Share

Bab 7

Author: Nelda Friska
last update Last Updated: 2023-07-17 12:07:44

"Maaf kalau kamu tidak nyaman. Mas hanya tidak mau kamu sampai sakit."

Raga sadar betul apa yang dikatakan Ayuna benar adanya. Sikap gadis di depannya itu memang berubah semenjak ia memutuskan pertunangan mereka.

Ayuna menjadi lebih tertutup. Beberapa hari ini sosial media milik gadis itu tidak pernah menunjukkan aktivitas apa pun, dan apa yang Raga lihat saat ini bukanlah kebiasaan Ayuna. Keluar di malam hari dan secangkir kopi, adalah dua hal yang dulu sangat Raga larang demi kesehatan sang gadis.

Raga ingin hubungan mereka tetap baik, meski mereka bukan lagi sepasang kekasih. Tidak bisakah Ayuna menganggapnya teman? Setidaknya, gadis itu tidak menghindarinya saat bertemu atau berpapasan dengan dirinya.

"Aku bisa menjaga diriku sendiri. Jangan pernah lagi menunjukkan perhatian seperti tadi karena aku tidak ingin calon istri Mas Raga salah paham," ujar Ayuna. Gadis itu kembali menghindari tatapan Raga.

"Sudah setengah jam kita di sini, tapi orang yang menjemputmu belum juga datang. Ayo, Mas antar kamu pulang." Raga tak mengindahkan peringatan Ayuna. Kekhawatirannya pada gadis ini lebih besar ketimbang rasa takut ketahuan oleh Anggia.

"Mas Raga, please! Tolong jauhi aku!" Ayuna sedikit berteriak. Lama-lama sikap pria itu membuatnya muak. "Sudah kubilang aku bisa menjaga diriku sendiri! Urus saja calon istri Mas yang penyakitan itu!"

Ayuna baru saja akan melangkah menjauhi Raga saat sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Gadis itu bernapas lega. Akhirnya orang yang ia tunggu datang juga.

Seorang pria keluar dari mobil tersebut. Raga menyipitkan mata melihat pria yang tidak ia kenal menghampiri Ayuna.

Baru kali ini Raga melihat pria ini. Dari segi penampilan, jelas ia lebih unggul. Namun, ia akui wajah sang pria sangat tampan.

"Maaf saya terlambat, Nona." Pria itu sedikit membungkukkan badan.

"Gak papa, Mas Dewa. Kita pulang sekarang."

Dewa bergegas membukakan pintu untuk sang majikan. Ayuna memasuki mobil tanpa menoleh terlebih dahulu pada Raga, apalagi berpamitan pada mantan kekasihnya tersebut.

"Tunggu." Raga menahan Dewa yang baru saja menutup pintu mobil bagian belakang di mana Ayuna duduk di sana.

"Ya?"

"Kamu siapa? Saya baru pertama kali melihatmu."

Dewa tersenyum. "Saya sopirnya Non Yuna," jawabnya. Raga akui pembawaan pria ini cukup tenang.

"Sopir? Lalu Pak Kardi?"

"Saya putranya. Untuk sementara saya yang akan menggantikan dia."

Raga meneliti penampilan Sadewa. Pria ini tidak ada kemiripan sama sekali dengan Pak Kardi. Dewa terlalu tampan untuk ukuran seorang sopir, dan Raga tidak nyaman karenanya.

Setiap hari Ayuna akan bertemu dengan Sadewa dan bisa saja mereka menjadi makin dekat.

Ah, Raga segera menepis pemikiran gila yang sempat melintas. Mana mungkin Ayuna akan menjalin hubungan dengan anak dari seorang sopir? Papanya Ayuna pasti tidak akan membiarkan hal itu sampai terjadi.

"Saya titip Ayuna. Pastikan dia baik-baik saja sampai di rumah."

Satu alis Sadewa terangkat. Pria ini memintanya menjaga Ayuna? Tanpa pria itu minta, tentu saja akan ia lakukan karena sudah menjadi tugasnya.

"Anda tenang saja. Saya akan menjaga Non Yuna lebih dari menjaga diri saya sendiri."

Ah, kedengarannya terlalu berlebihan di telinga Raga.

"Permisi."

Raga mengangguk. Pria itu menatap mobil Ayuna yang makin menjauh. Entahlah. Hatinya tidak rela menyaksikan mantan kekasihnya pergi dengan pria lain, meski pria tersebut hanya sebatas sopir.

"Ada apa dengan hatiku? Bukankah aku sudah yakin lebih memilih Anggia?" Raga bermonolog. Merutuki diri yang masih saja mengkhawatirkan Ayuna.

******

"Nona butuh ini?"

Sadewa menyodorkan tissu ke hadapan Ayuna. Sepanjang perjalanan, pria itu memperhatikan putri sang majikan yang sedang menangis di bangku belakang. Sengaja ia menghentikan mobil agar bisa berbicara dengan sang gadis.

Ayuna menatap tissu yang diulurkan Dewa, kemudian mengambilnya dengan sedikit ragu.

"Terima kasih," lirihnya.

Sadewa tersenyum. Pria itu memperhatikan Ayuna yang sibuk menghapus air mata.

"Maaf, Mas Dewa harus melihat saya seperti ini. Saya ... saya hanya--"

"Tidak apa-apa. Kalau dengan menangis bisa membuat Nona lebih lega, maka lakukanlah. Saya akan setia menunggu sampai Nona jauh lebih tenang."

Tangis Ayuna kembali pecah. Ia sama sekali tidak peduli jika Sadewa menganggapnya cengeng. Perhatian dari Raga membuat Ayuna kembali mengingat masa-masa indah mereka.

Bohong jika Ayuna berkata sudah benar-benar ikhlas melepas Raga. Pada kenyataannya, hampir setiap malam ia tidak bisa tidur mengingat sebentar lagi pertunangan mantan kekasih dengan adiknya akan digelar.

"Apakah rasanya sangat menyakitkan?"

Ayuna mendongak. Matanya berserobok dengan mata pria yang sedang memperhatikannya.

"Maksud, Mas Dewa?" Ayuna tidak mengerti maksud ucapan sang sopir.

"Apakah sangat menyakitkan saat orang yang kita cintai lebih memilih orang lain?" Sadewa mengulang pertanyaan.

"Mas Dewa tahu masalah saya?"

Sadewa mengulas senyum dan mengangguk. "Berita batalnya pertunangan Nona sudah tersebar. Saat tentu tahu karena saya salah satu penggemar berat Nona."

Ayuna terkekeh. Miris. Ternyata berita tentang dirinya dan Raga yang batal menikah sudah tersebar makin luas.

"Sakit. Sangat sakit, apalagi orang yang telah merebut calon suami saya adalah adik saya sendiri."

Tatapan Sadewa menyendu. Ah, andai saja posisinya bukan seorang sopir, ia ingin menawarkan bahu agar sang gadis bisa bersandar padanya.

Namun, ia sadar siapalah dirinya. Terkesan lancang jika ia sampai melakukan hal itu.

"Mas Dewa juga pernah patah hati?"

Ditanya seperti itu, Sadewa menggaruk tengkuknya. "Pernah," jawabnya lirih.

"Iyakah?"

"Ya. Seperti halnya Nona, pacar saya juga lebih memilih orang lain."

Ayuna terperangah. "Pria setampan Mas Dewa juga diselingkuhi?"

"Begitulah." Sadewa terkekeh. "Nona jangan bilang saya tampan. Saya jadi tersanjung dipuji oleh gadis secantik Anda."

Senyum Sadewa menular pada Ayuna. Gadis itu hampir lupa bahwa dirinya baru saja menangisi Raga.

"Serius. Mas Dewa ini tampan, lho. Bodoh banget cewek itu," ujarnya dengan mencebik.

Sadewa tidak menjawab. Pria itu lebih fokus memperhatikan sang gadis yang sudah bisa tersenyum.

"Teruslah seperti ini. Nona jauh lebih cantik saat tersenyum."

Ayuna terpaku. Ucapan Sadewa beserta tatapan lembut pria itu membuatnya merasa canggung.

*****

"Kamu mau ke mana, Ga?"

Raga menghentikan langkah. Pria yang baru saja berlari menuruni tangga itu menoleh ke arah papanya yang duduk di ruang tamu.

"Raga mau melihat kondisi Ayuna. Dia sakit, Pa. Pasti karena semalam."

"Ayuna?" Pras -- papanya Raga menautkan alis.

"Ya. Tadi asistennya bilang penyakit lambung Ayuna kambuh. Aku harus memeriksa kondisinya." Raga bersiap melangkah, tetapi lagi-lagi ditahan sang Papa.

"Jangan lagi temui dia, Ga. Ayuna sakit pasti sudah ada yang mengurusnya."

"Tapi Raga harus memastikan baik-baik saja, Pa." Raga bersikeras.

"Dia pasti baik-baik saja. Kenapa kamu masih mengkhawatirkan dia? Kamu tidak punya hak atas dirinya setelah kamu memutuskan lebih memilih adiknya."

Pras mendekat ke arah sang putra. Pria itu menepuk bahu Raga yang bergeming setelah mendengar ucapannya barusan.

"Kamu mengkhawatirkan kondisi fisik gadis itu. Lalu bagaimana dengan hatinya yang sudah kamu sakiti sedemikian rupa? Belajarlah konsisten pada pilihanmu, Ga. Dua hari lagi pertunanganmu dengan Anggia. Fokuslah pada gadis itu yang menurutmu lebih baik dari Ayuna."

*

*

Bersambung.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Yuli Donumo
Tunggu lanjutannya ya
goodnovel comment avatar
Babe Sheryn
dihhh sok sok an mau nyembuhin, pdahal luka yg dia kasih lebih besar
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
ternyata ortunya di rega juga sama2 sampah kayak dirinya. cocoklah berbesanan dg si prita pelakor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 8

    "Mama mengundang orang sebanyak ini?" Bram menatap Prita tak percaya seraya meremas daftar undangan yang ditulis istrinya. Sang istri kedua berencana untuk mengadakan pesta pertunangan secara besar-besaran tanpa meminta persetujuan darinya terlebih dahulu. "Segitu itu gak terlalu banyak, Mas. Cuma teman-teman arisan sama beberapa kolega bisnismu."Bram menghela napas gusar. Prita selalu saja bersikap semaunya. Sudah beberapa kali Bram mengatakan bahwa acara pertunangan Anggia dan Raga diadakan secara sederhana saja, tetapi sang istri justru tidak mengindahkan ucapannya. "Ma. Bukannya Papa sudah bilang jangan mengadakan pesta besar-besaran? Papa ingin menjaga perasaan Ayuna. Dia itu putri Papa juga. Mendapat kenyataan calon suaminya akan bertunangan dengan adiknya sudah membuatnya terpukul, apalagi kalau sampai dia tahu pertunangan ini diadakan secara mewah," protes Bram. Pria itu khawatir Ayuna akan makin terpuruk. "Mas ini gimana, sih? Anggia itu putri Mas juga. Tidak ada salahny

    Last Updated : 2023-07-17
  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 9

    "Wah, kebetulan sekali kita bertemu di sini, ya, Mbak."Salma dan Ayuna yang baru turun dari mobil menoleh ke asal suara. Ayuna mendengkus tak suka kala melihat Prita berjalan ke arahnya dengan menggandeng lengan sang Papa. "Kalian mau makan siang di sini?" Bram menyapa istri pertama dan sang putri. Pria berusia empat puluh delapan tahun itu menepis halus tangan Prita yang bergelayut di lengannya. Tidak nyaman saat matanya berserobok dengan mata Salma. "Iya." Salma menjawab singkat. Tidak ada raut cemburu di wajah wanita berusia empat puluh lima tahun tersebut saat menyaksikan betapa mesranya sang Madu menggandeng lengan suaminya ... lebih tepatnya suami mereka. "Oh ya. Mumpung kita bertemu, aku ingin memastikan. Mbak sama Ayuna pasti datang ke acara pertunangan Anggia, kan? Acaranya jam delapan malam. Tidak hanya keluarga inti saja yang datang, aku juga mengundang kolega bisnis Mas Bram," terang Prita yang sebenarnya tidak penting untuk Salma dengar. "Kamu tidak perlu khawatir. K

    Last Updated : 2023-07-17
  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 10

    "Bara ngajak kamu datang bareng ke acara itu?" Olivia terkejut mendengar cerita sahabatnya. Pasalnya, Olivia tahu bahwa Bara dan Raga adalah sahabat lama yang bekerja di rumah sakit yang sama. "Ya, tadi dia ngomongnya begitu.""Terus kamu terima tawarannya?" Olivia makin penasaran.Ayuna menggeleng. "Belum."Olivia menghela napas lega. Entah mengapa gadis itu kurang setuju jika Ayuna datang ke acara bersama Bara. Bukan karena Bara sahabatnya Raga, tetapi karena ....Ah sudahlah!Olivia menggeleng cepat. Mengenyahkan pemikiran tentang Bara. "Tapi ada bagusnya juga kamu bawa pasangan ke sana. Kamu bisa menunjukkan pada semua orang bahwa kamu sudah move on dari Raga." saran Olivia."Entahlah, Liv. Aku ...."Olivia paham perasaan sahabatnya. Gadis itu berpindah duduk ke samping Ayuna untuk memeluk tubuh sang sahabat. "Yang kuat, Yun. Kamu pasti bisa melupakan Raga," bisiknya seraya mengelus punggung Ayuna. "Aku kok gini banget ya, Liv. Aku cengeng, aku sok tegar di hadapan orang-orang

    Last Updated : 2023-07-18
  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 11

    "Kamu cantik sekali, Sayang."Prita menatap kagum sang putri yang sedang berdiri di depan cermin. Gaun yang ia persiapkan untuk Anggia telah melekat sempurna di tubuh ramping putrinya. "Terima kasih, Ma." Anggia tersipu. "Jujur aku gugup sekali. Aku takut Mas Raga tidak menyukai penampilanku malam ini," lirihnya."Hei, itu tidak mungkin. Kamu akan menjadi wanita paling cantik di acara ini. Mama yakin, Raga akan terpesona melihatmu."Lagi, Anggia dibuat tersipu oleh pujian mamanya. "Sekarang ayo kita keluar. Para tamu sudah banyak yang datang. Raga juga pasti sudah menunggumu di sana."Anggia mengangguk. Gadis itu bertambah gugup saat membayangkan reaksi Raga melihat penampilannya malam ini. Benarkah yang dikatakan sang Mama bahwa pria itu akan terpesona? Atau ... justru Raga akan terlihat biasa saja?Anggia berjalan digandeng oleh Prita. Keduanya tersenyum lebar saat mulai memasuki tempat acara yang di adakan di pekarangan rumah mewah milik Bram dan Prita. Tempat tersebut sudah disu

    Last Updated : 2023-07-18
  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 12

    "Jadi gadis itu putri pertama Bramantyo?""Ya. Lebih tepatnya, putri pertama dan dari istri pertama."Lelaki yang berdiri di sebelah Sadewa menarik napas panjang. Sebenarnya ia sudah mendengar desas desus bahwa pria yang menjadi tunangan putrinya Bramantyo adalah mantan calon suami putrinya yang lain. Namun, ia tidak terlalu peduli karena toh bukan urusannya. Akan tetapi, ketika putranya ternyata jatuh hati pada salah satu putri rekan bisnisnya tersebut, tentu saja ia harus menyelidiki kejadian yang sebenarnya agar Sadewa tidak salah memilih pasangan. Bisa saja Raga memutuskan pertunangan karena gadis itu memang tidak layak dipertahankan. Ia tidak ingin putra sulungnya jatuh cinta pada gadis yang salah. "Se-istimewa apa gadis itu sampai kamu bertingkah gila seperti ini? Berpura-pura menjadi anak sopir hanya demi seorang wanita. Bukankah akan lebih baik kamu mengatakan siapa sebenarnya dirimu? Papa yakin, gadis itu tidak akan menolak putra sulung keluarga Danureja."Sadewa menggelen

    Last Updated : 2023-07-19
  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 13

    "Oma ...."Wanita berusia enam puluh lima tahun itu sontak menoleh. Melihat kedatangan cucu kesayangan yang beberapa hari ini sangat dirindukannya, ia malah memalingkan wajah kembali ke arah lain."Ngapain datang? Bukannya kamu sudah lupa dengan orang tua ini?" ujarnya ketus. Sadewa terkekeh. Dirangkulnya tubuh sang nenek yang sedang merajuk."Jangan marah, dong. Aku pergi lagi, nih."Puspa -- sang nenek sontak saja panik mendengar ucapan cucunya. "Jangan! Kamu gak sayang lagi sama Oma?" rajuknya.Sadewa makin mengeratkan rengkuhan tangan. "Sangat sayang. Makanya, Oma-ku yang cantik ini jangan ngambek. Aku sudah datang untuk memenuhi permintaan Oma.""Tapi kemarin-kemarin kamu ke mana saja?" Puspa menatap lekat wajah tampan sang cucu yang nampak berseri. Sangat berbeda dengan beberapa tahun lalu saat cucunya tersebut ditinggalkan oleh seseorang yang sangat berarti dalam hidup Sadewa. "Aku sedang menjalankan misi."Puspa mencubit lengan sang cucu. "Kalau orang tua nanya itu dijawab

    Last Updated : 2023-07-19
  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 14

    "M-mas membentak aku?"Anggia menutup mulut tak percaya. Air mata mulai berjatuhan di pipi putihnya.Baru pertama kali Raga berbicara dengan nada tinggi padanya dan hal tersebut membuat Anggia nelangsa. Mengapa reaksi sang kekasih seperti itu? Bukankah seharusnya Raga senang karena sebentar lagi mereka akan menjadi sepasang suami istri?Sedangkan Raga mengusap kasar wajahnya. Merutuki diri yang tidak bisa menahan mulut sampai melontarkan kalimat dengan nada tinggi di depan kekasihnya. "Maaf, Nggi. Mas hanya terlalu terkejut," ujarnya melunak, tetapi Anggia malah makin terisak. "Aku pikir Mas akan senang mendengar kabar ini, tapi ternyata reaksi Mas menunjukkan bahwa Mas masih belum bisa sepenuhnya menerima hubungan kita." Anggia berdiri, diikuti Raga yang berusaha meraih lengan gadis itu, tetapi sayang Anggia menepis. "Apa karena Mas masih mencintai Mbak Yuna?"Raga menggeleng. "Kamu salah duga. Semua ini tidak ada sangkut pautnya dengan Ayuna. Ini murni karena Mas terlalu kaget,"

    Last Updated : 2023-07-20
  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 15

    "Kamu berani membantah perintah saya?" Rahang Bram mengeras. Menahan emosi sebab merasa tidak diharga oleh anak muda yang bekerja sebagai sopir di rumahnya. "Maaf, Pak. Bukan maksud saya membantah. Hanya saja, saya bekerja di sini pada Bu Salma dan Non Yuna. Otomatis setiap hari saya akan berinteraksi dengan putri Anda. Kalau saya harus menjauhinya, lantas bagaimana dengan pekerjaan saya?" Sadewa masih bersikap tenang."Kamu bisa mencari pekerjaan di tempat lain.""Maksud Anda saya dipecat?""Ya. Demi kebaikan putri saya, saya terpaksa memecat kamu.""Kebaikan yang mana?" Ingin sekali Sadewa bertanya seperti itu, tetapi ia urungkan sebab tidak ingin memancing emosi Bram lebih besar. "Seperti yang saya katakan tadi. Saya bekerja di sini pada Bu Salma dan Non Yuna. Jadi, hanya mereka yang berhak memecat saya."Bram cukup salut dengan keberanian Sadewa. Sebenarnya apa yang pria muda itu katakan benar. Salma dan Ayuna yang lebih berhak memberhentikan Sadewa sebab pria itu bekerja pada i

    Last Updated : 2023-07-20

Latest chapter

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 94

    "Aku tidak percaya, ternyata wanita ib*is itu yang telah membuat Sadewa meninggal," ujar Hadiwijaya dengan mengepalkan tangan. Saat ini, Ia, Bram, dan Raga sedang berada di ruang tamu rumah Raga, sedangkan Salma dan Miranda sedang menemani Ayuna serta cucu-cucunya di kamar. "Dia menyimpan dendam karena dulu ditolak Sadewa dan merasa dipermalukan oleh Ayuna," timpal Raga. "Dan parahnya, ternyata Alex juga terlibat." Hadiwijaya kembali menyahut. Ia sangat terkejut saat mengetahui salah satu reka bisnisnya tersebut adalah suami dari Airin, sekaligus orang yang membantu wanita itu mencelakai putranya. "Kita harus memastikan wanita itu dihukum seberat-beratnya." Bram yang sejak tadi diam, ikut membuka suara. "Itu pasti." Hadiwijaya berdiri, melangkah menuju kamar Ayuna untuk melihat kondisi mantan menantunya itu. Di sana, di kamar itu, Ayuna sedang dipeluk oleh Salma, sedangkan Miranda sedang menatap Athalla dan Alika yang tertidur. Hati Miranda kembali dilanda nyeri saat mengingat me

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 93

    Raga baru saja selesai mandi saat mendapati Ayuna sedang duduk menghadap jendela dengan tatapan kosong. Raga mengira, istrinya itu sedang memikirkan sesuatu yang cukup serius karena Ayuna tidak menjawab panggilannya setelah beberapa kali ia menegur sang istri.Raga memutuskan menghampiri Ayuna dengan handuk yang masih tersampir di lehernya. Ia menatap Ayuna dengan lembut, lalu mengusap rambut sang istri penuh kasih. "Sedang memikirkan apa, hmm?" Raga bertanya lembut. "Mas perhatikan, dari kemarin kamu sering melamun."Ayuna sedikit tersentak, kemudian menoleh pada suaminya. "Aku tidak sedang memikirkan apa pun, Mas. Aku hanya sedikit lelah."Raga mengangguk pelan, berusaha mempercayai ucapan istrinya, meski ia menebak Ayuna sedang berbohong.Direngkuhnya kepala sang istri untuk ia sandarkan di bahunya. "Kalau ada yang mengganggu pikiranmu, kamu bisa cerita sama Mas. Jangan dipendam sendirian."Ayuna tersenyum tipis. Ia mulai merasa nyaman dengan sentuhan dan perhatian dari suaminya.

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 92

    Alex duduk di kursi mobilnya setelah meninggalkan Hadiwijaya dan keluarganya. Meski ia sempat berpamitan dengan sopan, pikirannya terus berputar tentang Ayuna. Bayangan wajahnya dan cara Ayuna menatapnya membuat dadanya berdebar, meskipun ia tahu itu salah. Ayuna adalah istri Raga, dan lebih dari itu, mantan istri Sadewa, musuh yang tak pernah ia temui, namun sudah menjadi bagian dari hidupnya melalui cerita-cerita Airin.“Kenapa aku merasa seperti ini?” gumam Alex, menatap keluar jendela, mencoba mengabaikan perasaan yang tumbuh di dalam dirinya. Dia menghembuskan napas panjang, seolah-olah mencoba mengeluarkan perasaan tersebut.Tapi semakin dia mencoba, semakin kuat bayangan Ayuna menghantui pikirannya.Airin selalu menggambarkan Ayuna sebagai wanita licik yang berhasil merebut Sadewa darinya. Namun, dari setiap interaksi singkat yang terjadi, Ayuna tak pernah terlihat seperti wanita yang Airin gambarkan. Sebaliknya, Ayuna selalu menunjukkan sikap yang tenang dan penuh kasih, terut

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 91

    Alex mengepalkan tangan. Laporan yang ia dapat dari anak buahnya makin membuatnya yakin bahwa Airin tengah bermain curang di belakangnya. Wanita itu menemui seorang pria dan Alex bisa menangkap gelagat tak biasa dari keduanya, apalagi dalam video tersebut pria itu berani mencium istrinya. "Kamu sudah mulai bermain api, Airin. Jika terbukti hubunganmu dengan pria itu sudah sangat jauh, aku tidak akan berpikir dua kali untuk membuangmu," gumam Alex dengan mata yang terus tertuju pada video yang dikirimkan anak buahnya. Alex memang mencintai Airin. Namun, pria itu sangat membenci yang namanya pengkhianatan dan tidak akan pernah ada kata maaf untuk yang satu itu. Alex berdiri dari tempatnya duduk. Pria itu berjalan ke arah balkon dengan sebatang rokok yang menyelip di sela-sela jemarinya. Ia hisap benda tersebut dan menghembuskan asapnya ke udara. Kilasan masa lalu ketika ia pertama kali bertemu Airin hingga jatuh cinta dan memutuskan menikahi wanita itu melintas dalam ingatan pria ber

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 90

    "Dasar bodoh!"Airin mengumpat. Pesan yang dikirimkan salah satu anak buahnya membuat wanita itu naik pitam. Ia pikir Romi akan berhasil menyingkirkan Raga seperti halnya dulu ia melenyapkan Sadewa. Namun, ternyata Raga selamat dan hanya mengalami cidera ringan. Rencananya kali ini gagal. Airin harus segera menemui Romi untuk membicarakan rencana selanjutnya. "Kamu kenapa?" Airin terperanjat. Alex tiba-tiba saja sudah berdiri di belakangnya tanpa ia sadari. Sejak kapan suaminya di sana? Apa mungkin Alex melihat pesan yang dikirimkan anak buahnya?"Eh, gak papa, Mas. Aku cuma kesal. Temanku tiba-tiba saja membatalkan janji padahal hari ini rencananya kami mau hangout bareng." Airin berusaha menyembunyikan kegugupan. Ia berharap, suaminya tidak curiga bahwa ia sedang berbohong. Alex mengangguk. Pria itu bersikap biasa saja meski ia tahu Airin sedang membohonginya. "Besok aku mau ke luar kota selama tiga hari. Tolong kamu siapkan pakaian dan keperluan lainnya." Airin membulatkan m

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 89

    Ponsel di genggaman Ayuna hampir terlepas. Kabar dari Farhan membuat tubuhnya lemas dan hampir saja ambruk jika tangannya tidak memegangi dinding. Raga kecelakaan. Ayuna hampir tidak percaya apa yang terjadi pada suaminya karena baru setengah jam yang lalu mereka bicara lewat telepon. Dengan tangan yang gemetar, Ayuna mencoba menghubungi Salma untuk memberitahukan kabar ini. Ia butuh seseorang untuk dimintai tolong menjaga Athalla dan Alika di rumah, sedangkan ia harus segera ke rumah sakit. Beruntung sang Mama langsung mengangkat panggilan darinya. Sama halnya seperti Ayuna, Salma juga terkejut mendengar kabar tersebut. "Kamu tenang, Sayang. Sebentar lagi Mama sama Papa ke sana. Papa yang akan mengantarmu ke rumah sakit."Sambungan telepon ditutup. Ayuna menghempaskan tubuh ke atas sofa dengan tangan yang saling meremas. Tidak. Jangan lagi! Ayuna tidak siap jika harus kehilangan lagi. Sakitnya ditinggal Sadewa untuk selamanya masih terasa sampai sekarang. Jangan sampai hal yan

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 88

    Raga sesekali melirik Ayuna. Sang istri lebih banyak diam setelah terlibat pembicaraan dengan Dara. Raga melihat ketika Dara menghampiri Ayuna dan mereka berbincang. Entah apa yang mereka obrolkan hingga sang istri berubah seperti sekarang.Athalla dan Alika tertidur di jok belakang. Keduanya nampak lelah setelah seharian menikmati acara di rumah Zeya dengan bergabung bersama teman-temannya dan mengadakan permainan di sana. "Yuna ...."Raga menyentuh jemari Ayuna hingga yang empunya terperanjat dan sontak menoleh. "Ya?""Kenapa, hmm?""Aku?" Ayuna menunjuk dirinya sendiri. "Aku gak papa, Mas. Aku hanya lelah saja," jawabnya dengan mengulas senyum tipis. Berharap Raga tidak bertanya lagi sebab ia masih kepikiran ucapan Dara beberapa jam yang lalu. "Jangan bohong. Mas tahu kamu sedang memikirkan sesuatu," tukas Raga. "Ayo cerita. Mas siap jadi pendengar yang baik," imbuhnya. Ayuna tahu, Raga memang sulit untuk dikelabui. Pria itu terlalu peka melihat perubahan sikapnya dan tidak aka

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 87

    Ayuna tahu bahwa sejak anak itu masih bayi, Zeya sangat dekat dengan Dara sebab gadis itu yang mengasuhnya. Ayuna juga paham, kedekatan mereka wajar-wajar saja karena Zeya memang sangat menyayangi Dara, pun sebaliknya. Akan tetapi, Ayuna tetap merasa tidak nyaman saat Zeya dengan terang-terangan mendekatkan Dara dengan Raga, suaminya. Gadis kecil itu sengaja meminta Dara dan Raga berdiri di sisinya untuk menemaninya meniup lilin, dan hal tersebut tak ayal mengundang pertanyaan dari beberapa tamu undangan. Ayuna sudah menjadi istrinya Raga, tapi kenapa justru Dara yang berada di posisi yang seharusnya Ayuna tempati?Usapan di bahu Ayuna rasakan saat ia masih fokus memperhatikan Raga dan Dara. Menoleh, tatapan sendu sang mama layangkan untuknya. "Sabar, Sayang. Kamu harus maklum, Zeya masih kecil. Dia belum paham bagaimana cara menjaga perasaanmu sebagai Mama sambungnya, terlebih selama ini dia sangat dekat dengan Dara." Salma menenangkan sang putri. Ia bisa melihat Ayuna tidak nyama

  • Pilihan Hati Ayuna    Bab 86

    "Ya, Ma?" Raga mengangkat panggilan yang ternyata dari Yunita. Pria itu sesekali melirik ke arah Ayuna yang terlihat salah tingkah karena kejadian barusan. "Belum tidur, Ga? Maaf kalau mama ganggu kamu.""Enggak kok, Ma. Aku belum tidur. Kebetulan aku sama Ayuna baru pulang dari acaranya Karina," terang Raga. "Ada apa, Ma? Tumben nelepon malam-malam begini? Zeya baik-baik saja, kan?" Raga dilanda cemas. Takut putri yang dua hari ini belum ditemuinya itu kenapa-napa. "Zeya baik-baik saja. Mama cuma mau ngingetin kalau Minggu depan ulang tahunnya Zeya, takutnya kamu lupa."Raga menghela napas lega mendengar kabar sang putri yang baik-baik saja. "Aku gak lupa, Ma. Malah rencananya aku mau nyiapin kejutan buat dia. Gimana kalau tahun ini kita buatkan pesta untuk Zeya. Kita undang teman-teman sekolahnya," usulnya. Bukan tanpa alasan Raga merencanakan itu. Dulu, di setiap ulang tahunnya, Zeya selalu menolak saat Raga ingin membuatkan pesta untuk sang putri. Kepribadian Zeya yang cukup

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status