandangnya dengan senyum lebar di bibir. "A-aaku--" Kiara tak bisa lagi berkata saat Keith mendekatkan wajah padanya, dia sampai harus memejamkan mata
Tiba di hari yang dijadwalkan.Ya, pernikahan Kiara juga Keith.Semalaman Kiara sudah menangis hingga kedua matanya bengkak. Dirinya masih dalam perasaan labilnya karena tak siap untuk hari esok.Mamahnya bahkan harus mengkompres matanya agar tidak bengkak.Bahkan sudah sejak pagi buta rumah Kiara sangat ramai karena banyak orang-orang panggilan Keith yang mengatur pesta serta untuk merias dirinya datang.Pesan dari Keith juga sering sekali memenuhi ponselnya yang terus menanyakan kesiapannya dan mengatakan bahwa sebentar lagi mereka akan menjadi suami istri.Kiara tak bisa memasang raut senangnya, dia tertekan dan berbicara pada Mamahnya pun percuma.Wanita itu hanya mengatakan bahwa ia akan bahagia bila menikah dengan Keith dan tak memikirkan risiko serta ketidaknyamanan dia saat nanti datang ke sekolah dan bertemu Keith.Atau rasa bersalahnya pada teman-temannya karena Kiara harus menyembunyikan hal ini dari mereka.S
"Keith" Panggilan lembut itu mengundang Keith serta Kiara memandang ke asal suara.Di hadapan mereka berdiri sesosok wanita cantik dengan gaun berwarna merah muda dan riasannya yang tipis namun Kiara mau mengakui bahwa wanita ini begitu cantik."Keith ... Gaun ini, gaun yang kamu belikan padaku minggu lalu. Aku memakainya di saat pernikahanmu, aku tidak tau mengapa kamu sangat menyukai wanita memakai gaun berwarna merah muda"Kiara menegang sejenak mendengar ucapan si wanita pada Keith, namun apa yang wanita itu katakan mengingatkan dia mengenai gaun yang pernah Keith belikan untuknya. Keith memang hanya membelikan ia gaun berwarna merah muda.Apakah Keith menyukai warna itu?"Ahh, Jane. Terimakasih sudah datang, sebelumnya kamu belum pernah bertemu dengan istriku kan?" Keith tak menyahuti ucapan wanita bernama Jane yang berdiri di depannya itu. Tangan Keith justru menarik Kiara dan meletakan tanganya di pinggang Kiara
Kiara bertahan sangat lama di dalam kamar mandi. Dia baru saja selesai mandi dan lagi suara Keith di luar sana tak sama sekali ia dengar.Keith juga tak menyuruhnya cepat keluar.Kiara memberanikan dirinya untuk mengintip melalui pintu kamar mandi yang ia buka sedikit. Dan betapa leganya ia melihat tak ada sosok Keith di dalam kamar. Kiara perlahan menarik kopernya yang ia bawa ke dalam kamar mandi keluar dan meletakannya di samping sofa.Keith memang tak ada di kamar, entah pergi kemana pria itu Namun hal itu juga membuat Kiara merasa lega sejenak.Kiara duduk di atas ranjang hotel dan menyalakan ponselnya yang seharian ini ia matikan.Kiara mendapat banyak sekali pesan dan telepon dari teman-temannya yang menanyakan dimana dia saat ini.Kiara membuka obrolan grup di ponselnya yang tengah sibuk mencari dirinya itu.Satria bucinnya Aura:'Kiara dimana l
Lagi?!Kiara kembali merasakan lagi rasa yang sangat gatal dan nikmat di pusat tubuhnya.Kedua matanya sangat sulit terbuka karena masih sangat mengantuk, namun Kiara bisa merasakan ada seseorang yang meremas payudaranya dan mencium lembut bibirnya.Ini sama seperti mimpinya beberapa waktu lalu."Kiara, kamu yakin mau menunda hal ini sampai minggu depan?"bisikan lirih di telinganya itu Kiara jawab dengan erangan pelan.Dengan perlahan Kiara membuka kedua matanya dan memfokuskan pandangan di hadapannya."Sudah bangun istriku?" suara serak yang berada di hadapannya itu membuat kedua mata Kiara lansung terbuka dengan lebar.Di atas tubuhnya ada sosok Keith yang bertelanjang dada tengah memperhatikannya dengan senyum manisnya.Kiara masih berusaha mengumpulkan kesadarannya, sampai ia sadar sepenuhnya saat merasakan remasan pelan di payudaranya. Barulah ia sadar terhadap apa yang Keith lakukan."Kyaaa!!!!" Kiar
Special Kiara Pov *** Gelap ... Sunyi ... Dan terasa sangat hampa. Aku tidak pernah menyangka jika aku terjebak dalam kegelapan yang tidak ada ujungnya. Semuanya terasa aneh dan menyeramkan untukku. Berlari kemanapun kakiku melangkah aku tidak bisa menemukan cahaya atau seseorang. "Kiara ... Kapan kamu akan bangun? Aku membutuhkanmu Kleo dan putri kita juga begitu ..." Keith! Itu suara Keith! Aku bisa mendengarnya namun aku tak bisa melihatnya dan merasakan kehadirannya! "Keith! Kamu di mana?!" Aku berteriak memanggilnya namun tidak ada jawaban, aku hanya bisa mendengar suara Keith yang terus bercerita seolah aku mendengarnya namun dia tak bisa mendengar suaraku. "Cepatlah sadar Kiara, jangan pernah pergi tinggalkan kami!" Sadar? Kenapa Keith berharap aku sadar? Memang aku sedang dimana? Jantungku berdebar dengaan kuat, hari berganti hari tak lagi aku rasa. Aku terus ketakutan berada di ruang gelap ini. Sampai entah aku menunggu berapa lama, aku mulai merasakan
Special Keith's Pov***Aku tidak pernah merasakan kehancuran di dalam hidupku sebelumnnya.Hanya saja, saat melihat Kiara terbaring koma di ranjang pesakitan sudah benar-benar merengut sebagian kewarasanku. Aku sungguh takut kehilangan dia, aku takut tidak bisa lagi melihat wajahnya ketika bangun tidur, aku takut tidak ada yang menyambutku pulang bekerja dengan pelukan hangat lagi setiap harinya. Sungguh ketakutanku membuatku terus bermimpi buruk setelah melihat sendiri bagaimana detik-detik istri tercintaku ingin pergi. Mimpi itu selalu menggangguku sehingga aku selalu mengalami panik berlebih.Contohnya seperti malam ini, aku kembali bangun di tengah malam ketika mimpi mengerikan itu datang lagi, Kiara yang bersimbah darah dan meninggal tepat di depan mataku."Tidak!! Kiara sayang jangan pergi!!" aku mengigau dengan keringat yang membanjiri wajahku. Rasanya sangat berat saat akan membuka kedua mata. Saat merasakan usapan di kening dan tepukan ringan di pipi barulah aku berhasi
Kiara membuka perlahan kedua matanya dan mengerang pelan. Merasakan rasa sakit di perut, tangan Kiara mengusap perutnya dan merasakan keanehan di sana. Ia merasakan perutnya lebih keras dari biasanya, jantungnya berdebar kuat menduga apa yang terjadi pada dirinya. "Kiara sayang, kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan?" Kiara menoleh pada pintu dan melihat Keith yang datang membawakan nampan berisikan makanan dan air untuknya. Keith masih dengan pakaian kantornya namun dasinya sudah tak dipakai juga tiga kancing atas kemejanya yang sudah terbuka, penampilan Keith pun sedikit berantakan namun Kiara bisa melihat ada sebuah sinar bahagia di kedua mata Keith. "Aku kenapa" tak menjawab tanya Keith padanya, Kiara justru menanyakan apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Keith berjalan makin dekat dan meletakan nampan tersebut di atas nakas di samping ranjang sebelum duduk di sisi tubuh Kiara. Tangan Keith menjangkau satu tangan Kiara dan digenggamnya erat. "Kamu berhasil ... Kita berd
"Jadi sebelumnya kamu sama Jane memang pernah berkirim pesan?" tanya Kiara dengan tatapan menyelidiknya pada Keith. Pria yang ditanya hanya memberi cengirannya dan mengangguk tanpa rasa bersalah. "Saat itu aku pikir kamu masih memendam benci pada Jane. Aku mau menjagamu sayang, jangan salah paham ya?"Kiara mendengus pelan dan bersidekap jemarinya menarik pelan pipi Keith dengan penuh rasa gemas."Alasan!" ujarnya yang justru mendapat tawa geli Keith."Sudah yuk, ikut aku, kita kencan" ajak Keith pada istrinya."Kleo bagaimana? Dia di rumah sendiri!""Jangan khawatir, sebelum aku kesini Mamah dan Papah mu datang dan mereka mengajak Kleo keluar. Jadi kita punya waktu berdua sampai malam nanti"Kedua mata Kiara berbinar mendengar kalimat akhir Keith."Benarkah?!""Ya, kita akan berkencan satu hari ini! Kita habiskan waktu ini berdua saja"Kiara memeluk lengan Keith dengan senyum yang mengambang lebar di bibir."Iya aku mau!!"Keduanya pun meninggalkan area restoran dan mencari tempat l
Jane terkekeh geli dan menepuk pelan punggung tangan Kiara yang raut wajahnya berubah sendu setelah mendengar kalimatnya barusan. "Jangan dipikirkan, meski aku mencintai Keith kita tidak akan pernah bisa bersama. Aku tau bagaimana besarnya cinta Keith padamu!" Kiara mendesahkan pelan napasnya, "bukan itu yang aku khawatirkan! Apa selama ini kamu tersiksa karena perasaan cinta itu melekat di hatimu?" Senyum di bibir Jane perlahan menghilang dan jujur saja Jane mengiyakan pertanyaan Kiara di hatinya. "Tersiksa sih tidak, namun karena perasaan itu aku justru susah menerima kehadiran pria lain di hidupku. Hanya suamiku pria paling sabar yang mau menunggu aku siap menerimanya sampai akhirnya aku menikah dengannya" "Apa kamu mencintai suamimu?" "Aku sayang padanya, jika dikatakan cinta mungkin belum pasti. Aku masih ragu dengan perasaanku sendiri" Kegiatan keduanya terinterupsi saat dering ponsel Jane berbunyi. Wanita itu nampak sangat serius menjawab telepon yang masuk ke dalam pons
"Jadi ada apa memanggilku kemari?" tanya Kiara lansung pada intinya, tak menanyakan kabar serta pertanyaan basa-basi lainnya pada Jane yang terlihat sibuk menenangkan balita di gendongannya karena terlihat mulai tak nyaman. "Seperti yang sudah ku tulis di pesan itu, aku mau meminta maaf padamu. Sungguh bertahun-tahun lamanya setelah apa yang menimpamu membuat hidupku terasa tak tenang" Kening Kiara berkerut dalam, "mengapa kamu sampai memikirkannya? Bukankah seharusnya kamu kesal padaku karena membuatmu terusir dari perusahaan Keith?" Bibir Jane menyunggingkan senyum kecut dan kepala wanita itu mengangguk "iya. Jika persoalan itu tentu aku masih kesal padamu, namun tentu aku sudah melupakannya dan mengikhlaskannya. tapi bukan itu yang menggangguku"Kiara mengangguk mengerti, bibirnya tersungging senyum tipis. "Apa kamu mau pesan minum dulu?" Kiara mengangguk pelan "boleh" Jane memanggil seorang pelayan untuk memesankan minuman untuk dirinya dan Kiara. Selagi menunggu pesanannya
Sudah berjalan hampir 5 bulan setelah hari ulang tahun Kiara.Wanita satu anak itu kembali menjalani kehidupan rumah tangganya dengan seperti biasa.Dan semenjak pemeriksaan 4 bulan lalu, dan masih dinyatakan bahwa Kiara belum juga hamil membuat Kiara menyerah untuk konsul pada dokter kandungan.Kiara berbicara pada Keith, jika memang dia masih diberikan kehamilan biar menjadi kejutan untuknya dan Keith.Sejak itu pula Kiara tak lagi berharap lebih ketika memeriksakan dirinya pada dokter kandungan dan menanyakan apa rahimnya telah terisi sosok mungil.Menjadi ibu satu anak juga lumayan menguras tenaganya, meski Kiara tak melakukan pekerjaan berat seperti mencuci dan membersihkan rumah namun memasak yang memang dilakukan Kiara dan melayani Keith serta mengajak bermain Kleo berhasil menguras banyak tenaganya.Namun Kiara juga menikmati itu semua. Baginya tak ada yang lebih penting dari keluarga.Saat tengah melakukan kegiatan berkebun yang dibantu Kleo, kegiatannya yang Kiara terhenti k
Keith yang saat itu baru pulang dari kantornya melihat seseorang pria yang tengah bermasalah dengan kendaraannya tepat di depan gerbang perumahannya. Sudah ada seseorang sekuriti yang tengah membantu pria muda tersebut melihat ke dalam kap mobilnya yang menurut Keith ada sedikit masalah. Karena penasaran, Keith turun dan menghampiri pria muda yang sepertinya keturunan bangsa eropa tersebut. "Apa terjadi masalah?" Keith turun dari mobilnya dan menghampiri si sekuriti yang lansung mengenalnya dan memberinya hormat. "Pak Keith, mobil pemuda ini mogok, dan saya tengah mencari apa yang salah dengan mesinnya" Keith mengangguk pelan dan mengerti "memang di mana rumahmu?" tanyanya pada si pria muda tersebut."Blok D nomor A39" Keith tak menyangka jika pria ini bisa lancar berbicara bahasanya, dan mendengar alamat yang disebutkan membuat kening Keith berkerut, karena dia tau jelas rumah siapa yang pria tersebut maksud. "Rumah Oma Nadia?" tanya Keith yang mendapat delikan kaget pria it
Setelah pulang dari rumah Nenek Kara, Kiara masuk ke dalam kamarnya dan mendudukan dirinya di atas ranjang. Tadi sekilas ia berbicara pada Oma Nadia, Nenek Kara ya g mengenalkan Aiden padanya. Pria itu rupanya anak bungsu dari Oma Nadia, Oma Nadia juga cerita jika Aiden baru menyelesaikan studi S1nya di Australia dan kini tengah berlibur di negara ini. Dan sialnya Kiara harus melihat tatapan menggoda Aiden untuknya. Bahkan di depan Ibu pria itu, masih bisa-bisanya Aiden mengatakan menyukainya. Meski Oma Nadia sudah memperingati Aiden bawa Kiara wanita beristri dan memiliki satu orang putra, tak menyurutkan senyuman Aiden dan godaan kecilnya untuk Kiara yang justru membuat Kiara tak nyaman dan lansung saja dia pamit pulang. Meski Kleo masih mau bermain dengan Kara dan tak bisa Kiara ajak pulang bersama, Kiara mengkhawatirkan Kleo, jika pria itu mencuci otak anaknya. Tidak! Kiara tak boleh berpikir begitu, di rumah itu ada Oma Nadia yang pasti akan menjaga Kleo. Tetap saja, Kiar