“Maaf, aku nggak hubungi sejak pulang dari rumah orang tuamu.” Gema membuka suaranya saat mereka selesai makan malam.
Mengikuti saran dari banyak orang, salah satunya adalah Mona. Sebenarnya bukan Mona yang sarannya dipikirkan, tapi ancaman dari teman-teman pria Lily. Gema tahu jika mereka sangat menjaga Lily, mendengar ancaman mereka seketika langsung mendatangi apartemennya dengan membawa makanan.“Aku paham,” ucap Lily santai.“Kamu nggak mikir kalau aku bakal mundur, kan?”“Tentu aku mikir kesana, lagian banyak halangan. Gema, restu orang tua itu sangat penting apalagi ibu. Aku hanya nggak mau memiliki hubungan buruk dengan orang tua terutama ibu dari pasanganku.”“Hubungan kamu sama ibunya Fatur?” Gema menyesali pertanyaannya.“Baik, bahkan ketika Fatur memutuskan menerima wanita itu ibunya datang untuk meminta maaf. Keadaan yang membuat kami berakhir, aku nggak menyesalinya sekarang.” Lily menjawab dengan santai“Ly, udah siap?” Memberikan jawaban dengan menganggukkan kepalanya atas pertanyaan Merry, hembusan napas dikeluarkannya perlahan sebelum melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tempatnya bersiap. Bersikap professional memang harus dilakukannya, meskipun memiliki banyak masalah dan seperti sekarang dimana Lily harus tampil di acara ulang tahun televisi. Lily bukan hanya menyanyi sendiri tapi juga duet dengan penyanyi pria yang baru saja menang di acara kontes menyanyi yang terkenal.“Kamu sudah siap?” tanya Merry lagi yang kembali diangguki Lily “Kamu nggak lagi gugup, kan?”“Gugup apaan, mbak? Biasa aja.” “Kali aja gugup soalnya tampil sama penyanyi tampan,” goda Merry yang hanya ditanggapi dengan memutar bola matanya malas “Kita keluar, bentar lagi waktu kamu.”Tampil secara individu bukan hal yang pertama bagi Lily, semenjak Larissa memutuskan menikah dengan Dinan secara otomatis yang memiliki waktu banyak adalah Lily dan B
“KURANG AJAR MEMANG DIA!”Lily memilih diam melihat Fransiska yang sudah mulai emosi setelah mendengar ceritanya, setelah sebelumnya memarahi Merry atas apa yang dilakukan. Lily sama sekali tidak menyangka jika Fatur bisa meyakinkan Merry agar bisa berbicara dengan dirinya. “Kamu sendiri gimana saat itu, Kak?” suara Larissa mengalihkan perhatian semuanya.“Aku tolak lah. Gila apa aku lakuin apa yang dia katakan!” Lily menatap kesal pada Larissa sambil membayangkan Fatur “Keputusan yang kita ambil bersama pada saat itu, jadi harus diterima sama Fatur dan keluarganya. Lagian jarak dia menikah sama kontrak habis juga nggak terlalu lama, mereka aja yang udah nggak sabar dan itu artinya nggak mengharapkan aku sebagai pasangan Fatur.”“Gema sendiri gimana?” tanya Yena yang membuat Lily mengerutkan keningnya “Kamu akan berusaha meyakinkan mamanya? Padahal sudah sangat jelas kalau beliau nggak merestui kalian berdua.”Lily menganggukka
“Kamu yakin ini?” tanya Lily memastikan kembali perkataan Gema.Gema menganggukkan kepalanya “Mama yang minta kamu datang ke rumah.”“Aku nggak disuruh masak, kan? Kamu tahu aku nggak bisa masak.” Lily seketika ketakutan membayangkan apa yang akan dilakukan mamanya Gema.“Nggak lah, aku udah bilang kalau kamu nggak bisa masak.” Gema menenangkan Lily.Kalimat Gema tidak membuat perasaannya tenang, tetap saja ketakutan menghantuinya. Beberapa kali menarik dan menghembuskan napas panjang untuk menenangkan dirinya, Lily harus tenang bertemu dengan keluarga Gema di rumahnya secara langsung, walaupun sudah pernah bertemu dan berinteraksi dengan mereka.“Memang ada acara di rumah?” tanya Lily lagi seakan ingin memastikan sesuatuGema terdiam beberapa saat “Nggak ada, tapi kalau nggak salah inget Hilman bilang keluarganya mama datang ke rumah.” Lily membelalakkan matanya mendengar kalimat Gema yang tidak terbuka d
“Kapan memang rencananya?” “Secepatnya,” jawab mamanya Gema dengan senyum lebar, Fiona.“Fi, makin cepat makin bagus. Lily ini groupnya nggak pernah aneh-aneh, kamu beruntung dapat calon mantu salah satu dari mereka.” Lily dan Gema hanya diam dan saling memandang satu sama lain, sama sekali tidak menyangka jika keluarga Gema dari pihak mamanya malah mendukung hubungan mereka. Lily menjadi tidak enak pada mamanya Gema atas apa yang dikatakan saudara-saudaranya tentang dirinya, semua memang diluar prediksi.“Kalau nggak salah ini salah satu member kamu itu nikah sama anak pengusaha ternama ya?” Lily menatap bingung dan hanya bisa menganggukkan kepalanya “Berarti kalian menikah nanti bakal di hotel mereka?” “Belum tahu, tante.” Lily menjawab hal yang tidak diketahuinya.“Kamu harus cepat-cepat karena pastinya akan banyak yang bakal pakai hotelnya,” sahut tante Gema yang lagi-lagi mereka hanya saling menatap satu sama
“Lagunya yang ini.”Lily menatap lembaran yang diberikan Merry dengan tatapan lelah, semalam tidak bisa tidur memikirkan pembicaraan di rumah Gema bersama keluarganya. Mamanya masih terlihat dengan sangat jelas belum menerima kehadirannya, walaupun depan saudara lain seakan sudah menerimanya. Mengingat itu semua membuat Lily memikirkan banyak hal, termasuk kelanjutan hubungan mereka berdua.“Kamu melamun aja, Ly.” Merry menepuk bahu Lily pelan “Kamu masih marah yang masalah Fatur?”Lily langsung menggelengkan kepalanya “Udah berlalu juga, mbak. Tapi setelah ini jangan pernah terbujuk sama kalimat yang keluar dari bibir Fatur.” “Memang dia ngapain sih? Fransiska sampai marah sama aku.” Lily menatap tidak enak pada Merry “Mbak nggak usah tahu, cuman pesanku jangan bawa masuk Fatur kaya kemarin. Mbak tahu sendiri kalau Kak Fransiska marah itu menakutkan, jadi jangan mengulang kesalahan yang sama.”Merry menganggukkan k
“Gracia mana?” Jadwal tampil Lily bersama dengan Gracia, tawaran yang datang dimana harus duet dengan rekan anggotanya. Bahagia? Tentu, siapa yang tidak senang bertemu dengan temannya ditambah mereka jarang bertemu.“LILY!” suara teriakan Gracia mengalihkan perhatian banyak orang yang ada dalam ruangan.“Nggak nyasar kamu?” goda Lily yang mendapatkan pukulan dari Gracia dan suara tawa mendominasi ruangan “Berdua sama Kak Anas aja?” Lily menatap Anas yang duduk disamping Merry.“Kita jodohin mereka gimana?” Gracia berbisik di telinga Lily, tapi sayangnya dengan suara keras.“Nggak usah aneh-aneh.” Anas menatap tajam Gracia yang hanya tertawa tanpa dosa.“Ly, ada mama dan adiknya Gema.”Lily menatap Merry dengan tatapan tanda tanya, Gracia memberikan kode yang hanya dijawab dengan mengangkat bahu. Gema sama sekali tidak memberitahukan rencana mereka berdua, mencoba mengingat isi chatnya dengan Dian dan seket
“Dian bilang mama diam aja selama perjalanan pulang.”Lily menatap bingung dengan informasi yang Gema berikan setelah kegiatan panas mereka, menarik penyatuan mereka dan berbaring disamping Lily sambil menatap langit kamar. Napas yang tidak teratur terdengar sangat jelas, mereka dua hari melalui malam-malam panas dan menghabiskan waktu bersama, semua itu karena Gema yang jadwal kerjanya di pagi hari.“Terus apa artinya?” tanya Lily setelah sudah berhasil menetralkan napasnya.“Pintu restu terbuka,” jawab Gema dengan senyum lebarnya menatap Lily “Dian bilang kamu mau tampil podcastnya sultan itu, aku boleh ikut?” Lily memicingkan matanya “Penasaran aja rumahnya kaya gimana.”“Aku podcast sama Ben, tahu?” Gema menggelengkan kepala “Mereka maunya sama Fransiska atau Bang Dinan, kamu tahu sendiri kalau mereka berdua itu sulit diajak tampil begituan.”“Memang kenapa?” tanya Gema penasaran yang hanya dijawab dengan mengangkat bahunya.
“Siapa yang datang?” Lily menatap pesan yang barusan dibaca, pesan dari resepsionis dibawah dan menunggu foto yang akan dikirim “Astaga! Kenapa Gema nggak bilang?” Beranjak dari ranjang, masuk kedalam kamar mandi menyiapkan dirinya untuk bertemu dengan tamu yang sedang menunggu dibawah. Lily sudah memberitahukan untuk menunggu di ruangan yang biasa dipakai untuk menunggu, menatap penampilannya dan saat keluar mematikan kondisi ruangan bersih atau tidak. Lily tidak lupa memberitahukan Gema tentang tamu yang datang menemuinya, jadwal kerja Gema yang pagi pastinya bisa datang beberapa jam lagi.Mengirim pesan pada resepsionis agar diberi akses untuk naik ke lantainya, menarik dan menghembuskan napas panjangnya sebelum akhirnya keluar dari unitnya dan pandangan pertama yang menyapa dirinya adalah suami Larissa yang mengangkat alisnya.“Bang Dinan buruan pergi kenapa?” Lily mengatakan dengan tatapan kesal.“Kamu nungguin siapa sampai keluar?”
“Ada apa kesini?” “Lily pengen makanannya mama.” Fiona mengerutkan kening mendengar jawaban Gema “Makanan apa?” “Apapun yang mama masak.” Gema menatap Lily yang hanya diam “Memang mau apa, sayang?”Lily menatap Gema sedikit malu “Mas yang masak dibantuin mama, aku lagi pengen ayam goreng mentega.”Gema menghembuskan napas panjang “Bukannya aku pernah buatin? Kenapa harus ke mama?” Lily mengerucutkan bibirnya mendengar suara Gema “Ya tahu, mas buat ayam mentega terus mama...” Lily menatap tidak enak pada Fiona “Mama buatin sop merah.” Lily langsung menundukkan kepalanya setelah mengatakan keinginannya depan sang mertua.“Kamu ke kamar aku buat istirahat.” Gema memberikan perintah yang diangguki Lily.Melangkahkan kakinya menuju kamar Gema, kamar yang menemani Gema pada saat muda sampai sekarang. Kamar itu juga yang menjadi saksi pernikahan mereka sekarang, membuka pintu kamar yang tidak banya
“Kamu yakin ketemu sama dia? Gema harus temani kamu.” “Aku memang harus ketemu dia, menyelesaikan semuanya.” “Apa nggak ada cara lain? Gracia bilang apa yang dilakukan terakhir itu sudah menakutkan, ditambah kita pernah melihat bagaimana istrinya.” Fransiska kembali mencegah keinginan Lily.“Kami khawatir sama kamu, Ly.” Yena melanjutkan kalimat Fransiska.“Kak, restoran ini punya Mas Leo. Aku yakin sudah disiapkan dengan baik sama Mas Leo, walaupun aku nggak yakin dia akan bersikap baik tapi setidaknya aku berada di tempat aman. Apalagi ruangan itu sudah disiapkan sama Mas Leo, kalian juga bisa melihat dan mendengar pembicaraan kita.” Lily menatap mereka satu per satu.“Gema akan ikut menonton?” Fransiska menatap Gema yang menganggukkan kepalanya “Bagaimana kalau sampai ada....” Fransiska tidak bisa melanjutkan kalimatnya.“Aku sudah persiapkan semuanya jadi nggak perlu khawatir.” Gema menatap mereka berlima satu p
“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia muncul lagi?” Lily meremas kedua tangannya mendapatkan pertanyaan dari papanya, tidak hanya orang tuanya tapi juga orang tua Gema. Gosip tersebut tampaknya tidak berhenti, agency sendiri sudah mengeluarkan klarifikasi saat media dan orang-orang tahu siapa yang dimaksud. Awalnya mereka juga tidak peduli, kedua orang tua mereka juga sudah bertanya dan sudah dijelaskan sesuai versi mereka, tapi tampaknya gosip semakin meluas.“Kamu bilang kalau nggak akan sebesar ini.” Edi membuka suaranya.Lily hanya menundukkan kepalanya mendengar suara papanya Gema yang selama ini lebih banyak diam, seketika terkejut saat Gema menggenggam tangannya. Mengangkat kepalanya dengan menatap Gema yang menatap lurus kearah kedua orang tua mereka berdua, perasaannya seketika menjadi sedikit tenang.“Kami memilih diam, membiarkan agency yang menyelesaikan semuanya.” Gema membuka suaranya.“Memang kalian nggak mau
Public figure yang berprofesi sebagai penyanyi dikabarkan sudah menikah dengan petugas pemadam kebakaran. Apa maksud dari pernikahan beda profesi ini? Apa hanya untuk sementara atau memang ada cinta didalamnya?Seseorang mengatakan jika penyanyi berinisial “L” ini cinta mati sama mantan tunangannya, bahkan mereka membuat perjanjian agar mantan tunangannya menunggu dirinya janda, sama seperti penyanyi itu yang menunggu sang mantan sampai duda.Petugas pemadam kebakaran yang beruntung atau buntung menikah dengan penyanyi berinisial “L”Mempermainkan pernikahan, mereka memang layak bersama. Kasihan pasangan mereka yang harus merasakan permainan itu.Istri mantan tunangan penyanyi “L” mengatakan jika suaminya menyebut nama penyanyi itu saat mereka bercinta.Hembusan napas panjang dikeluarkan Lily setelah membaca beberapa gosip yang dikatakan Fransiska, semua yang dibaca hanya satu menarik perhatian Lily mengenai janda da
“Aku sama sekali nggak sadar, keadaan kantor gimana?” “Nggak ada apa-apa, mungkin kita memang sibuk sama keadaan sekitar ditambah beberapa panggilan darurat sampai-sampai nggak hirauin begituan.”“Memang nggak ada...”“Nggak ada, sayang. Kalau ada pasti aku cerita.” Gema menenangkan Lily dengan mencubit hidungnya pelan “Kapan kita tinggal di rumah sendiri?”“Aku sampai lupa.” Lily menatap tidak enak.Gema menggelengkan kepala, membuka ponsel melihat jadwal kerja mereka berdua “Aku kalau ninggalin kamu sendirian jelas nggak tega.” “Ada satpam disana, nggak usah takut. Kalau nggak dipaksa kapan lagi kita keluar dari zona nyaman?” Gema menganggukkan kepalanya “Semua keperluan sudah disana juga, lagian rumah juga setiap saat dibersihkan. Kita juga sudah buat selamatan, tinggal masuk saja jadi aku balikin ke kamu.” Lily menyandarkan kepalanya menatap apa yang dilihat Gema, Merry selalu memberikan
“Mama memang ada acara apa?” “Aku juga nggak tahu, memang nggak bilang waktu hubungi?” Lily menggelengkan kepalanya “Mama nggak lagi macem-macem, kan?” “Kenapa baru kepikiran ya?” Gema terdiam dengan tetap fokus pada keadaan jalan “Lihat nanti saja kalau di rumah ramai kita langsung pulang.” Mengikuti apa yang dikatakan Gema adalah jalan aman, Lily tidak terlalu paham dengan karakter mertuanya tapi Gema pastinya paham. Mereka memilih membahas hal-hal lainnya, ditinggal selama hampir seminggu membuat mereka merasakan rindu satu sama lain.“Padahal waktu sebelum menikah nggak begini amat,” ucap Gema sambil tersenyum.“Bedalah, mas. Hawanya juga beda.” Lily memberikan alasan.Gema menganggukkan kepalanya “Beda yang halal dan nggak.”“Rasa khawatir lebih besar, kalau dulu mah bodo amat walaupun tetap khawatir juga. Diperparah kalau mas sama sekali nggak hubungi, udah pikiran aneh-aneh langsung da
“Gini ya rasanya kalau sudah menikah terus harus pisah karena pekerjaan.” Gema tertawa mendengar kalimat yang keluar dari bibir Lily, tugas yang didapatnya secara mendadak dari pusat karena ada bencana di sudut ibukota. Tugasnya tidak terlalu jauh tapi kemungkinan selesai mungkin memakan waktu lama, mereka harus kesana karena adanya kecelakaan.“Udah, aku berangkat.” Gema mencium bibir Lily lembut “Jangan nakal.”Lily hanya mengerucutkan bibirnya mendengar nasehat Gema, mengantarkan Gema sampai depan pintu dan menutupnya ketika Gema sudah masuk kedalam lift. Hembusan napas panjang dikeluarkannya setiap Gema berangkat kerja, pekerjaan yang membutuhkan tenaga dan resiko besar.Sebenarnya bisa saja Lily ikut, tapi pekerjaannya sedang menunggu. Keputusannya pada saat itu menerima tawaran menjadi juri membuat dirinya harus sibuk, sebenarnya bukan hanya dirinya tapi juga ketiga temannya. Ketiga temannya yang menerima pastinya Gracia, Larissa da
“Jadi juri?” “Ya, kalian sudah mampu lakuin itu.”“Nggak deh, mbak. Kejadian Bella dulu masih membekas, acara begituan penuh dengan sandiwara. Pemenangnya sudah pasti ditentukan siapa, walaupun jelek tapi menghasilkan bisa jadi bagian dari mereka.” Lily menolak permintaan Merry.“Namanya acara televisi, Ly. Punya suara bagus tapi dia nggak menjual buat apa, agency nanti juga rugi kalau mau naikin dia.” Merry memberikan gambaran dunia entertainment.“Agency bisa kasih modal dengan permak dia jadi keren, mbak. Apapun bisa dilakukan dengan uang, kita dulu juga dekil banget waktu tampil pertama kali tapi perlahan kita pelajari tentang dunia kecantikan.” Bella membuka suaranya yang diangguki Lily.“Kalian menolak tawaran ini?” tanya Merry sekali lagi.“Ya.” Lily menjawab langsung.“Aku mau coba, mbak.” Larissa membuka suaranya yang membuat semua menatap kearahnya “Kita nggak mungkin begini terus dengan prinsip
“Mama itu pengen kasih tahu teman-teman kalau punya mantu penyanyi.”“Ya nggak harus datang ke acara begitu, ma.” “Kamu itu apa-apa nggak boleh, udah kaya managernya Lily aja. Masa mama minta sesuatu yang mudah nggak bisa kamu penuhi? Kemarin nikah juga sederhana, nikah sama public figure masa sederhana begitu...kamu nggak ada budget apa?” Gema mengusap kasar wajahnya mendengar kalimat yang keluar dari bibir mamanya, belaian di punggung membuat dirinya sedikit tenang. Menatap Lily yang tersenyum tipis sudah cukup memberikan energi pada dirinya, menghadapi mamanya memang membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi.“Ma, aku nggak mau ada gosip aneh-aneh.” Gema membuka suaranya lagi.“Gosip apaan? Mama ajak ke acara arisan yang otomatis hanya orang-orang dekat saja, lagian mereka nggak akan mungkin aneh-aneh.” “Nggak mungkin, satu aja upload foto di media sosial udah bisa bikin heboh. Ah...aku nggak tahu gimana caranya