Share

Ke Hotel, Mau Nggak?

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-26 11:47:42
“Intinya, Vela pengen nyingkirin Kakaknya itu karena dia udah cinta mati sama calon kakak iparnya. Akhirnya dia bikin rencana seolah-olah Kakaknya itu jalang. Biar rencana pernikahannya gagal lalu Vela yang jadi pahlawan kesiangan.”

“Oh … jadi Kakaknya itu sebenarnya perempuan baik-baik, ya?”

“Kayaknya sih iya, Mas. Nyatanya, gue loh yang merawanin. Masih rapet soalnya. Sampai ketagihan gue,” terdengar gelak tawa keras dari lelaki itu.

Percakapan itu membuat hatiku makin hancur berkeping-keping.

“Gue nggak kuat dengerin semuanya, Lois,” ucapku lirih.

Lois tidak melepaskan pelukannya dan aku sendiri juga tidak berniat melepas pelukannya di saat hati ini merapuh.

“Itu kenyataannya, Ly. Jangan takut dan sedih. Ada aku.”

Kepalaku mengangguk lalu jemari kiri yang membawa tisyu segera menyeka air mata yang akan tumpah. Aku tidak mau penampilanku kacau karena air mata ini.

Rasanya terlalu mahal jika air mataku luruh untuk menangisi perbuatan yang Vela lakukan atau melihat kebahagiaann
Juniarth

enjoy reading ...

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Illusionphoto9
lagi thor lanjut ceritanya makin bikin gemes
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman    Eh … Maksudku, Mantan Pacarmu?

    Aku memukul lengan Lois dengan memasang muka masam dan bibir manyun karena dia mengajakku pergi ke hotel. Apa maksudnya coba? Meski aku ini istrinya, tapi tidak pernah terbesit dalam pikiran akan memenuhi hak Lois sebagai suami. Karena tidak ada cinta diantara kami saat menikah hingga saat ini. Aku menganggapnya hanya sebatas lelaki baik hati yang mau menolongku dan keluarga dari pandangan buruk tetangga kala itu. Bahkan aku telah melabelinya sebagai kakak yang baik. Tidak lebih. “Kok mukul sih, Ly?” protesnya dengan tangan tetap memegang kemudi mobil. “Ngapain ke hotel? Mesum!” “Ck! Kamu itu yang mesum. Emang hotel tuh identik sama begituan? Ya nggak lah.” “Kebanyakan kan emang gitu. Jangan munafik deh, Lois! Aku nggak mau ke hotel!” “Lagian kalau kita begituan kan nggak masalah. Kita ini suami istri lho,” ucapnya terlalu santai. Tanganku reflek kembali memukul lengannya berkali-kali tapi Lois hanya tertawa. Aneh! “Aku nyetir, Ly! Jangan mukul-mukul. Bisa oleng ntar!” “Nyebe

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-27
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Memang Kamu Mau Kita Bercerai?

    “Apa kamu bilang, Ly? Mantan pacar?” Lois bertanya dengan nada menelisik. Matanya sedikit menyipit tajam ketika menatapku yang berada dihadapannya sedekat ini. Tidak ada raut wajah menyenangkan yang dia tunjukkan. Ditatap seperti ini membuatku tidak nyaman hingga tidak sadar menelan saliva bulat-bulat dengan perasaan was-was. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir ini ketika Lois menganggap aku sudah lancang berani memasuki privasinya. Tempo hari, aku sempat menyinggung soal Rily, mantan pacarnya, dan berakhir dengan emosi Lois. Dan sekarang, aku mengulanginya untuk kedua kali. “Apa Nathasya yang bilang semuanya ke kamu?!” tanyanya makin menuntut dengan lebih mendekatkan wajahnya. “Jawab, Ly. Aku nggak suka ngulang-ngulangi pertanyaan.” “L … Lois, I … itu --- .” “Permisi. Pesanan anda sudah siap.” Syukurlah, pramusaji datang di saat yag tepat. Setidaknya menyelamatkan aku dari amukan Lois karena berani menyinggung masalah mantan pacarnya. Usai pesanan kami terhidang,

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-28
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Asal Bukan Tentang Masalahku Dan Rily

    "Kenapa aku peduli sama kamu dan autophobia kamu? Kenapa aku nggak balikan sama Rily yang jelas-jelas pengen memperbaiki hubungan kami?" tanya Lois dengan menatapku penuh. Sedang hidangan makan malam kami masih utuh di atas meja. Hanya bir Lois yang sudah berkurang. Tanganku masih mengeratkan tuksedo miliknya yang tersampir di badanku. Dengan rambut kami berkali-kali dibelai lembut angin pantai malam di rooftop kafe kekinian yang berada di kawasan Pluit ini. "Jawabannya adalah ... karena aku nggak tega lihat kamu terpojokkan oleh keadaan. Udah difitnah adik sendiri, dibuang keluarga, dikucilkan tetangga, nggak jadi dinikahi calon suami, dan dipecat dari kantor lama karena videomu udah tersebar di kalangan karyawan. Akhirnya mau nggak mau aku harus nemenin kamu dan nggak etis kalau aku terlalu dekat sama Rily padahal masih punya istri." "Aku emang urakan, Ly. Hidupku ditopang dari hasil menghibur dari satu kafe ke kafe yang lain. Aku udah biasa makan kerasnya hidup di luar dan ja

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-29
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Ujung-Ujungnya Pasti Kalah Lagi

    "Aku rusak beneran, ya?!" ancamku dengan suara meyakinkan. Lois tertawa tanpa beban ketika aku mengancamnya akan merusak mobil Ferrari yang dia sewa. "Rusak aja," jawabnya dengan senyum tenang dan santai. "Heh?!" aku tertegun dengan jawabannya. Tangannya bergerak mengambil garpu lalu membungkusnya dengan tisyu kemudian berdiri dari duduknya sambil mengulurkan tangan kirinya padaku. "Kemana?" "Pulang. Emang kamu mau disini sampai jam berapa? Angin malam laut nggak baik buat kamu yang nggak pernah keluar malam. Beda sama aku." Ya, kadang Lois baru pulang dari menghibur pengunjung kafe dengan grup band nya saat jarum jam mengarah ke angka dua belas malam. Bila Rily meminta perhatiannya, maka bisa saja dia baru pulang pukul satu atau dua dini hari. Dengan tuksedo yang masih tersampir di pundak, kuberikan tangan kananku pada Lois yang berdiri menjulang. "Dingin banget tanganmu, Ly." Saat aku berdiri dengan jemari meremas jemarinya, aku memberanikan diri mendekatkan wajah ke te

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Karena Istriku Belum Mau Dipeluk

    “Udah malam. Jangan banyak tanya,” ucap Lois sekenanya dengan memelukku dalam posisi miring. Sontak aku melepaskan diri dari rengkuhannya lalu duduk dan menjauh. Bagaimanapun, aku tidak mau seintim itu dengannya meski kami ini suami istri sah. Aku tidak mencintainya! “Ngapain sih kamu pakai acara peluk-peluk segala, Lois! Modus!” Lois tersenyum tipis lalu kembali berbaring miring dengan memeluk guling. “Ya udah. Aku meluk guling aja karena istriku belum mau dipeluk.” Heh?! Apa maksudnya bilang seperti itu? Apa dia mengharap pelukan dariku? Apa dia nyaman dengan pernikahan kami ini? Tapi, jika dia dia nyaman dengan pernikahan ini lalu bagaimana dengan Rily, mantan kekasihnya yang dekat dengannya? Apa dia mau poligami? *** Hatiku riang tiada terkira saat bangun pagi hari ini. Sangat bahagia. Apalagi jika bukan karena mengingat hancurnya rencana pertunangan Vela dan Ishak semalam. Lois sukses membuka kedok adikku itu dihadapan seluruh keluarga besar kami dan Ishak. Tentang bet

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Jantungku Berdegub Tak Karuan Karenamu

    Dengan hati gamang dan dipenuhi ledakan di dada, aku memberanikan diri menggeser tombol hijau di layar ponsel. Lalu tangan kananku mengangkat ponsel dengan gerakan sedikit lambat hingga menyentuhkannya ke telinga kanan. "Halo?" ucapku lirih dengan hati tidak karuan lagi. Bagaimana tidak karuan jika yang sedang menghubungiku adalah lelaki yang pernah dan sampai saat ini masih menjadi raja di hati ini. Meski aku sendiri telah bersuamikan Lois. Lelaki yang tidak pernah kuinginkan dan terpaksa menikah dengannya demi sebuah penyelamatan nama baik. "Halo, Ly." Mendengar suara Ishak, tetiba saja hatiku seakan disiram air keras hingga terasa mengering. Namun detik berikutnya aku justru takut jika ia mengucapkan kata-kata atau kalimat yang menghunus jantung. Kata-kata yang menyiratkan kekesalan karena aku memporak-porandakan acara pertunangannya dengan adikku. Membongkar semua kebusukan adikku dihdapannya dan keluarga besar. "Ya? Ini ... siapa?" tanyaku pura-pura tidak tahu. "Ishak. Ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Seperti Pejantan Yang Merayu Betina

    “Gimana kabarnya, Ly?” Ishak memulai pertanyaan sambil mengemudi. Aku masih setia duduk di bangku penumpang yang ada di sebelahnya sambil memangku tas kerja. “Baik, Shak,” jawabku tanpa menoleh ke arahnya. Takut jika hatiku tidak baik-baik saja karena cinta lama bersemi kembali. Sedang aku sudah ada yang memiliki. “Kenapa kamu pindah kerja?” Haruskah aku menjawab alasan kepindahanku padanya? Alasan yang membuat harga diriku kembali jatuh dan tersungkur. Dan akhirnya bibir ini memilih bungkam daripada mengorek luka lama. Karena tidak ada jawaban dariku, Ishak menoleh sekilas. Terlihat dari ekor mataku. “Ly?” “Ya?” jawabku kembali tanpa menoleh ke arahnya. “Oh … maaf.” Akhirnya, Ishak tahu jika aku enggan menjawab pertanyaannya. “Nggak apa-apa, Shak. Itu cuma kenangan yang perlu dikubur dalam-dalam.” Selanjutnya, tidak ada percakapan apapun diantara kami hingga mobil gagah dan nyamannya tiba di sebuah café and restaurant yang kukenal. ‘Bukankah ini …. ‘ batinku meningkahi d

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kali Ini, Aku Lebih Mempercayaimu

    “Gimana? Kamu mau lagi? Kalau mau biar aku --- “ Tanganku segera menahan tangan Ishak begitu tubuhnya bersiap berdiri dari duduknya. Kedua matanya menatap tangan kiriku yang menahan tangan kanannya. Sekelebat ada perasaan salah karena aku mulai berani memulai kontak fisik dengannya. Seketika aku segera menarik tangan ini darinya dengan perasaan tidak karuan. Aku khawatir dia merasa jijik karena disentuh perempuan kotor sepertiku. Seperti ucapannya dulu. “S … sorry, Shak. Aku … nggak maksud begitu,” ucapku lirih dengan bahasa tubuh penuh salah tingkah. Bukannya marah karena bersentuhan dengan perempuan kotor sepertiku, Ishak justru tersenyum dengan gurat meneduhkan sambil menatap kedua bola mataku lalu ia duduk kembali. Tangannya bergerak pelan menjauhkan menu milikku yang tidak habis karena terlalu pedas dan menaruh botol berisi air mineral tepat dihadapanku. “It’s okay, Ly. Aku nggak masalah kok sama yang barusan.” Fiuh … mengapa wajahku terasa seperti berdekatan dengan bara a

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-04

Bab terbaru

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Bikin Anak Lagi Yuk?

    POV RADEN MAS / LOIS Luis dan Lewis sudah sering bertandang ke rumah Romo dan Ibu sejak aku dan Lilyah pindah ke Jakarta. Entah sudah berapa bulan kami di Jakarta. Bahkan Romo dan Ibu khusus membuat acara welcome party untuk keduanya dengan mengundang keluarga Hartadi saja. Acara itu lumayan meriah tapi tidak ada Lilyah. Dia tidak mau datang karena takut pada Romo dan Ibu, ditambah keduanya juga tidak mengundang Lilyah. Meski aku memaksanya untuk datang namun tetap saja Lilyah tidak mau. Saudara-saudara begitu gemas melihat Luis dan Lewis saat bermain dengan keponakan yang lain. Pasalnya kedua anak kembarku itu benar-benar menggemaskan dan rupawan. “Yang, ayo ke rumah Romo dan Ibu. Ini akhir pekan lho.” Ajakku. Lilyah baru saja memasukkan bekal Luis dan Lewis ke dalam tas. “Kapan-kapan aja, Mas. Kalau aku udah diundang Romo dan Ibumu. Untuk saat ini biar kayak gini dulu. Aku cuma nggak mau mereka ilfil sama aku.” “Lagian, aku sama si kembar udah biasa sembunyi dari media tenta

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Senyum Bahagia Palsu Istriku

    POV RADEN MAS / LOIS "Den Mas, akta kelahiran Mas Luis dan Mas Lewis sudah jadi," ucap Pak Wawan, asisten pribadiku. Aku yang sedang duduk di kursi kebesaran CEO Hartadi Group lantas menerima map hijau berisi akta kelahiran baru kedua jagoanku. Gegas aku membuka map itu dan membaca kata demi kata yang tertulis di sana dengan seksama. Tidak ada yang berubah selain nama kedua putraku itu. Raden Mas Satria Luis Hartadi. Raden Mas Satria Lewis Hartadi. Dan nama Lilyah masih tertulis jelas sebagai ibu kandung keduanya. "Makasih, Pak Wawan. Nanti akan aku tunjukin ke Lilyah." Sudah satu minggu ini kami menempati rumah baru yang berada tidak jauh dari rumah Romo dan Ibu. Tentu saja Lilyah berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Begitu juga dengan Luis dan Lewis. Biasanya kami tinggal di tempat yang minim polusi dan masih bisa menikmati pepohon tinggi di Bandung, kini justru disuguhi dengan pemandangan gedung bertingkat dan hawa yang panas. Sejak kami pindah ke Jakarta,

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Raden Mas Satria Luis dan Lewis Hartadi

    POV RADEN MAS / LOIS "Kalau kamu nggak nyaman, kita bisa cari rumah yang sesuai seleramu aja, Yang. Nggak masalah kok meski nggak dekat sama rumah Romo dan Ibu."Aku tidak tega melihat Lilyah kembali hancur ketika terus-terusan ditolak keluarga Hartadi untuk sesuatu hal yang tidak ia lakukan. Ekspresinya kini terlihat meragu dan tidak nyaman sama sekali dengan tangan menepuk pantat Luis yang mulai terlelap. "Aku akan bilang Romo dan Ibu kalau kamu nggak suka tinggal di Jakarta. Alasannya logis kan?!"Lalu Lilyah melepas ASI dari mulut Luis perlahan sekali kemudian mengancingkan pengait baju di bagian dada sambil duduk. Aku pun sama, memberi guling kecil untuk dirangkul Lewis agar tidak merasa aku meninggalkannya lalu duduk menghadap Lilyah."Kita ngobrol di ruang tengah aja yuk, Mas?" Pintanya dan aku menuruti.Kututup pintu kamar perlahan sekali lalu menuju ruang tengah dengan merangkul pundak Lilyah. Rumah sudah sepi karena semua pelayan, bodyguard, dan asistenku sudah masuk ke da

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   CEO Baru

    POV RADEN MAS / LOIS Dengan jas hitam yang terasa pas melekat di tubuh, aku turun dari mobil MPV Premiun usai pintunya dibuka oleh asistenku, Pak Wawan. Di depan loby pabrik sigaret yang dulu kupimpin, pengawal yang biasa bersama Romo langsung mengamankan jalanku menuju aula. Tidak ada media satupun yang kuizinkan untuk meliput pengangkatanku sebagai CEO Hartadi Group yang baru. Aku tidak mau wajahku malang melintang di media manapun lalu dikaitkan dengan kerajaan bisnis keluarga Hartadi yang turun temurun ini. Nanti efeknya bisa ke keluarga kecilku. Begitu memasuki aula rapat pabrik yang sekarang berubah lebih modern, jajaran direksi sudah menungguku. Lalu seulas senyum kusuguhkan sambil menyalami tangan mereka satu demi satu. "Selamat Mas Lubis." "Semoga sukses." "Semoga Hartadi Group makin berjaya dengan anda sebagai pemimpinnya." Rasanya aku terlalu muda duduk di kursi ini mengingat kolega bisnis Romo sudah berumur semua. Romo saja yang terlalu cepat ingin mengundurkan d

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Serah Terima Jabatan

    POV RADEN MAS / LOIS "Nggak bisa apa, Romo?" tanyaku dengan menatap beliau lekat. "Lubis, Romo dan Ibumu terlahir dari keluarga yang menjaga etika, harga diri, sopan santun, juga tata krama yang tinggi. Coba kamu lihat orang-orang yang bermartabat tinggi di luar sana, sudikah mengangkat menantu yang pernah digauli lelaki lain lalu sempat menjadi perbincangan orang lain meski videonya udah nggak ada di dunia maya?" Aku hanya menatap Romo tanpa mengangguk atau menggeleng. "Lebih baik mereka menikahkan putranya sama yatim piatu yang benar-benar terjaga kehormatannya, Lubis. Karena kehormatan itu ... adalah harga tertinggi seorang perempuan yang nggak bisa dibeli dengan apapun kalau udah terlanjur dihancurkan laki-laki lain." "Tapi aku mencintai Lilyah dan mau menerima kekurangannya di masa lalu, Romo. Dia itu dijebak. Bukan seenak hati nyodorin kehormatannya demi lelaki lain," ucapku pelan namun tegas. Kepala Romo menggeleng, "Maaf, Romo dan Ibumu nggak bisa, Lubis. Maaf." Lalu aku

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lewis Dan Luis Mulai Ada Di Hati

    POV RADEN MAS / LOIS "Selamanya! Katakan sama Romo dan Ibumu, orang tua mana yang bisa menerima perempuan bekas lelaki lain?! Hati orang tua mana yang bisa merelakan putra kesayangannya menikah sama perempuan yang pernah digilir sama bajingan-bajingan?!" "Nggak ada, Lubis! Nggak ada orang tua yang bisa terima itu!" Romo berucap tegas meski tidak keras karena ada Luis dan Lewis. Jangan sampai mereka mendengar perdebatan yang menyangkutpautkan tentang Ibu mereka. Walau mereka belum memahaminya. "Tapi aku udah bersihin semua video Lilyah yang udah diunggah di dunia maya, Romo." "Tetap aja, Lubis! Tetap aja jatuhnya dia itu perempuan yang pernah ditiduri lelaki lain! Asal kamu tahu, Romo nggak masalah kamu nikah sama dia asal nggak ada masa lalu kelamnya yang kayak gitu! Tapi, takdir berkata lain. Dia tetap perempuan kotor!" "Meski Lilyah dijebak saudaranya sendiri?" tanyaku dengan tatapan mengiba. *** Pukul delapan malam, aku baru tiba di Bandung. Helikopter perusahaan turun di

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Tidak Akan Pernah Ada Restu

    POV RADEN MAS / LOIS "Kita harus bicara, Lubis!" Hanya itu yang Romo katakan lalu beliau berlalu bersama Ibu. Kemudian aku dan Mbak Syaila mengikuti keduanya dengan menggendong si kembar menuju ke dalam rumah megah kedua orang tuaku ini. Rumah yang bisa membuat siapapun tersesat jika tidak terbiasa berada di dalamnya. Lirikan sinis dari kakak pertamaku yang haus harta, Mbak Ayu, tidak kuhiraukan sama sekali ketika melihat kedatanganku. Dia pernah hampir mencelakai si kembar ketika masih berada di kandungan Lilyah. Dan tidak akan kubiarkan kedua kalinya dia menyentuh Luis dan Lewis walau hanya sekedar mengusap pipinya. Jujur, aku gugup dan merasa sangat bersalah pada Romo dan Ibu karena hubungan kami tidak kunjung membaik pasca aku lebih memilih Lilyah dan kehamilannya kala itu. "Mbak, kira-kira Romo sama Ibu mau ngomong apa?" Bisikku dengan menyamakan langkah dengannya. "Kalau aku tahu duluan itu namanya aku mau jadi dukun, Lubis." Sungguh candaan Mbak Syaila tidak membuat

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kedatanganku Dengan Si Kembar

    POV RADEN MAS / LOIS Hari ini akan menjadi pertama kalinya aku kembali ke pabrik sigaret di Bandung yang setahun lalu kutinggalkan demi melindungi Lilyah dan kedua putra kembarku dari intervensi keluarga besarku. Dulu aku membangun pabrik ini dengan susah payah bahkan jatuh bangun untuk menunjukkan pada Romo, Ibu, dan keluarga besar Hartadi jika aku bisa sehebat Romo membawahi bisnis sigaret turun temurun keluargaku. Namun, demi kebahagiaan Lilyah dan ketenangannya merawat si kembar, aku memutuskan untuk meninggalkan semua fasilitas eksklusif premium yang keluargaku berikan. Pikirku, harta bisa kucari dari bisnis pribadiku, tanpa harus mengorbankan perasaan istri dan kedua buah hatiku yang tidak berdosa. "Kamu yakin nggak mau ikut?" tanyaku sambil menatap Lilyah lekat-lekat. Dia tengah mencukur jambang di rahangku dengan begitu telaten. Kepalanya kemudian menggeleng pelan dengan tetap mencukur rambut halus itu agar penampilanku tetap menarik. "Masih ada waktu lima belas meni

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Dihibur Harapan Yang Tak Pasti

    POV RADEN MAS / LOIS “Saya tinggal dulu, Pak Daniel.” Aku tidak menjawab pertanyaan Pak Daniel tentang si kembar dan memilih berlau dari taman bermain itu. Aku belum bisa mengakui si kembar dan Lilyah pada dunia secepat ini. Khawatir nanti akan menimbulkan perselisihan lagi antara aku dan keluarga Hartadi. Aku tidak tega melihat Lilyah dan kedua putra kembarku terluka karena penolakan dari keluarga besar Hartadi. Setelah berada di salah satu toilet khusus pria, aku mengirimkan sebuah pesan pada Lilyah. [Pesan dariku : Aku ke toilet dulu. Mendadak mulas banget, Yang.] Padahal pesan itu mengandung kebohongan seratus persen hanya untuk menghindari persepsi Daniel tentang keberadaan si kembar dan juga Lilyah. Biarlah seperti ini dulu entah sampai kapan. Yang penting kami bahagia dan tidak membuat hati siapapun terluka. *** “Mas, kamu kok belum balik dari toilet?” Itu suara Lilyah dari sambungan telfon. “Apa perutmu masih mulas?” Bukan mulas, juga bukan masih di toilet.

DMCA.com Protection Status