Beranda / Romansa / Please Let Me / 2. Perpisahan tak terduga

Share

2. Perpisahan tak terduga

Penulis: Porcelain Doll
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-14 17:21:54

Pada dini hari Senin, Vanilla terus melongok ke kamar depannya melalui jendela yang tertutup tirai. Dia terus-menerus memeriksa untuk memastikan apakah Ravi sudah kembali atau belum. Rindunya pada Ravi sangat mendalam.

Dalam hubungan istimewa yang telah berlangsung selama dua setengah bulan ini, Vanilla berhasil mengenal arti cinta dari seorang pria selain dari ayahnya.

Melalui ponselnya, Vanilla mengirim pesan kepada Ravi untuk menanyakan kapan dia akan pulang. Tak lama kemudian, Ravi membalas bahwa ia akan pulang hari itu juga. Dia mengatakan bahwa meskipun agak telat, ia akan segera berangkat ke sekolah.

Ravi memberinya pesan untuk langsung berangkat tanpa terlalu memperdulikannya. Vanilla merasa heran mengapa Ravi tidak pulang pada hari Minggu agar tidak terlambat pada hari Senin. Namun, dia menyadari bahwa itu bukanlah urusannya untuk mengetahui masalah apa yang sedang dihadapi Ravi di Busan.

***

"Vanilla, istirahat ke atap ya," ujar Ravi ketika bel masuk berbunyi. Vanilla, yang sedang asyik mengobrol dengan sahabatnya, sangat bersyukur bahwa Ravi tidak terlambat, meskipun dia berangkat dari Busan.

*Triiing* Bel istirahat telah berbunyi.

Setelah guru mata pelajaran meninggalkan kelas, Vanilla segera berbalik ke arah belakang untuk memastikan bahwa mereka akan pergi ke atap. Namun, Ravi mengatakan bahwa hal itu dibatalkan dan bisa dibicarakan lain kali saja. Mendengar hal itu, Vanilla hanya mengangguk setuju.

Untuk saat ini, Ravi merasa perlu untuk berpikir. Dia menyadari bahwa mengungkapkan hal tersebut sekarang akan terlalu dini secara mental. Setelah mereka baru saja bertemu, Ravi merasa bahwa tidak pantas untuk segera membicarakan hal tersebut.

Ravi memikirkan bahwa setidaknya ia harus memberikan quality time terakhir untuk Vanilla sebelum mereka berpisah. Mungkin itulah yang seharusnya dilakukannya.

***

Akhirnya, hari Sabtu tiba. Ada yang berbeda kali ini, Ravi membawa mobil untuk kencan mereka. Beberapa waktu sebelumnya, Ravi telah bertanya kepada Vanilla tentang tempat mana yang ingin dia kunjungi untuk kencan akhir pekan mereka.

Dengan semangat, Vanilla menunjukkan lokasi di ponselnya. Dia sangat ingin pergi ke kafe mewah yang khusus menyajikan dessert, meskipun letaknya agak jauh. Jarak antara titik awal dan kafe tersebut sekitar 11 kilometer.

Ravi tersenyum melihat Vanilla yang begitu ceria saat menyetujui tempat tersebut. Dia berharap quality time yang dia berikan setidaknya dapat membuat Vanilla bahagia.

***

"Vanilla, ada yang ingin aku bicarakan," kata Ravi, memecah keheningan.

Vanilla sedang menikmati rainbow layer cake di piringnya. Dia menatap Ravi tanpa curiga.

"Ayo akhiri hubungan kita," lanjutnya.

Garpu Vanilla terhenti. Dia menatap mata Ravi sekali lagi, memastikan kebenaran dari apa yang baru saja didengarnya.

"Apa?" jawab Vanilla.

Sambil menghela napas, Ravi mencoba menjelaskan, "Aku punya alasan. Tapi, aku harap kita berdua sudah cukup dewasa untuk menghadapi hal yang seperti ini."

Vanilla menatap Ravi dengan tidak percaya. Namun, ekspresi serius di wajah lawan bicaranya menunjukkan bahwa ini adalah keputusan yang sungguh-serius. Vanilla tidak pernah membayangkan bahwa hari yang ia anggap istimewa itu akan menjadi akhir dari hubungan mereka.

"Aku dijodohkan oleh orang tuaku," jawab Ravi.

"Sejujurnya... Orang tuaku baru ditanggung jawabkan untuk mengelola sebuah perusahaan. Perusahaan itu akan diakuisisi dengan jaminan bersyarat," tambahnya.

Mendengar penjelasan itu, Vanilla memahami kemana arah pembicaraan itu menuju. Dia tidak pernah menyangka bahwa dia akan menghadapi situasi seperti ini.

"Aku tidak mau mengecewakan orang tuaku. Aku akan bertunangan dengan anak dari pemimpin perusahaannya. Sebelum hubungan kita terlalu jauh, aku ingin segera melepas hubungan kita sebelum terlambat," jelas Ravi.

"Aku harap kita berdua juga masih bisa menjadi teman yang baik," tambahnya.

Vanilla tentu saja merasa sulit mempercayainya. Namun, sebagai seseorang yang selalu mempercayai Ravi, ia memilih untuk tidak bereaksi berlebihan. Vanilla teringat akan definisi dewasa yang telah dijelaskan oleh Ravi sebelumnya. Dia takut dianggap tidak dewasa oleh pria di depannya itu.

"Jika Tuhan memang menakdirkan kita tetap bersama, kita pasti dipertemukan kembali," tambah Ravi lagi.

Ravi segera membayar bill pesanan. Dia berpamitan dan mengucapkan terima kasih atas kebahagiaan yang pernah diberikan Vanilla. Hal ini ia lakukan selagi keduanya masih sangat muda. Ravi berharap Vanilla dapat merelakannya dan menemukan orang yang tepat selain dirinya.

Vanilla melihat jam di ponselnya yang masih menunjukkan pukul 2 siang. Meskipun baterai ponselnya hanya tersisa 22%, waktu masih terlalu siang untuk pulang.

Semua kenangan bersama Ravi terus berputar di pikirannya seperti pita kaset yang rusak. Kenyataan pahit yang baru saja diucapkan oleh Ravi membuatnya ingin memperpanjang waktu di sini untuk menerima semua yang baru saja terjadi.

Biasanya, setiap kali mereka berkencan pada hari Sabtu dan Minggu, mereka selalu totalitas menikmati waktu istirahat dari tugas sekolah. Mereka biasanya kembali pulang sekitar pukul 7 hingga 8 malam.

Sekarang, Vanilla harus mengubur kenangan-kenangan indah itu dalam-dalam untuk mencapai definisi "dewasa" yang disebutkan oleh Ravi.

Mengapa Vanilla tidak meminta penjelasan lebih lanjut? Mengapa Vanilla tidak menunjukkan ketidaksetujuannya dan meminta Ravi untuk memohon kepada orang tuanya?

Kekurangan yang dimiliki oleh keduanya adalah kecenderungan untuk selalu mengiyakan (yes man dan yes girl). Mereka merasa tidak nyaman jika harus menolak sesuatu. Tanpa harus ditanyakan, Vanilla sudah cukup paham apa yang akan menjadi jawaban dari Ravi.

Dia memahami alasan di balik keputusan Ravi untuk menerima keinginan orang tuanya. Dia menyadari bahwa menolak hanya karena alasan pribadi dapat memperumit urusan bisnis keluarganya. Cintanya terhadap Ravi juga menjadi alasan mengapa dia menerima situasi ini.

Vanilla tidak ingin membuat Ravi merasa kecewa. Menolak akan membuatnya terlihat tidak dewasa. Dia juga tidak ingin menjadi orang ketiga dalam pernikahan yang akan dijalani Ravi. Vanilla tidak ingin berada dalam posisi seperti itu.

***

Setelah menenangkan diri, Vanilla tidak menyadari berapa lama dia terdiam. Dia mencoba membuka layar kunci ponselnya, namun ia baru menyadari bahwa baterainya sudah habis. Vanilla bertanya kepada pelayan di kafe tentang jam berapa saat ini. Ternyata sudah pukul 9 malam.

Baru saja teringat bahwa dia harus pulang dengan bus, Vanilla segera bergegas menuju halte. Lokasinya cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki.

Malam semakin gelap dan jalanan menjadi sepi. Dalam kegelapan itu, Vanilla hanya bisa berharap agar bus terakhir segera datang. Dia menyesali kecerobohannya karena memilih kafe yang cukup jauh dari pusat kota.

Sedikit kendaraan melintasi jalan. Kebanyakan dari mereka tampak akan melakukan perjalanan jauh dari satu kota ke kota lainnya. Sekarang, Vanilla menyesali lagi karena tidak mengisi daya ponselnya sebelum berangkat.

Dia sama sekali tidak menyadari bahwa sesuatu yang buruk seperti ini bisa terjadi.

***

Ravi sekarang tinggal di apartemen barunya. Lokasinya agak lebih jauh dari sekolah dibandingkan dengan apartemennya sebelumnya. Apartemen itu dibeli oleh ibunya untuk memudahkan urusannya setelah menikahi gadis bernama Cerise Park, mengingat Ravi belum lulus SMA.

Tanggal pernikahan sebenarnya belum diputuskan, tetapi tanggal pertunangan mereka sudah ditetapkan dalam waktu dekat. Ravi menyerahkan penentuan tanggal pernikahannya kepada orang tuanya dan orang tua Cerise.

(Bersambung)

Bab terkait

  • Please Let Me   3. Awal yang tidak terlalu baik

    Pukul 10.30 malam sudah berlalu. Ravi tiba-tiba merasa tidak enak saat melihat jam. Rasanya ada sesuatu yang penting yang dia lupakan.Ravi segera memeriksa ponselnya, tapi tidak ada pesan baru. Dia tertegun melihat aplikasi obrolan di ponselnya. Nama yang dipasang di bagian atas adalah 'Vanilla Kim'.Dia mulai memikirkan bagaimana Vanilla pulang dari kafe. Dia menerka-nerka apakah Vanilla sudah kembali ke rumahnya atau belum. Walaupun sekarang hanya sebatas teman, dia memutuskan untuk mengirim pesan.***Sekarang sudah pukul 12 malam dan belum ada balasan dari Vanilla untuk pesannya. Di aplikasi tersebut, hanya ada satu centang, yang berarti pesan tersebut belum diterima oleh Vanilla.Ravi merasa bingung apakah Vanilla mematikan ponselnya atau memblokirnya. Namun, yang membuatnya semakin gelisah adalah perasaannya yang merasa tidak enak. Ada firasat bahwa Vanilla tidak berada di rumah atau apartemennya.Pikiran Ravi menjadi kacau. Dia berpikir bahwa seharusnya Vanilla bisa pulang deng

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14
  • Please Let Me   4. Kasus pembunuhan seorang penulis

    Pameran itu diatur oleh panitia acara yang biasa mengadakan acara semacam itu. Vanilla berusaha untuk memverifikasi pemikirannya dengan mendekati salah satu pengunjung yang antusias."Apa ini fan meeting pertama kali penulis Han?" tanyanya.Penggemar tersebut pun menjawab, "Benar. Awalnya Aithne Han tidak pernah menunjukkan sedikitpun tentang informasi pribadinya. Namun, kali ini ia memulai untuk coba lebih terbuka demi penggemarnya."Vanilla merasa khawatir bahwa penulis tersebut bisa mengalami sesuatu yang buruk. Namun, apakah ada orang lain selain dirinya yang mendengar rencana jahat di ruangan itu? Vanilla sungguh tidak ingin skenario yang baru saja terlintas dalam pikirannya menjadi kenyataan.Dari kejauhan, Vanilla melihat kembali ruangan di mana para pria berpakaian serba hitam itu berada. Sepertinya mereka semua telah pergi."Anda mencari seseorang, Nona?"Vanilla pun berbalik dan menatap ke atas, mencari sumber pertanyaan yang mengusiknya.Rupanya, sang penanya adalah salah sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • Please Let Me   5. Hidup yang berharga

    Vanilla menangis mendengar kata-kata pria itu. Dia tidak pernah membayangkan bahwa situasi seperti ini bisa terjadi, di mana tubuhnya yang selalu dijaga bisa saja dikotori oleh pria tersebut.Pria itu pun mendekatkan wajahnya sambil berbisik, "Aku akan mempermudah urusan kau dengan kasus itu. Intinya, jangan beritahu siapapun siapa pelaku dari pembunuhan itu, atau aku bisa dengan mudah memperkosamu disini."Pria itu segera melepaskan pegangannya, memberi kesempatan pada Vanilla untuk berbicara. Dengan air mata mengalir di wajahnya, Vanilla mencoba mengajukan pertanyaan kepada pria tersebut."Tapi... bukankah awalnya kalian akan menyekapnya...? Bukan menembaknya dengan senapan...." tutur Vanilla.Vanilla merasa sangat banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan. Dia tahu bahwa dia tidak bisa melarikan diri dari situasi ini. Vanilla sudah terjerat dalam tragedi pembunuhan ini."Hahaha, kau masih belum mengerti?! Kaulah penyebabnya!! Penulis itu meninggal lebih awal karena kau... Pembunuhan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-22
  • Please Let Me   6. Gadis cantik bernama Cerise

    "Namanya Cerise Park, guys!!" teriak Sierra kepada kedua sahabatnya sambil memasuki kelas dengan heboh."Cerise?" ucap Vanilla mengulangi nama itu."Anak kelas sebelah, ya?" sela salah satu teman sekelasnya yang menguping pembicaraan mereka."Seirra, kamu pasti cembokir kan, dia deket banget sama Altair di kelas sebelah," sahut teman sekelas lain sambil mengejek. Satu kelas pun ikut riuh dan menyoraki Sierra yang merupakan mantan dari siswa tampan bernama Altair itu."Wah, sayang sekali sang mantan mudah move-on!!" sorak Sovann, yang merupakan anggota ekskul basket Ravi dan Altair. Ia dengan usil ikut menyoraki Sierra yang semakin memeriahkan sorakan kelas.Mendengar komentar tersebut, Sierra menatap tajam semua teman sekelasnya yang mengganggunya. Tanpa berkata apa pun, dia duduk di bangkunya dan memilih untuk tidak peduli.Saat melihat kehebohan di kelas, Ravi justru merasa panas dingin, yang membuatnya menjadi panik.***Sierra nampaknya iri terhadap hubungan dekat antara Altair dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Please Let Me   7. Cincin pembawa kesalahpahaman

    Akhirnya, bel istirahat sekolah berbunyi. Vanilla dan teman-temannya menuju kantin. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Altair yang langsung menyapanya.“Hai, nyonya Kim. Waduh, kakimu kenapa tuh?” ucap Altair sambil menanyakan kondisi kaki Vanilla.“Hai juga, Altair,” balas Vanilla yang hanya membalas pertanyaan tersebut dengan senyuman.Dari balik tubuh Altair, muncul siswi baru tersebut. Murid baru itu merasa mengenal cincin merah muda yang ada di jari gadis di depannya.“Tunggu sebentar,” ucapnya. Ia meraih tangan Vanilla untuk memastikan bahwa cincin itu merupakan cincin miliknya.“Ini ‘kan cincin pemberian Ravi untukku kemarin?” tanya Cerise pada gadis yang baru ia jumpai itu. Ia cukup kaget mengapa cincin itu persis dengan cincin yang ia beli. Hal itu terbukti dari ukiran huruf ‘R’ yang ada pada cincin itu.“Kamu bilang apa barusan?” tanya Avery sambil mendekat. Ia merasa salah dengar karena gadis itu menyebut mantan dari sahabatnya tersebut."Ma-maaf, sepertinya aku sal

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30
  • Please Let Me   8. Berita kepergian Aithne Han

    Bel pulang telah berbunyi. Vanilla dan teman-temannya saling berpamitan di gerbang sekolah karena arah pulang mereka yang berbeda-beda.Vanilla sebenarnya memiliki rencana untuk singgah di suatu tempat. Dia merasa gelisah, dan merasa bahwa akan lebih sulit bagi dirinya jika hanya diam sendirian di kamar kosnya.“Vanilla,” panggil seseorang dari belakang.Saat Vanilla berbalik, dia kaget mendapati bahwa yang muncul di hadapannya adalah Ravi. Ravi menyempatkan diri untuk bertemu dengan Vanilla sebelum dia pergi ke tempat parkir motor, sambil menunggu kedatangan Cerise.“Vanilla, cincin itu-”“Maaf!” tutur Vanilla dan ia langsung membungkuk.“Cincin ini akan aku kembalikan ke Cerise. Maaf karena aku telah mencurinya!” jelas Vanilla. Ia jelas malu dan tengah menahan tangisan. Tak ia sangka bahwa ternyata ini yang terjadi, jika memungut cincin Cerise.Ravi dan teman-temannya bahkan telah mengetahui situasi tersebut. Yang lebih buruk lagi, kesalahpahaman Ravi menyebabkan dia memberitahu semu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • Please Let Me   9. Teman yang sangat berharga

    Altair mencoba melihat kondisi Vanilla. Ia tampak seperti menahan kesakitan.“Inilah hal yang aku takutkan terjadi padamu. Kau hancur karena cintamu terhadap Ravi,” ucap Altair.“Bukan hal itu….” jawab Vanilla sambil menangis terisak-isak.Ia pun berusaha melanjutkan, “Aku dikejar… oleh dua orang pria... Tapi aku tidak bisa cerita sekarang….”Vanilla ingat bahwa ia hampir dilecehkan pada waktu itu. Seharusnya ia tidak mengatakan kasus ini kepada siapapun. Masa depannya akan menjadi taruhan.Pria-pria tersebut bisa saja ia temui dimana saja. Ia juga baru ingat bahwa pergerakannya juga dimata-matai. Dirinya bahkan bisa saja berakhir sama persis dengan penulis Aithne Han, atau mungkin lebih buruk.“Astaga, lalu bagaimana?” ucap Altair dengan panik.Mata Vanilla mulai berkunang-kunang. Efek dari lari sejauh itu ternyata separah ini. Lalu, bagaimana caranya aku bisa p

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17
  • Please Let Me   10. Firasat yang selalu tepat

    “Ngomong-ngomong kita bakal pulang jam berapa?” tanya Akarsana pada yang lain. “Sekarang masih jam tiga lebih. Kayaknya sampai jam lima, sesuai jam pulang les gua,” sahut Zavier. Semuanya setuju untuk tidak main berlama-lama. Selesai bermain permainan tembak-tembakan, Vanilla sekilas melihat pria yang memakai seluruh baju hitam. Topi itu. Pria baju hitam yang memakai topi khasnya. Matanya terlihat sedang melihatnya. Dengan melihat atributnya saja, Vanilla mengenali bahwa itu adalah pria yang selalu mengikutinya. Kini, Vanilla tidak akan lupa. Vanilla sempat beranggapan bahwa dirinya akan aman, jika bersama dengan yang lain. Nyatanya, kini ia takut kasus yang menjeratnya itu malah berdampak buruk pada yang lain. Vanilla berpikir, masa depan teman-temannya jangan sampai ikut rusak karena kasus yang menimpanya. Melihat semuanya sedang bersenang-senang, ia tidak ingin merusak kebahagiaan teman-temannya itu. “Vanilla?” Vanilla terse

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-18

Bab terbaru

  • Please Let Me   39. Akhir dari segalanya

    Avery membuka pintu depan rumah itu. Ia melihat selotip dan papan tulisan ‘disita’ di sekitar pintunya. Sierra di belakang membawa senter besar untuk menerangkan penglihatan mereka. Mereka masuk dengan perlahan. Mereka berdua tidak menyangka Vanilla berada di rumah ini. Mereka langsung dihadapkan dengan ruang tamu yang kosong. Mereka berdua menelusuri ruang-ruang sekitar untuk mencari Vanilla. Mereka tidak melihat Vanilla di ruangan mana pun. Mereka berdua mengerti bahwa mereka harus mencari dimana Vanilla sedang bersembunyi. Avery dan Sierra langsung tertuju pada sebuah kamar di lantai atas. Pasti itu adalah kamar Vanilla. Mereka membuka pintu yang tidak terkunci itu. Mereka melihat banyak boneka yang sudah berdebu. Interior kamar girly juga menunjukkan bahwa ini benar Vanilla. Di sana ada sesuatu yang janggal. Terdapat sebuah kursi yang terletak di atas sebuah meja. Diatasnya terdapat lubang kotak yang bisa digapai untuk masuk. Avery dan Sie

  • Please Let Me   38. Pencarian seorang saksi bernama Vanilla Kim

    Saat Avery bangkit dari tempat duduknya, tiba-tiba tangannya ditarik ke luar ruangan oleh Sovann. Ia sangat terkejut, mengingat obsesinya yang meluap baru-baru ini terhadap pria itu. Avery masih coba menstabilkan raut mukanya di hadapan pria itu.Secara tak terduga, Sovann mengeluarkan tempat cincin berwarna merah dari saku seragamnya. Sovann membuka kotak cincin itu, lalu ia pun menunjukkan cincin itu ke depan Avery.“Kalau seperti ini, kau tidak akan pergi lagi ‘kan?” tanya Sovann dengan nada hati-hati.Avery tak menyangka. Pria yang dulunya sering menjahilinya tersebut kini melamarnya. Namun, Avery tidak lupa alasan mengapa ia pergi ke tempat ini. Ia ingin menyelamatkan sahabatnya terlebih dahulu.Tangan Avery menutup kotak cincin itu. Perlakuan tersebut sempat membuat Sovann kaget. Avery pun menjelaskan alasan ia belum bisa menerima cincin pemberian Sovann tersebut.“Aku ingin Vanilla selamat terlebih dahulu. Jika ia dit

  • Please Let Me   37. Kekompakan yang sedang diuji

    Kebiasaan buruk setiap malam Avery adalah diam-diam melihat aktivitas Sovann di media sosialnya. Ia ingin pria itu menyesal setelah dirinya pergi jauh. Naasnya, tampak tidak banyak pengaruh kepergiannya terhadap kehidupan Sovann.Memang sudah saatnya ia berhenti memikirkannya. Avery pun hendak memblokir kontak Sovann guna menghentikan ketergantungannya setiap malam. Ia hanya tersiksa seorang diri hanya karena merindukan pria itu.Jam masih pukul 3 pagi. Avery masih belum bisa tidur sedari tadi. Ini memang tak sengaja melakukannya setiap hari. Insomnia susah dihilangkannya sejak ia pindah. Ia terus memikirkan bagaimana kabar Sovann yang selalu hadir di pikirannya.Namun di sisi lain, Avery tidak menyesal pindah ke kota ini. Jika ia tidak keluar dari zona nyamannya, mungkin hidupnya akan seperti itu-itu saja. Ia akan menjadi orang biasa di antara teman-temannya yang pintar itu.Kecantikannya juga tertutup oleh teman-temannya yang cantik itu. Ia setidaknya m

  • Please Let Me   36. Kesulitan dalam memilih keputusan

    Saat Vanilla mengambil cutter itu, akhirnya ia juga membawa sebuah laptop untuk berjaga-jaga. Ia juga ingin memilih tempat yang aman untuk bunuh diri. Ia tidak ingin ditemukan di dalam kamarnya.Vanilla pergi ke rumah keluarganya yang dulu. Setelah sekian lama, akhirnya ia pulang. Kira-kira sudah dua tahun ia meninggalkan rumah ini.Dulu, rumah ini terasa seperti istana yang menahannya untuk keluar. Rumah ini seperti penjara, namun sangat nyaman. Sangat sedih melihat terdapat tulisan papan dan selotip yang bertulis ‘disita’ di beberapa bagian rumah.Rupanya rumah ini ikut ditangguhkan untuk membayar utang perusahaan orang tuanya itu.Rumah ini belum ada yang menempati lagi. Sepertinya, rumah ini akan terbengkalai sebagai aset perusahaan yang dihutanginya itu. Vanilla pun nekat masuk ke dalam dan cukup terkejut mengetahui pintu rumah ini sama sekali tidak terkunci.Ia mendapati potongan kayu yang seperti dicongkel dengan besi. Sepertinya

  • Please Let Me   35. Akhir dari semuanya

    Ravi sangat shock terhadap aksi Reivant dengan menjatuhkan lemari hingga lemari itu jatuh ke lantai. Ia sepertinya merupakan seseorang yang psikopat. Setelah melihat Reivant telah meninggalkan ruangan, Ravi segera mengecek apakah Vanilla baik-baik saja di dalam.Ia tidak mendengar suara Vanilla buat dari dalam. Ravi kebingungan terhadap apa yang harus ia lakukan. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha mengangkat lemari yang kacanya sudah pecah itu ke posisi semula.Saat lemari itu diangkat, semua isinya berhamburan karena kaca penghalangnya pecah. Vanilla pun ikut terjatuh dari laci atas saat pintu itu terbuka karena rusak. Dengan susah payah, Ravi mengembalikan posisi lemari itu meski isinya sudah berhamburan keluar.Setelah itu, ia memfokuskan dirinya ke Vanilla yang baru saja terperangkap pada lemari yang jatuh itu.“Kau baik-baik saja? Ada yang terluka?!” ucap Ravi dengan panik. Kaki dan telapak tangannya tampak tergores hingga mengeluarkan dar

  • Please Let Me   34. Penyesalan selalu datang di akhir

    Vanilla sangat sadar bahwa Ravilah yang telah menolongnya. Sebenarnya, ia sama sekali tidak merasa senang. Tidak adakah orang yang menolongnya selain dia? Yang menolongnya lagi-lagi Ravi, seolah tidak ada orang lain di dunia ini. Dirinya merasa sangat tidak enak. Ia harap Ravi segera pulang meninggalkan dirinya sendiri di kamar ini. Ravi yang tampak mengkhawatirkannya pun akhirnya memecah keheningan di antara mereka. “Kamu… dan Reivant berpacaran?” tanya Ravi dengan hati-hati. Vanilla sungguh sangat malas membahasnya. Keberadaan Ravi di kamar ini seperti hanya ingin tahu masalah-masalah apa saja yang sedang dialaminya. Vanilla hanya membuang muka berharap suami orang lain itu pergi. “Baiklah, jika kau masih belum mau terbuka denganku...” ucap Ravi. Vanilla tidak peduli. Ia ingin sosok mantannya itu pergi dari hadapannya. Sedari tadi Vanilla hanya membuang muka sambil menutup matanya. Ia hanya menunggu Ravi berinisiatif untuk pergi. “Ji

  • Please Let Me   33. Bagaimana jika aku menyerah, ya?

    Hari sudah sore. Vanilla masih terduduk di sebuah halte yang letaknya paling dekat dari sekolah. Tatapannya kosong menatap jalanan. Di dalam otaknya, ia sedang berpikir. Mengapa hidupnya serusak ini, padahal ia tidak melakukan hal yang buruk selama hidupnya.Rumor-rumor tidak benar itu selalu lebih dipercaya oleh banyak orang. Mengapa ada orang yang sangat membencinya hingga membuat rumor itu dengan sangat niat? Lalu, mengapa orang-orang sangat mudah percaya tanpa bertanya langsung kepada korbannya?Tak pernahkah mereka berpikir bahwa semua ini berupa fitnah? Tak ingatkah kalian sosok seperti apa diriku di waktu yang lalu? Aku hanya gadis biasa yang sangat polos, bahkan terpintar di kelas. Tak pernah terpikirkan kah bahwa semua itu hanya rumor untuk menghancurkan nama baikku?Mereka mulai membenciku saat aku jatuh miskin karena orang tuaku meninggal dan bangkrut. Aku pun terfitnah mencuri uang jumlah besar di kelas. Aku juga sering bolos sekolah karena alasan sa

  • Please Let Me   32. Tidak ada yang bisa diharapkan

    Pria yang menariknya itu adalah Reivant. Setelah baru sadar bahwa pria itu Reivant, Vanilla menarik tubuhnya untuk menolak ajakan apapun yang akan dilakukannya.“Ikuti aku!!” teriak Reivant sambil terus menggenggam tangan Vanilla.“Tidak mau!” balas Vanilla dengan menghentikan langkahnya.“Kau sudah berani melawan, ya?”Bugh!Reivant menendang perut Vanilla dengan lututnya.“Akh!” Vanilla hanya meringis perutnya ditendang secara tiba-tiba.Reivant pun terus menarik Vanilla ke arah mobilnya. Vanilla pun berhasil ia masukkan dan Reivant segera menyetir mobilnya menuju bar yang biasa ia kunjung itu.Seseorang melihat pergerakan Reivant dan Vanilla. Ia secara diam-diam mengambil beberapa gambar dan memilih foto mana yang lebih ambigu. Ia pun melanjutkan narasi yang berada di ponselnya itu.‘... Kehamilan Vanilla nampaknya akan diaborsi.’Ia menekan tombol &ls

  • Please Let Me   31. Rumor palsu seolah jadi rahasia umum

    Empat orang gadis menghalangi jalannya. Vanilla bahkan tidak tahu siapapun nama dari sekelompok gadis itu. Vanilla sempat mengira bahwa mereka melakukan itu secara tidak sengaja. Namun, satu gadis yang paling depan itu tetap menghalangi jalan saat Vanilla hendak ke arah lain. “Kau masih berani menginjakkan kaki di sekolah ini?” ucap gadis itu. Vanilla hanya terdiam. Ia malas berbicara kepada orang yang tidak ia kenal itu. Vanilla sangat ingin menghindari mereka, namun mereka malah terus menghalangi. Ia pun terpaksa mendengar perkataan mereka yang ingin mereka bicarakan. “Vanilla. Kim. Kau tahu perbedaan kau dengan ini?” Gadis itu memegang botol perisa vanilla yang biasa digunakan untuk membuat kue. “Perbedaannya adalah vanila yang ini masih disegel, namun kau sudah rusak segelnya,” ucap gadis itu dan disusul tertawaan gadis-gadis yang berada di belakangnya. Beberapa orang yang menonton pun ikut tertawa karena mendengar sindiran yang blak-blaka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status