Sebelum Keith mengantar Kiara pulang ke rumah, terlebih dulu Keith membawa Kiara ke sebuah restoran untuk mengisi perut Kiara yang kelaparan.
Karena tadi saat di parkiran Mall Keith sempat bertanya pada Kiara apakah gadis itu sudah makan malam? Dan jawaban yang Kiara beri adalah sudah dengan anggukan serius. Keith pikir memang gadis itu sudah makan bersama teman-temannya.
Namun ketika Keith mau menyalakan mesin mobilnya, ia mendengar jelas suara perut Kiara yang berbunyi hingga membuat wajah Kiara yang rona merahnya sudah hilang kembali menghias di sana.
Keith tak tahan untuk tak tertawa karena kebohongan yang Kiara katakan. Gadis itu berkata sudah makan malam namun perut wanita itu lebih jujur mengatakan bahwa ia belum diisi.
Alhasil Keith membawa mobilnya keluar dari Mall untuk pergi ke sebuah restoran favoritnya untuk mengisi perut Kiara yang berbunyi.
"Kamu tidak mau keluar?" Keith bertanya pada Kiara yang duduk menempel pada pintu mobil tanpa mau memandangnya, bahkan gadis itu memeluk tubuhnya sendiri menolak untuk Keith sentuh dan lihat.
"Aku mau pulang! Aku tidak mau makan!" Kiara mencoba menghilangkan bahasa formal pada Keith, dia masih ingat bagaimana Keith yang memberinya ciuman di pipi karena dia tak bisa menghilangkan kata 'saya dan Bapak' yang masih sering ia gunakan saat berbicara dan memanggil Keith.
"Makan dulu di sini, baru aku antar kamu pulang" Ucapan Keith yang tak menerima penolakan karena pria itu sudah keluar dari mobil dan menyerahkan kunci mobilnya pada seorang valet untuk memparkirkan mobilnya.
Kiara berdecak pelan karena Keith memilih keluar lebih dulu tanpa menunggunya, meski sosok pria itu masih berdiri di depan pintu restoran menunggunya, membuat Kiara melepas sabuk pengamannya dan turun dari dalam mobil Keith untuk mengikuti pria itu.
Dirinya masih memakai seragam putih abu-abu dan sudah pasti ia menjadi pusat perhatian karena untuk apa anak sekolahan di restoran mewah malam-malam dengan seseorang pria dewasa.
Kiara merasa bahwa banyak di pikiran orang-orang yang melihatnya itu berpikir yang tidak-tidak tentangnya.
Terlebih ketika Kiara tiba di samping Keith, pria itu justru merangkulnya dan membawanya masuk ke dalam restoran tersebut.
Kiara memilih menundukan kepalanya saat merasakan di dalam restoran tersebut banyak yang memperhatikan dia dan berbisik tentangnya.
Memejamkan erat kedua matanya karena merasa mereka membicarakannya, sampai Kiara merasakan remasan kuat namun tak terasa sakit di lengan atasnya, saat ia mengangkat pandang kedua matanya bertabrakan dengan tatapan Keith yang terasa menenangkan.
"Aku akan menjagamu"
Ucapan Keith itu jujur saja membuat sebagian ketakutan Kiara pergi.
***
Keith memesankan banyak makanan untuk Kiara. Makanan yang satu piringnya bisa merogoh kocek dalam hanya untuk satu suapan.
Namun Kiara tau dengan makanan mahal ini tak akan membuat seorang Keith Wilson mengalami kebangkrutan.
"Kamu harus makan banyak Kiara, tubuhmu terlihat sangat kurus" Keith meletakan satu piring daging bakar yang sudah ia potongkan untuk mempermudah Kiara menyantapnya.
"Terimakasih" ujar Kiara menerima piring yang Keith sodorkan, dibanding dia harus terus menolak dan merasa sungkan pada Keith yang ia tau tak membutuhkan kesungkanannya lebih baik diam menerima yang sudah jelas Keith suka.
Kiara memasukan potongan daging sapi tersebut ke mulutnya dan merasakan bagaimana daging mahal itu menjelajahi mulutnya dan mencipta sebuah rasa yang terasa begitu nikmat di lidahnya sampai membuatnya ingin menangis haru.
Meski dia dari keluarga yang cukup berada, namun sangat jarang ia bisa merasakan masakan mewah yang berasal dari restoran mahal seperti ini.
"Kamu menyukainya?" Tanya Keith yang ternyata terus memperhatikan Kiara hingga membuat rona wajah gadis itu kembali menghiasi pipinya.
Kiara tak bohong dengan menganggukan kepalanya, makanannya memang sangat enak. Dan jawaban jujur Kiara membuat senyum Keith tersungging lebar, tak lupa lesung pipi yang memperindah senyuman Keith.
"Jika suka, aku akan sering ajak kamu makan di sini"
Kiara hanya bisa tersenyum tak menjawab apa yang Keith katakan.
Kemudian hening melanda karena keduanya sibuk dengan makanan yang ada di hadapan mereka.
"Kiara, boleh aku bertanya?" Keith memulai pembicaraan pada Kiara.
Mendengar Keith, Kiara menganggukan kepalanya mengizinkan Keith untuk menanyakan apapun padanya.
"Apa kamu merahasiakan tentang kita pada teman-temanmu?"
Kiara berhenti mengunyah demi bisa melihat wajah Keith yang memandangnya tanpa ekspresi dan menunggu jawabannya.
Kiara mengambil gelas berisi air di mejanya untuk ia teguk isinya dan membantunya menelan sisa makanan di mulutnya. Barulah setelah itu ia bisa menjawab pertanyaan Keith.
"Maaf, aku mau merahasiakannya" jawab jujur Kiara.
Keith menghela napasnya pelan dan mengangguk mengerti. "Baiklah, tak menjadi masalah bagiku. Jadi kamu mau kita merahasiakan hal ini?"
Tak ragu Kiara mengangguk kuat.
"Tapi sampai kapan?" tanya Keith serius, karena ia memang tak mau menutupi hubungannya dengan Kiara dari siapapun. Tapi karena Kiara masih dalam kondisi tertekan akibat perjodohan ini dan masih merasa tak siap akan kenyataan yang terjadi, Keith bisa memakluminya.
Kiara menunduk dan menggeleng tidak tau, tak tau sampai kapan dia mau menyembunyikan hal ini dari orang lain dan teman-temannya.
Melihat itu Keith hanya menghela napas pelan dan memikirkan cara agar Kiara tak lagi menyembunyikan hubungan mereka jika nanti mereka sudah sah menjadi sepasang suami isteri.
"Makan lagi, habiskan. Jangan pikirkan yang lain" Keith memberikan senyumnya pada Kiara dan kembali melanjutkan makannya.
Namun Kiara sendiri yang tiba-tiba kenyang dan tak berselera atas makanan lezatnya pun memaksakan tangannya menyuap untuk menghabiskan makanan di atas piringnya tersebut, demi menghargai Keith.
***
Keith mengantarkan Kiara ke rumahnya saat jam sudah menyentuh angka 10 malam.
"Terimakasih Pak- maksudku Keith" Kiara menggigit bibirnya saat ia salah berucap dan berdoa agar tak lagi mendapat hukuman dari Keith.
Melihat itu, Keith membuka sabuk pengamannya dan mendekatkan diri pada Kiara yang sudah menjauh dan memojok pada sisi mobil agar bisa menjauh dari Keith, wajahnya sudah memerah malu dengan jantungnya yang berdebar kuat.
"Kamu masih memanggilku 'Pak? dan lagi ini ..." Keith mengusap bibir bawah Kiara menggunakan ibu jarinya membuat tubuh gadis itu menegang di tempatnya. "Jangan gigit bibirmu Kiara" Keith berbisik pelan dengan mata elangnya yang menatap tepat ke manik mata Kiara.
"Kamu sedang tidak berusaha menggodaku kan Kiara?" Bisik Keith di dekat wajah Kiara yang tubuhnya sudah kaku karena Keith.
Kiara menggelengkan kuat kepalanya, namun saat ia melakukan itu bibirnya justru menyentuh sedikit bibir Keith hingga membuat Kiara menutup bibirnya menggunakan tangan dan membulatkan matanya besar.
Apakah itu bisa disebut ciuman?
Kiara merasa wajahnya begitu panas dan jantungnya yang tak bisa lebih kuat lagi berdetak, ia menyalahkan Keith yang wajahnya berada sangat dekat dengan wajahnya hingga bisa terjadi kecelakaan kecil itu.
Sementara Keith tak bisa menahan dengus geli dan senyum lebarnya karena tingkah Kiara, merasa bahwa Kiara sangat terpojok akan tingkahnya, Keith menjauhkan tubuhnya dan kembali pada posisi semula membuat Kiara bisa sedikit bernapas lega.
"Kamu masih mau di sini? Di mobil bersamaku?" Keith bertanya pada Kiara yang tersadar dan kemudian gadis itu menggeleng, terburu-buru membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.
Keith tertawa pelan melihat itu, sebelum Kiara kembali membuka pintu mobilnya membuat kedua mata Keith memandangnya.
"Te-terimakasih" lalu gadis itu kembali menutup pintunya dan berlari masuk ke dalam rumahnya. Keith tak bisa menahan tawanya yang kini berderai keluar, tingkah Kiara sungguh menghiburnya dan membuatnya makin terjatuh pada sosok Kiara yang polos dan menggemaskan.
"Tidak sabar menjadikanmu milikku secepatnya Kiara" Bisik Keith pada Kiara yang sudah masuk ke dalam rumah, tatapan matanya begitu tajam memandang pintu rumah Kiara yang tertutup.
***
Keith membuka pintu apartemennya dan ia terkejut ketika melihat sosok Mamahnya yang berada di sofa sana tengah memainkan ponselnya.
"Mamah? Kenapa di sini?" Tanya Keith yang kini sudah mendekat pada sosok Mamahnya dan duduk di dekat orangtuanya tersebut.
"Lama sekali kamu pulang, Mamah sampai ngantuk tunggu kamu di sini!" Shenina mematikan ponselnya demi bisa menatap putranya itu.
Keith tersenyum geli dan menggeleng pelan "untuk apa tunggu Keith? Ada sesuatu yang mau Mamah bicarakan?"
Senyum Keith perlahan menghilang saat melihat Mamahnya berwajah serius ketika menatapnya. "Ada apa?" tanya Keith yang merasa bahwa berita yang Mamahnya akan katakan ini berhubungan dengan Kiara, karena wajah serius yang Mamahnya beri jika bukan tentang Kiara tak mungkin akan memasang raut serius begitu.
"Orangtua Kiara kembali mendatangi rumah kita Keith, mereka terus memohon-"
"Tidak! Keith tidak mau membatalkannya!" Keith memotong ucapan Mamahnya karena dia sudah tau apa yang kedua orangtua gadis itu inginkan.
"Keith! Mereka menangis dan memohon-"
"Tidak!" Keith bangkit dari kursinya dan memilih pergi ke dapur untuk mengambil kaleng minuman soda di dalam kulkas. Membuka minuman itu untuk ia teguk dan menghabiskannya dalam sekali waktu demi membantunya meredakan emosi di dalam dirinya yang tiba-tiba saja membara.
"Ada apa denganmu Keith? Kenapa kamu sangat menginginkan gadis itu?"
Shenina mendekat pada Keith dan mengusap lengan putranya yang ia tau kini tengah diliputi perasaan marah serta kesal dengan berita yang ia sampaikan.
"Karena Keith mencintainya! Keith mau menjadikan Kiara milik Keith secepatnya! Keith tak pedulikan semua penghalang yang ada, Keith tetap akan menjadikan Kiara milik Keith, jika mengancam kedua orangtua Kiara tak cukup, Keith bisa membeberkan semua rahasia mereka pada Kiara-"
"Keith cukup!! Jangan bertindak sejauh itu! Pikirkan perasaan kedua orangtua Kiara, dan pikirkan perasaan Kiara jika kamu membocorkannya!"
Keith memejamkan kedua matanya dan mendesah pelan, karena marah dan emosi ia jadi berkata hal tersebut yang sedari awal memang tak mau ia katakan dan beritahu Kiara, namun ia nekat akan membeberkannya andai orangtua Kiara menjauhkan gadis itu darinya.
"Maaf Mah, Keith emosi"
Shenina menarik Keith untuk masuk ke dalam pelukannya.
"Tidak apa-apa Keith, kamu masih bisa mengambil hati Kiara pelan-pelan. Dia pasti akan mencintaimu juga jika kamu bisa meluluhkannya, jangan bertindak gegabah dan membuat gadis itu membencimu"
Keith membalas pelukan Shenina kuat, dan pria itu menggeleng pelan di ceruk leher Mamahnya. "Keith gak mau Kiara benci Keith ... Kiara gak boleh benci Keith"
Shenina mengangguk pelan dan menepuk punggung Keith.
"Mamah? Mamah kenapa?" Kiara membuka pintu rumahnya dan disuguhkan pemandangan Mamahnya yang tengah menangis dalam pelukan Papahnya itu.Kiara duduk di samping sang Mamah dengan wajah khawatirnya."Kenapa Mah? Pah, Mamah kenapa?" risaunya yang tak kuasa melihat tangis Rima."Mamah gapapa sayang" Rima mengusap tangan Kiara penuh sayang diikuti dengan senyumnya yang tak mau membuat Kiara khawatir.Namun Kiara terlihat tak percaya dengan apa yang Mamahnya katakan, ia lebih memilih menatap Papahnya yang justru membuang muka saat ia melihat pada pria baya itu."Apa terjadi sesuatu Pah? Mamah kenapa?" Kiara merasa bahwa ada sesuatu yang orangtuanya sembunyikan darinya dan hal itu sangat tak Kiara suka jika kedua orangtuanya menyembunyikan sesuatu hal darinya."Mamah hanya sedih ketika mendapat kabar duka dari temannya Kiara, hanya itu"Kiara menatap pada Mamahnya dan menelisik apakah yang dikatakan Papahnya itu
Kiara memutar-mutar cincin di jari manis sebelah kirinya. Memandang benda itu yang menghias jemarinya.Masih terasa mengganjal karena sebelumnya Kiara tak pernah memakai cincin di jemarinya.Dan pesan yang Keith katakan setelah mereka melakukan pertunangan adalah larangan untuk Kiara melepas cincin tersebut sampai nanti cincin yang terpasang di jari manis kirinya terganti dengan cincin pernikahan mereka."Kayaknya pulang sekolah hujan deh! Mendung banget gitu" Fia berkata pelan dengan kedua mata yang memandang pada jendela kelasnya.Mendengar tak ada respon dari teman sebangkunya itu membuat Fia menolehkan wajah pada Kiara yang masih memainkan cincinnya."Waah!! Bagus, kenapa? Tumben pake cincin?" Fia menarik jemari Kiara demi bisa melihat cincin yang melingkar di sana."Hadiah dari Papah" Beritahunya yang jelas itu bohong."Mahal pasti, berkilau banget loh ini Ki!"Kiara hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Fia.
"Keith mau pernikahan itu dimajukan sampai minggu depan!""Keith kita gak bisa-""Bisa! Kiara harus jadi istri Keith minggu depan!"Kedua orangtua Keith yang berada di ruang yang sama dengan Keith itu menatap Keith dengan pandangan lelah."Keith akan mempercepat semuanya ... "Setidaknya apa yang Keith inginkan itu tengah diatur oleh kedua orangtuanya yang pasti akan menuruti setiap maunya. Hanya tinggal ia yang berbicara pada Kiara dan inilah saatnya.***"Ayo masuk" Keith membuka pintu apartemennya dan membiarkan Kiara agar masuk lebih dulu ke dalam.Kiara yang pertama kalinya datang ke tempat tinggal Keith itu terpesona oleh betapa luasnya apartemen Keith yang bahkan memiliki liftnya tersendiri.Apartemen yang memiliki dua lantai dan sangat mewah, memang cocok untuk seorang Keith Wilson yang kekayaannya tak perlu dibayangkan betapa banyaknya.Kiara melangkah
21+Kiara tak tau mengapa, namun kini ia merasa sangat mengantuk dan kedua matanya terasa berat untuk bisa terus terbuka, sampai ia harus meninggalkan Keith sendiri di sofa sana.Kiara bahkan harus terus tersadar sampai ia bisa mencapai pintu kamarnya.Setibanya di kamar, Kiara bahkan lansung merebahkan dirinya di atas ranjang dan tak menunggu hitungan detik ia sudah terpejam dan terlelap.***Kiara merasakan ada tangan-tangan yang mengerayangi tubuhnya. Kiara mencoba mengangkat kedua tangannya dan mengusir satu tangan yang menangkup payudara kanannya yang tak tertutupi kain lagi dan terasa dingin karena terkena hembusan AC di dalam kamar.Mencoba untuk membuka kedua matanya pun tak bisa, karena Kiara merasa sangat lelah dan mengantuk untuk sekedar tersadar dan melihat apa yang tengah terjadi pada tubuhnya.Desahan kecil itu terlontar dari bibirnya saat Kiara merasakan ada yang menjilat payudaranya dan pe
Kiara yang wajahnya memerah itu tak mampu menatap Keith yang kini sudah menutup pintu apartemennya dan berjalan mendekat ke arahnya. "Sudah makan Kiara?" suara Keith mengalun masuk ke telinganya. Membayangi kembali di otaknya, tentang suara serak yang berujar cinta padanya dan hal itu membuat wajah Kiara merona. "Aku su-sudah makan" Kiara menjawab dengan canggung. Ia merasakan sofa di sisinya sedikit bergoyang yang ia tau Keith duduk di sebelahnya. Namun Kiara tak mau menatap Keith di saat wajahnya memerah begini. Terlalu lama keduanya terdiam dan membuat Kiara tak nyaman, gadis itu segera putar otak untuk berbicara pada Keith agar suasana canggung ini tak berangsur lama. "Keith ... Aku mau pulang" ketika Kiara menatap Keith dan lansung bicara, betapa terkejutnya dia saat Keith ternyata tengah memandangnya dengan senyum lebar di bibir. "A-aaku--" Kiara tak bisa lagi berkata saat Keith mendekatkan wajah padanya, dia sampai harus memejamkan mata
Tiba di hari yang dijadwalkan.Ya, pernikahan Kiara juga Keith.Semalaman Kiara sudah menangis hingga kedua matanya bengkak. Dirinya masih dalam perasaan labilnya karena tak siap untuk hari esok.Mamahnya bahkan harus mengkompres matanya agar tidak bengkak.Bahkan sudah sejak pagi buta rumah Kiara sangat ramai karena banyak orang-orang panggilan Keith yang mengatur pesta serta untuk merias dirinya datang.Pesan dari Keith juga sering sekali memenuhi ponselnya yang terus menanyakan kesiapannya dan mengatakan bahwa sebentar lagi mereka akan menjadi suami istri.Kiara tak bisa memasang raut senangnya, dia tertekan dan berbicara pada Mamahnya pun percuma.Wanita itu hanya mengatakan bahwa ia akan bahagia bila menikah dengan Keith dan tak memikirkan risiko serta ketidaknyamanan dia saat nanti datang ke sekolah dan bertemu Keith.Atau rasa bersalahnya pada teman-temannya karena Kiara harus menyembunyikan hal ini dari mereka.S
"Keith" Panggilan lembut itu mengundang Keith serta Kiara memandang ke asal suara.Di hadapan mereka berdiri sesosok wanita cantik dengan gaun berwarna merah muda dan riasannya yang tipis namun Kiara mau mengakui bahwa wanita ini begitu cantik."Keith ... Gaun ini, gaun yang kamu belikan padaku minggu lalu. Aku memakainya di saat pernikahanmu, aku tidak tau mengapa kamu sangat menyukai wanita memakai gaun berwarna merah muda"Kiara menegang sejenak mendengar ucapan si wanita pada Keith, namun apa yang wanita itu katakan mengingatkan dia mengenai gaun yang pernah Keith belikan untuknya. Keith memang hanya membelikan ia gaun berwarna merah muda.Apakah Keith menyukai warna itu?"Ahh, Jane. Terimakasih sudah datang, sebelumnya kamu belum pernah bertemu dengan istriku kan?" Keith tak menyahuti ucapan wanita bernama Jane yang berdiri di depannya itu. Tangan Keith justru menarik Kiara dan meletakan tanganya di pinggang Kiara
Kiara bertahan sangat lama di dalam kamar mandi. Dia baru saja selesai mandi dan lagi suara Keith di luar sana tak sama sekali ia dengar.Keith juga tak menyuruhnya cepat keluar.Kiara memberanikan dirinya untuk mengintip melalui pintu kamar mandi yang ia buka sedikit. Dan betapa leganya ia melihat tak ada sosok Keith di dalam kamar. Kiara perlahan menarik kopernya yang ia bawa ke dalam kamar mandi keluar dan meletakannya di samping sofa.Keith memang tak ada di kamar, entah pergi kemana pria itu Namun hal itu juga membuat Kiara merasa lega sejenak.Kiara duduk di atas ranjang hotel dan menyalakan ponselnya yang seharian ini ia matikan.Kiara mendapat banyak sekali pesan dan telepon dari teman-temannya yang menanyakan dimana dia saat ini.Kiara membuka obrolan grup di ponselnya yang tengah sibuk mencari dirinya itu.Satria bucinnya Aura:'Kiara dimana l
Special Kiara Pov *** Gelap ... Sunyi ... Dan terasa sangat hampa. Aku tidak pernah menyangka jika aku terjebak dalam kegelapan yang tidak ada ujungnya. Semuanya terasa aneh dan menyeramkan untukku. Berlari kemanapun kakiku melangkah aku tidak bisa menemukan cahaya atau seseorang. "Kiara ... Kapan kamu akan bangun? Aku membutuhkanmu Kleo dan putri kita juga begitu ..." Keith! Itu suara Keith! Aku bisa mendengarnya namun aku tak bisa melihatnya dan merasakan kehadirannya! "Keith! Kamu di mana?!" Aku berteriak memanggilnya namun tidak ada jawaban, aku hanya bisa mendengar suara Keith yang terus bercerita seolah aku mendengarnya namun dia tak bisa mendengar suaraku. "Cepatlah sadar Kiara, jangan pernah pergi tinggalkan kami!" Sadar? Kenapa Keith berharap aku sadar? Memang aku sedang dimana? Jantungku berdebar dengaan kuat, hari berganti hari tak lagi aku rasa. Aku terus ketakutan berada di ruang gelap ini. Sampai entah aku menunggu berapa lama, aku mulai merasakan
Special Keith's Pov***Aku tidak pernah merasakan kehancuran di dalam hidupku sebelumnnya.Hanya saja, saat melihat Kiara terbaring koma di ranjang pesakitan sudah benar-benar merengut sebagian kewarasanku. Aku sungguh takut kehilangan dia, aku takut tidak bisa lagi melihat wajahnya ketika bangun tidur, aku takut tidak ada yang menyambutku pulang bekerja dengan pelukan hangat lagi setiap harinya. Sungguh ketakutanku membuatku terus bermimpi buruk setelah melihat sendiri bagaimana detik-detik istri tercintaku ingin pergi. Mimpi itu selalu menggangguku sehingga aku selalu mengalami panik berlebih.Contohnya seperti malam ini, aku kembali bangun di tengah malam ketika mimpi mengerikan itu datang lagi, Kiara yang bersimbah darah dan meninggal tepat di depan mataku."Tidak!! Kiara sayang jangan pergi!!" aku mengigau dengan keringat yang membanjiri wajahku. Rasanya sangat berat saat akan membuka kedua mata. Saat merasakan usapan di kening dan tepukan ringan di pipi barulah aku berhasi
Kiara membuka perlahan kedua matanya dan mengerang pelan. Merasakan rasa sakit di perut, tangan Kiara mengusap perutnya dan merasakan keanehan di sana. Ia merasakan perutnya lebih keras dari biasanya, jantungnya berdebar kuat menduga apa yang terjadi pada dirinya. "Kiara sayang, kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan?" Kiara menoleh pada pintu dan melihat Keith yang datang membawakan nampan berisikan makanan dan air untuknya. Keith masih dengan pakaian kantornya namun dasinya sudah tak dipakai juga tiga kancing atas kemejanya yang sudah terbuka, penampilan Keith pun sedikit berantakan namun Kiara bisa melihat ada sebuah sinar bahagia di kedua mata Keith. "Aku kenapa" tak menjawab tanya Keith padanya, Kiara justru menanyakan apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Keith berjalan makin dekat dan meletakan nampan tersebut di atas nakas di samping ranjang sebelum duduk di sisi tubuh Kiara. Tangan Keith menjangkau satu tangan Kiara dan digenggamnya erat. "Kamu berhasil ... Kita berd
"Jadi sebelumnya kamu sama Jane memang pernah berkirim pesan?" tanya Kiara dengan tatapan menyelidiknya pada Keith. Pria yang ditanya hanya memberi cengirannya dan mengangguk tanpa rasa bersalah. "Saat itu aku pikir kamu masih memendam benci pada Jane. Aku mau menjagamu sayang, jangan salah paham ya?"Kiara mendengus pelan dan bersidekap jemarinya menarik pelan pipi Keith dengan penuh rasa gemas."Alasan!" ujarnya yang justru mendapat tawa geli Keith."Sudah yuk, ikut aku, kita kencan" ajak Keith pada istrinya."Kleo bagaimana? Dia di rumah sendiri!""Jangan khawatir, sebelum aku kesini Mamah dan Papah mu datang dan mereka mengajak Kleo keluar. Jadi kita punya waktu berdua sampai malam nanti"Kedua mata Kiara berbinar mendengar kalimat akhir Keith."Benarkah?!""Ya, kita akan berkencan satu hari ini! Kita habiskan waktu ini berdua saja"Kiara memeluk lengan Keith dengan senyum yang mengambang lebar di bibir."Iya aku mau!!"Keduanya pun meninggalkan area restoran dan mencari tempat l
Jane terkekeh geli dan menepuk pelan punggung tangan Kiara yang raut wajahnya berubah sendu setelah mendengar kalimatnya barusan. "Jangan dipikirkan, meski aku mencintai Keith kita tidak akan pernah bisa bersama. Aku tau bagaimana besarnya cinta Keith padamu!" Kiara mendesahkan pelan napasnya, "bukan itu yang aku khawatirkan! Apa selama ini kamu tersiksa karena perasaan cinta itu melekat di hatimu?" Senyum di bibir Jane perlahan menghilang dan jujur saja Jane mengiyakan pertanyaan Kiara di hatinya. "Tersiksa sih tidak, namun karena perasaan itu aku justru susah menerima kehadiran pria lain di hidupku. Hanya suamiku pria paling sabar yang mau menunggu aku siap menerimanya sampai akhirnya aku menikah dengannya" "Apa kamu mencintai suamimu?" "Aku sayang padanya, jika dikatakan cinta mungkin belum pasti. Aku masih ragu dengan perasaanku sendiri" Kegiatan keduanya terinterupsi saat dering ponsel Jane berbunyi. Wanita itu nampak sangat serius menjawab telepon yang masuk ke dalam pons
"Jadi ada apa memanggilku kemari?" tanya Kiara lansung pada intinya, tak menanyakan kabar serta pertanyaan basa-basi lainnya pada Jane yang terlihat sibuk menenangkan balita di gendongannya karena terlihat mulai tak nyaman. "Seperti yang sudah ku tulis di pesan itu, aku mau meminta maaf padamu. Sungguh bertahun-tahun lamanya setelah apa yang menimpamu membuat hidupku terasa tak tenang" Kening Kiara berkerut dalam, "mengapa kamu sampai memikirkannya? Bukankah seharusnya kamu kesal padaku karena membuatmu terusir dari perusahaan Keith?" Bibir Jane menyunggingkan senyum kecut dan kepala wanita itu mengangguk "iya. Jika persoalan itu tentu aku masih kesal padamu, namun tentu aku sudah melupakannya dan mengikhlaskannya. tapi bukan itu yang menggangguku"Kiara mengangguk mengerti, bibirnya tersungging senyum tipis. "Apa kamu mau pesan minum dulu?" Kiara mengangguk pelan "boleh" Jane memanggil seorang pelayan untuk memesankan minuman untuk dirinya dan Kiara. Selagi menunggu pesanannya
Sudah berjalan hampir 5 bulan setelah hari ulang tahun Kiara.Wanita satu anak itu kembali menjalani kehidupan rumah tangganya dengan seperti biasa.Dan semenjak pemeriksaan 4 bulan lalu, dan masih dinyatakan bahwa Kiara belum juga hamil membuat Kiara menyerah untuk konsul pada dokter kandungan.Kiara berbicara pada Keith, jika memang dia masih diberikan kehamilan biar menjadi kejutan untuknya dan Keith.Sejak itu pula Kiara tak lagi berharap lebih ketika memeriksakan dirinya pada dokter kandungan dan menanyakan apa rahimnya telah terisi sosok mungil.Menjadi ibu satu anak juga lumayan menguras tenaganya, meski Kiara tak melakukan pekerjaan berat seperti mencuci dan membersihkan rumah namun memasak yang memang dilakukan Kiara dan melayani Keith serta mengajak bermain Kleo berhasil menguras banyak tenaganya.Namun Kiara juga menikmati itu semua. Baginya tak ada yang lebih penting dari keluarga.Saat tengah melakukan kegiatan berkebun yang dibantu Kleo, kegiatannya yang Kiara terhenti k
Keith yang saat itu baru pulang dari kantornya melihat seseorang pria yang tengah bermasalah dengan kendaraannya tepat di depan gerbang perumahannya. Sudah ada seseorang sekuriti yang tengah membantu pria muda tersebut melihat ke dalam kap mobilnya yang menurut Keith ada sedikit masalah. Karena penasaran, Keith turun dan menghampiri pria muda yang sepertinya keturunan bangsa eropa tersebut. "Apa terjadi masalah?" Keith turun dari mobilnya dan menghampiri si sekuriti yang lansung mengenalnya dan memberinya hormat. "Pak Keith, mobil pemuda ini mogok, dan saya tengah mencari apa yang salah dengan mesinnya" Keith mengangguk pelan dan mengerti "memang di mana rumahmu?" tanyanya pada si pria muda tersebut."Blok D nomor A39" Keith tak menyangka jika pria ini bisa lancar berbicara bahasanya, dan mendengar alamat yang disebutkan membuat kening Keith berkerut, karena dia tau jelas rumah siapa yang pria tersebut maksud. "Rumah Oma Nadia?" tanya Keith yang mendapat delikan kaget pria it
Setelah pulang dari rumah Nenek Kara, Kiara masuk ke dalam kamarnya dan mendudukan dirinya di atas ranjang. Tadi sekilas ia berbicara pada Oma Nadia, Nenek Kara ya g mengenalkan Aiden padanya. Pria itu rupanya anak bungsu dari Oma Nadia, Oma Nadia juga cerita jika Aiden baru menyelesaikan studi S1nya di Australia dan kini tengah berlibur di negara ini. Dan sialnya Kiara harus melihat tatapan menggoda Aiden untuknya. Bahkan di depan Ibu pria itu, masih bisa-bisanya Aiden mengatakan menyukainya. Meski Oma Nadia sudah memperingati Aiden bawa Kiara wanita beristri dan memiliki satu orang putra, tak menyurutkan senyuman Aiden dan godaan kecilnya untuk Kiara yang justru membuat Kiara tak nyaman dan lansung saja dia pamit pulang. Meski Kleo masih mau bermain dengan Kara dan tak bisa Kiara ajak pulang bersama, Kiara mengkhawatirkan Kleo, jika pria itu mencuci otak anaknya. Tidak! Kiara tak boleh berpikir begitu, di rumah itu ada Oma Nadia yang pasti akan menjaga Kleo. Tetap saja, Kiar