Share

Chapter 72

Penulis: Mia006
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-26 06:35:00

Marren menyusun rencananya dengan matang, seraya ia memaksa makan secukupnya.

la berpura-pura ke kamar mandi, dengan berjalan membungkuk dia mengakali CCTV ruangan itu untuk membawa map perjanjian yang di berikan James padanya.

Dalam kamar mandi Marren memfoto semua berkas itu dan mengembalikan semuanya dengan rapi.

'Semoga Pak Jack bisa mengirimkan ini pada Arsan atau kak Arland. Dan dengan begini, bukti semua sudah ada di tangan kami," pikir Marren dengan memantapkan hati.

''Dan sekarang adalah Azel! Saya harus memastikan sendiri sebelum Saya bisa keluar dari tempat ini. Saya benar-benar merasa ada sesuatu yang tidak beres. Wajahnya yang pucat itu benar-benar pucat atau hanya sekedar make up? Kuku itu, Saya benar-benar tidak nyaman melihat kuku-kuku panjangnya," gumam Marren dalam benaknya.

Marren memanggil pengawal yang menjaga pintu kamarnya untuk membawanya ke kamar Azel, dengan dalih ingin menjenguk gadis itu dan ingin meminta ob
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Posesif My Husband    Chapter 73

    "Kurang ajar, bagaimana dia bisa sampai keluar?" pekik James dengan marah. Melihat Marren terjatuh, Azel segera melepaskan diri dari cengkeraman Marren.Namun, perempuan berambut pirang itu bukannya segera berlari tetapi ia malah kembali kepada Marren dan menyerangnya. Mengira Marren telah kalah, Azel berusaha menendang Marren yang berusaha bangun dari jatuhnya dengan posisi duduk."Dasar perempuan jalang! Sialan!" umpat Azel seraya menyerang Marren. Melihat kaki Azel yang melayang ke arahnya, dengan cepat Marren menangkap dan menariknya hingga tubuh Azel terjatuh di tanah yang telah basah akibat deburan ombak. Dengan kesal tanpa pikir panjang Marren menarik paksa selimut yang membungkus tubuh Azel. Azel memekik histeris karena lelan berhasil di pecundangi Marren. ''TUTUP MATA KALIAN!" Pekik James dengan suara menggelegar. Spontan para pengawal yang melingkari Marren dan Azel membuang muka serta

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Posesif My Husband    Chapter 74

    Semua tersentak kaget dan tidak bergerak. Tidak berapa lama kemudian Azel roboh berkalang tanah. Marren dan Juan jatuh terduduk, terpaku diam. Mereka sama-sama kehingungan dengan apa yang terjadi. ''Nyonya! Nyonya Marren Anda tidak apa-apa?" panggil Jack berlari mendekati Marren. ''Pak Jack?" Lirih Marren yang masih terpaku bingung, la berdiri dengan di bantu oleh Jack.Di belakang Jack menyerbu beberapa orang yang berpakaian serba hitam dengan pistol di tangan melewati Marren dan Juan. "Apa yang baru saja terjadi, Pak? Kenapa ada suara tembakan?" tanya Marren dengan suara gemetar. "Sepertinya wanita itu ingin menembak Anda, Nyonya, tapi para anggota itu mendahuluinya, jadi tembakan kedua adalah milik wanita itu yang terlontar ke atas," ujar Jack menjelaskan. "Ya, Tuhan, Azel?" tanya Marren sangat syok. "Benar, Nyonya. Dan sekarang sepertinya dia dalam keadaan kritis." jawab Jack dengan sikap hormat ser

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Posesif My Husband    Chapter 75

    "Ya, kamu tahu 'kan bahwa pelakunya adalah James Vandroid, pamannya Arthur?" tanya Marren menegaskan. "Dan James adalah ayah Azel," tambahnya bersungut-sungut. ''lya, lalu?" sahut Arsan singkat. ''Ya, mereka menginginkan Saya untuk menandatangani surat perjanjian bahwa kami akan melakukan kerja sama, tapi Saya tidak terlalu ingat detailnya Arsan. Saya sudah mengirimkan semua bukti foto-foto itu ke Pak Jack kepala sekuriti kita untuk di berikan kepadamu. Tapi Saya rasa kamu belum menerimanya," ujar Marren dengan mengernyitkan alisnya. ''Tidak bagaimana mungkin Saya bisa menerimanya sedang Saya pun dalam keadaan sekarat saat itu, bahkan saat tu Saya tidak memegang ponsel, entah ke mana benda itu," keluh Arsan dengan menghela napasnya dengan berat. "Oh, Saya baru ingat, ponselmu tertinggal di kamar. Jatuh atau bagaimana, saya tidak tahu, Bibi yang menemukan ponselmu berbunyi di kamar. Dari situlah Saya tahu mereka mengancam memasang pel

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29
  • Posesif My Husband    Chapter 76

    "Apa? Foto-foto apa? Benar-benar sialan!" kali ini suara Arsan benar-benar marah.''Apalagi, astaga," imbuhnya menahan geramnya dan meraup wajahnya. "Saya melihatnya sendiri di bingkai, bahkan bukan hanya satu dua foto, tapi banyak. Ya, walau Saya tahu wanita itu berpura-pura sakit waktu itu, tapi foto-foto itu? Itu jelas sekali foto-foto kalian!'' desis Marren dengan menahan getaran suaranya. Arsan terdiam dan mengernyitkan alisnya hingga terlihat seperti bertaut. Marren menunggu dengan skeptis. "Foto-foto pernikahan? Oh, aku ingat!" sela Arsan mengernyit seolah teringat sesuatu. Pria tampan itu meraih ponsel miliknya yang telah di bawakan oleh asistennya dan segera mengetik sesuatu di dalamnya, "Lihatlah, foto seperti inikah yang kau lihat?" sambungnya dengan cepat. Arsan memberikan ponsel miliknya kepada Marren yang membuat Marren terbelalak kaget bukan kepalang, "Ini? Majalah bisnis? Apa maksudnya Axel?" Marren terlihat bingung. "Sama 'kan? Apa foto-foto itu yang kamu maksud?

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Posesif My Husband    Chapter 77

    "Marren berjanjilah pada Saya mulai sekarang jangan pernah percaya pada siapa pun selain Saya. Jika kamu ada berita apa pun tentang kejadian kali ini dan orang-orang yang terlibat di sini, bicarakan semua pada Saya," ujar Arsan tiba-tiba. ''Arsan, sebenarnya ada apa ini? Apa maksudnya?" sela Marren terlihat khawatir. ''Entahlah, Saya merasa ada seseorang di balik semua kejadian ini. Ada peran seseorang di balik layar yang mengendalikan semua ini. Dan Saya merasa James atau keluarga Vandroid hanya pion garis depan yang sengaja di tumbalkan," papar Arsan seraya mendesis hampir tidak terdengar. ''Apa maksudmu, Arsan? Lalu, siapa dia? Kenapa dia bisa sejahat itu?" tanya Marren tergagap. "Saya tidak tahu. Yang jelas semua rencana ini sangat baik. Tapi kamu jangan takut, kita akan menghadapinya bersama-sama, kamu akan aman bersama Saya, ujar Arsan yakin, menarik Marren dalam pelukannya. Marren membalas pelukan Arsan dan membenamkan wajahnya di dada bidang Arsan sebagai jawabannya. ''l

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Posesif My Husband    Chapter 78

    "Kenapa setiap kali aku jauh dari kalian, ada saja yang terjadi?" tanya Kakek Ryzadrd, Devan Ryzadrd sore itu di hadapan Arsan dan Marren. Mereka bertiga sedang berbicara di ruang kerja di rumah Arsan, ''Entah, Kek, tapi yang jelas semua ini terjadi memang seperti di rencanakan jauh-jauh hari," sahut Arsan setelah menyesap kopi susu kesukaannya. "Bajingan itu benar-benar tidak tahu diri. Harusnya Saya sudah menyingkirkan semua keluarga Vandroid saat perbuatan Arthur waktu itu," lanjut kakek Ryzadrd dengan menggeram. Orang tua itu memukul meja dengan keras, "Ini benar-benar menjengkelkan!" lanjutnya memekik marah. "Kakek, jangan terbawa emosi, nanti sakit kakek kambuh lagi, Kek," sela Marren bangkit dari duduknya di sebelah Arsan karena melihat kakek Ryzadrd terbatuk-batuk dengan tiba-tiba, bergegas duduk di sofa sebelah pria tua itu. "Terima kasih, menantu, kamu memang sangat perhatian pada kakek," sahut pria tua itu setelah berdehem dengan susah payah dan Marren mengelus elus pun

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Posesif My Husband    Chapter 79

    "Cukup Arsan, tidaaakk..." pekik Marren terengah masih menyisakan tawanya karena ulah Arsan yang menggelitik pinggangnya.Kini keduanya rebah dan tertawa bersama. Arsan bangkit menghadap Marren dengan bertelekan tangannya. "Apa kamu tahu sayang, kenapa tadi Saya melarangmu menyela ucapan Kakek, saat Kakek tidak mau menginap di sini?" tanya Arsan dengan tatapan serius. ''lya, Saya lupa karena Kakek selalu punya kenangan buruk tentang rumah ini. Karena itu, 'kan? Begitu juga Arland," balas Marren mengernyit seolah mengingat sesuatu."Saya hampir saja lupa hal itu. Padahal dengan kakek datang berkunjung saja itu sudah sangat berat baginya," imbuhnya dengan wajah murung. "Ya, kamu benar. Tapi ada yang lebih penting, seperti yang Kakek bilang tadi bahwa Kakek tidak mau mengganggu kita," sela Arsan seraya memainkan rambut Marren yang tergerai berantakan di ranjang, dengan tatapan pria mesum itu dengan teduh.Marren spontan bangkit, "Tapi Arsan, Saya tidak akan merasa terganggu, sama sekal

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Posesif My Husband    Chapter 80

    Marren menggeliat dari tidurnya, ia terbangun karena mendengar suara dering ponsel di atas bantal dan kepalanya berdenyut seketika.Wanita cantik itu membuka mata dengan berat dan mencari-cari arah sumber suara. la meraih benda kotak yang terus berdering dan bergetar-getar untuk mematikannya. Namun, belum sampai ia meraihnya tiba-tiba suara dering itu lenyap dan herganti dengan bunyi pesan masuk. 'Oh iya, ini kan ponsel Arsan. Ponsel saya masih ada di kantor Polisi sebagai barang bukti. Besok Saya akan bicara pada Arsan, supaya ponsel Saya bisa kembali. Tapi siapa yang menelepon di pagi buta begini?' Batin Marren dengan wajah mengernyit saat menatap angka 03.12 terpampang di layar ponsel suaminya.Belum selesai Marren bertanya-tanya tiba-tiba sebuah pesan masuk terpampang di layar ponsel Arsan dan membuat Marren membelalakkan mata karena terkejut. 'Apa? Mommy sakit? Arland mengirim pesan Mommy sakit?' pekik Marren dalam hati dengan panik. Marren bangkit dari rebahnya seraya meraih

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04

Bab terbaru

  • Posesif My Husband    Chapter 161

    Marren mendorong Arsan dari dekapannya dan menatapnya dengan mata terbelalak tak percaya. "Ada apa, Arsan? Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini? Kenapa tiba-tiba kamu mengucapkan itu? Apa maksudmu, tiba-tiba seperti ini?" cecar Marren tercekat tak percaya. Wanita cantik itu menatap Arsan dengan tatapan mata berkaca-kaca.Melihat Arsan hanya terdiam membisu, Marren mengangguk paham."Apa ini ya.... Saya telah melarikan diri bersama Arland waktu itu? Jadi kamu tak percaya..." "Marren, Sayang...." sela Arsan yang kini bersimpuh di kaki Marren dan memeluk lututnya dan menghentikan ucapan Marren yang kini terpaku diam menatap Arsan yang ada di lututnya. "Dosa Ryzadrd terlalu besar untuk diampuni. Kakek telah menghancurkan hidupmu begini rupa. Saya terlalu malu untuk menatapmu sekarang. Tak ada lagi yang bisa Saya banggakan dan saya persembahkan untukmu, Marren. Saya bahkan yang hanya memiliki sedikit perasan kepadamu tanpa sadar hanya diperalat untuk mengikatmu secara paksa." Buliran a

  • Posesif My Husband    Chapter 160

    "Sayang, apa kamu sudah selesai berbicara? Ayo, kita pulang, sepertinya Marren sedang kerepotan dengan anak-anaknya. Sebaiknya kita pamit," ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang dan menggandeng lengan Vano, perut wanita itu terlihat sedikit buncit. Arsan menatap wanita tersebut, yang menatapnya dengan sopan namun sangat jelas terlihat dia menikmati apa yang sedang dilihatnya. "Sarah? Kamu sudah selesai berbicara dengan Marren?" tanya Vani menoleh pada wanita yang terlihat agak genit itu."Perkenalkan, Tuan Muda, ini istri saya Sarah, dan Sarah ini adalah Tuan Muda....""Arsan, Tuan Muda Arsan, suami Marren.""Salam kenal, Tuan Muda Arsan, saya Sarah, istri Tuan Vano ini, pemilik restoran yang punya banyak cabang di beberapa mall di kota-kota besar di Indonesia," sela Sarah memotong ucapan Vano dan mengulurkan tangannya untuk dijabat Arsan. Ucapan Sarah, membuat Vano jengah dan menegurnya walau dengan suara lembut. Akan tetapi sepertinya Sarah sangat menikmati pamer di hadap

  • Posesif My Husband    Chapter 159

    "Bagaimana, Brian?" tanya Arsan setelah dokter Brian memeriksa kondisi Kakek Ryzadrd. Dokter Brian memegang gagang kacamatanya dengan gelisah dan mendesah perlahan."Arsan, Kakek meninggal karena pembuluh darah arterinya putus dan kehilangan banyak darah dan mengakibatkan syok dalam jantungnya. Dan Kakek meninggal sekitar 2 sampai 3 jam yang lalu," ungkap dokter Brian dengan tatapan penuh simpati. "Kenapa tidak pasti?" sela Arland kepada Brian menutupi ranjang dan seprei yang berlumuran darah Kakek Ryzadrd yang mengering. "Karena suhu ruangan ini sangat rendah, jadi membuat suhu tubuh juga semakin cepat turun dan dapat mempengaruhi pembekuan dengan cepat," jawab Brian yang membuat Arland terdiam menguyup wajahnya sendiri dengan kasar. Pria itu terlihat sangat stres. "Dan memang beliau meninggal karena sebab bunuh diri, tak ada tanda-tanda kekerasan apa pun yang terjadi," lanjut Brian dengan wajah penuh duka. Dokter muda yang berumur tak jauh di atas Arsan itu menghela napas deng

  • Posesif My Husband    Chapter 158

    Mendengar ucapan Arsan yang terbata-bata, Arland tak kuasa menahan gelak tawanya dan membuat Marren dan Madya menatapnya dengan tatapan heran."Ada apa, Arland? Apa yang sebenarnya terjadi?" tegur Madya yang langsung membuat Arland menghentikan gelak tawanya. Lalu dengan menyisakan tawanya, akhirnya Arland mengakui, bahwa dia sengaja membisikkan kata-kata itu untuk membuat Arsan marah dan bangun."Apalagi yang bisa membuatmu marah selain itu? Lihat saja, Ma, bahkan dia bisa melawan dan bangkit dari kematian hanya karena Marren," papar Arland yang membuat Marren dan Madya menangis terharu. Marren kembali memeluk dan menciumi tangan Arsan. Sementara Arsan menahan sakit karena tawanya yang terlepas begitu saja. "Awas... kau... Arland...." ancam Arsan dengan suara berat, namun lagi lagi Arland mengendikan bahunya dengan acuh. "Bangun dengan benar lebih dulu, baru kau bisa mengancamku," ledek Arland dengan wajah senang.🥀🥀🥀Akhirnya setelah beberapa hari di rawat, Arsan diperbolehk

  • Posesif My Husband    Chapter 158

    Hari itu suasana ruang tunggu ICCU terlihat lengang dan penuh kesedihan. Karena saat mereka sampai di sana, kamar Arsan sedang di penuhi oleh para dokter dan perawat yang sedang mengupayakan keselamatan Arsan dari berhentinya detak jantung pria tampan itu. Dalam sehari sepeninggal Marren, sudah dua kali jantung Arsan berhenti berdetak hingga harus mendapatkan serangkai penyelamatan dari para dokter, seperti yang sedang dilakukan saat ini. "Ya, Tuhan, Saya mohon selamatkanlah Arsan, selamatkanlah suami Saya. Saya dan anak-anak masih sangat membutuhkannya. Izinkanlah Arsan sembuh dan hidup bersama anak-anaknya, karena itu adalah impiannya sejak dulu. Ya, Tuhan, Saya mohon kepada-Mu," doa Marren dalam hati seraya menahan isaknya. Marren terus menatap kaca transparan yang kini tertutup oleh korden tebal berwarna putih agar mereka tak melihat apa yang telah terjadi di dalam ruangan tersebut. Marren menguatkan hatinya seraya meletakkan tangan bersandarkan kaca itu. Sementara Masya t

  • Posesif My Husband    chapter 156

    Arland meninggalkan ruangan itu dan menutup pintunya rapat rapat tanpa tahu jari-jemari Arsan mulai bergerak walau hanya sesaat. Hingga rombongan Arland dan Marren meninggalkan rumah sakit itu demi membawa Marren pulang setelah ia berbicara dengan Dokter pengawas Arsan dan menyerahkan nomor ponsel Arland jika ada perkembangan kondisi Arsan. Sesampainya di rumah, Marren menangis tersedu dalam pelukan Ibunya dan Arland menegaskan Marren harus makan dan beristirahat. Mengabaikan semua itu Marren menatap kedua bayinya yang terlelap dalam keranjang bayi. Marren meneteskan air mata menatap si kembar dengan lemah terkulai di ranjang. Madya menahan isaknya saat melihat Marren yang begitu pucat dan seolah kehilangan semangat dalam hidupnya. "Sayang, makanlah dan beristirahatlah barang sejenak. Kamu harus sehat demi anak-anak. Mommy akan siapkan makanan untukmu dan kamu harus makan," bujuk Madya seraya membelai rambut Marren yang tergerai berantakan di pundak. "Kamu juga harus makan, Arl

  • Posesif My Husband    Chapter 155

    Marren menatap sosok Arsan yang berbaring lemah tak berdaya di hadapannya. Kini ia harus kuat menghadapi kenyataan yang ada.Wanita cantik itu hanya terdiam membeku dan menatap satu persatu alat yang terpasang di sekitar tubuh Arsan dengan selang atau pun kabel yang berakhir di badan Arsan. Sebuah selang pun melekat di dalam mulut Arsan yang sedikit terbuka. Dengan tangan gemetar hebat, Marren memegang punggung tangan awan yang diam tak bergerak. Tangan yang dulu selalu kokoh menggenggamnya itu, kini terkulai lemah dengan selang infus tertancap di sana Marren menggenggam ringan tangan dan jari-jemari Arsan.Marren menciumnya tanpa mengatakan apa pun. Seraya memandang wajah Arsan yang terlelap, Marren memeluk tangan itu meletakkannya pada pipinya. "Syukurlah, Nyonya terlihat tenang dan baik-baik saja sejak siuman tadi. Nyonya, sepertinya sudah menerima keadaan Tuan Muda," ujar Naura memecah kesunyian. la menatap Marren melalui kaca transparan di balik ruangan itu bersama Arland.

  • Posesif My Husband    Chapter 154

    "Arsan!" pekik Marren dengan bangun tersentak kaget. Hal itu membuat Naura segera menghambur ke hadapan Marren. "Nyonya? Anda sudah siuman? Syukurlah," sahut Naura dengan wajah senang namun tak bisa menutupi wajah sedihnya Wajahnya terlihat sangat sembab karena terlalu banyak menangis. "Nau, apa yang terjadi? Ini di mana?" tanya Marren kebingungan seraya melihat ke sekelilingnya, la terbangun di sebuah kamar serba putih dan di kelilingi oleh kelambu dengan warna yang sama. "Anda pingsan. Nyonya. Sekarang sedang di UGD. Tadi Tuan Arland yang membawa Anda kemari," papar Naura dengan tatapan berkaca-kaca.Mendengar penjelasan Naura, Marren melompat dari ranjang dengan tergesa gesa."Di mana Arsan? Di mana, suami saya?" pekik marry kebingungan dan panik. Naura memeluk Marren dengan cepat dan menangis tersedu-sedu."Nyonya, harus tenang. Anda baru sadar. Sebaiknya pelan-pelan dulu," cegah Naura dengan bingung dan penuh kekhawatiran."Saya ingin melihat kondisi Arsan. Apa ada perkembang

  • Posesif My Husband    Chapter 153

    Marren diam termangu di depan ruang tunggu kamar operasi. Saat ini la hanya bisa diam tanpa bisa menangis karena sudah terlalu lelah menangis.la merasakan kedua matanya yang terasa bengkak dan perih akibat terlalu banyak menangis. "Ya, Tuhan, Arsan... Kita baru saja bertemu kembali setelah berbulan-bulan lamanya terpisah karena kesalahan Saya. Tetapi, sekarang kamu malah seperti ini. Kita baru saja bertemu dan bahagia, Arsan. Saya mohon, bertahanlah dan jangan tinggalkan Saya dan anak anak kita," gumam Marren berdoa di dalam hatinya. Sebulir air mata bening meluncur begitu saja membasahi kedua pipinya, la tak bisa menahan buliran demi buliran air mata yang terus menerus turun membasahi pipinya. Saat itu ia hanya di temani oleh Naura, karena Madya harus menenangkan kedua cucunya dengan asi Marren dan susu formula yang telah disiapkan khusus untuk keduanya. Apalagi kini Marren sedang menghadapi sebuah musibah dengan tertembaknya Arsan oleh sang kakek demi melindungi dirinya. Nau

DMCA.com Protection Status