"Aku gak selingkuh, Mas. Aku berani bersumpah! Aku gak pernah ngelakuin apa pun dengan teman kamu," ucap Aluna bersujud dihadapan Angkasa suaminya. Angkasa lebih percaya dengan apa yang dilihatnya tadi.
Aluna menggunakan handuk yang melilit di tubuhnya dan Anton yang berdiri dihadapannya. Kalau bukan selingkuh. Lalu, apa namanya itu? Tidak mungkin laki-laki lain bisa masuk begitu saja.
Anton ada di kamar berdua saja dengan istrinya saat anaknya sekolah, menjijikan sekali.
"Sudah lama aku tahu, apa yang kamu lakukan dengannya, tapi aku gak pernah menyangka kalau semua itu benar, Aluna! Kamu wanita murahan, kamu tidak layak disebut seorang ibu," ucap Angkasa dengan emosinya. Dia mengusir Aluna saat itu juga keluar dari rumah setelah sebelumnya bertengkar dengan Anton.
"Mas, percaya padaku! Aku tidak melakukan apa pun." Aluna masih berusaha meyakinkan suaminya meski Angkasa mengusirnya dari rumah tanpa membawa apa pun. Begitu marahnya Angkasa dengan kejadian ini. Istri yang teramat dia cinta, selingkuh dengan temannya sendiri. Aluna cepat berganti pakaian karena dia pun tidak nyaman dengan kondisi yang menimbulkan kesalahpahaman antara dia dan Angkasa.
Angkasa tahu semua ini dari orang tua dan saudaranya. Mana mungkin Angkasa tahu kelakuan biadab istrinya saat dia bekerja kalau bukan karena aduhan mereka.
Aluna menangis dan masih belum mau pergi dari rumahnya, bagaimana anaknya Rangga, anaknya tidak tahu apa pun, dia masih kecil dan butuh kasih sayang seorang ibu. Siapa yang akan mengurus anaknya? Anaknya akan terbengkalai. Itu yang Aluna pikirkan. Dengan sabar Aluna menunggu Angkasa keluar, Angkasa akan mengajak Rangga ke rumah neneknya berapa hari ini karena Angkasa tidak sudi anaknya melihat ibu seorang pendusta. Wanita hina yang memberikan tubuhnya pada lelaki lain.
"Mas Angkasa, dengar penjelasan ku dulu, Mas," teriak Aluna saat Angkasa pergi dengan mobilnya menuju tempat anaknya sekolah. Mereka yang hidup bahagia, tidak pernah ada masalah kalau bukan dari Mertua dan Iparnya yang tidak pernah senang dengan Aluna.
Dimata mereka Aluna tidak pernah benar, selalu salah. Apa yang dikerjakan Aluna tidak ada yang beres dan mereka membencinya. Mereka membuat skandal perselingkuhan Antara Aluna dan Anton agar Angkasa yang matanya buta terbuka kalau istri yang selama ini dia puja-puja bukan wanita benar.
Aluna berjalan ke sekolah anaknya. Sampai sana semua anak-anak sudah pulang, sudah dijemput orang tuanya. Dia keluar dari rumah tanpa uang sepeserpun, hanya baju dibadan dan cincin pernikahan. Tanpa kenal lelah, Aluna kembali lagi ke rumahnya.
Hanya ada Angkasa. Tidak ada Rangga.
Aluna mengetuk pintu rumahnya memohon agar Angkasa mendengarkan penjelasan yang akan dia berikan.
"Mas, buka pintunya, Mas. Aku gak pernah mengkhianati cinta kita, Mas. Aku gak pernah tidur dengan laki-laki manapun di dunia ini, aku pun gak tahu kenapa Mas Anton ada di dalam kamar saat aku selesai mandi, aku gak lihat, Mas!" Aluna berteriak di dekat jendela yang tertutup. Untunglah security rumahnya memperbolehkan dia masuk meski Angkasa melarang. Mereka tidak tega melihat Nyonya rumah ini seperti itu. Menyedihkan sekali padahal Aluna adalah wanita yang baik dan selalu memperhatikan pelayan di rumahnya.
Angkasa ada di dalam rumah. Dia berkacak pinggang dengan matanya yang merah. Sungguh sakit hatinya. Aluna bisa berbohong tapi buktinya ada, semua menjelaskan kalau mereka sedang selingkuh di dalam dan Angkasa jijik sekali dengan istrinya.
"Mas, dengarkan aku, Mas!" Suara Aluna mulai mengecil, habis sudah tenaganya memohon ampun tapi Angkasa tidak memperdulikannya. Angkasa bahkan tidak mengizinkan Aluna kembali menginjakkan kaki di rumah ini. Aluna bertahan duduk di depan rumahnya, dia ingin bertemu dengan anaknya.
"Kalau kamu gak izinin aku buat masuk ke rumah, biarkan Rangga ikut aku, Mas. Aku gak bisa hidup tanpa dia." Aluna memohon kebaikan hati Angkasa tapi apalah daya, emosi sudah menggerogoti hatinya. Angkasa tidak akan membiarkan Rangga diasuh oleh seorang ibu yang tidak bermoral seperti Aluna.
Demi bertemu dengan Rangga, Aluna tidur di depan rumah. Tidak masalah Angkasa tidak membuka pintu untuknya. Dia tetap akan menunggu anaknya. Dia akan membawa Rangga bersama dengannya.
Besok paginya, Aluna sudah bangun lebih dulu, dia menunggu Angkasa keluar membawa Rangga untuk sekolah tapi Angkasa keluar sendiri.
"Rangga dimana, Mas?" Angkasa menepiskan tangan Aluna. Jijik Angkasa dengan sentuhan Aluna.
Aluna kembali menangis, Rangga pasti di rumah mertuanya. Dengan kelelahan. Aluna pergi ke sekolah Rangga. Dia melihat anaknya sekolah. Kemudian Aluna menangis. Kalau dia membawa Rangga, hidup dengannya yang tidak punya uang, mau jadi apa masa depan anaknya. Aluna kembali menangis dan meremas dadanya. Sungguh sakit sekali menjadi orang miskin yang tidak punya apa-apa.
Aluna tahu kalau saat ini, dia tidak mungkin bisa membawa anaknya. Rangga hanya akan menderita bersamanya.
"Rangga, Mama sayang banget sama, Rangga. Rangga belajar yang rajin, ya, Nak!" Aluna berbicara dari jendela, mengintip Rangga yang riang sekali bernyanyi dan bermain dengan temannya.
Aluna pergi, dia menjual cincin pernikahannya dan mencari sewa kontrakan yang murah. Membeli sedikit pakaian untuk ganti. Aluna tidak punya keluarga lagi, hanya Angkasa dan Rangga keluarganya tapi Angkasa pun mengusirnya keluar rumah.
Dalam keadaannya yang susah, Aluna berpikir untuk mencari pekerjaan. Aluna wanita yang cantik, dia menikah dengan lelaki kaya dan mapan. Selain itu Angkasa teramat sangat mencintainya. Hanya saja Aluna mempunyai Mertua dan Ipar yang tidak pernah menyukainya. Rumah tangga mereka selalu bertengkar karena fitnah dari Mertuanya. Ada saja yang membuat Aluna jelek di mata suaminya. Terkadang Aluna merasa tidak pernah melakukan itu.
Bagaimana mau melamar pekerjaan. Angkasa tidak memperbolehkan membawa apa pun. Aluna pun rela kerja apa saja, untuk menyambung hidupnya. Setidaknya sampai dia bisa mengambil data dirinya yang tinggal di rumah Angkasa. Tiga hari Aluna tinggal di kontrakan itu, dia sudah mendapatkan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga.
"Semoga, Rangga sudah datang!" Aluna menyiapkan bekal untuk anaknya, sebelum dia pergi kerja, dia akan bertemu dengan anaknya dulu. Sengaja Aluna mencari kontrakan yang dekat sekolah Rangga agar mudah mengawasi anaknya.
Tapi, Aluna malah bertemu dengan Angkasa. Angkasa menarik Aluna untuk menjauh dari tempat sekolah anaknya dan untuk pertama kali Angkasa melayangkan pukulan ke wajahnya.
"Sekarang kamu pasti senang tinggal dengan Anton." Aluna menggeleng sambil memegang pipinya yang panas, dia bahkan tidak pernah berpikir bersama dengan lelaki lain. Di dalam hatinya hanya ada Rangga dan Angkasa tapi suaminya tidak pernah percaya.
"Jangan lagi mendekati anakku, aku gak akan suka, Rangga punya ibu seperti kamu, kamu wanita rendah. Aku menyesal menikah denganmu, harusnya aku turuti apa kata Ibuku dulu, sekarang aku percaya kalau kamu itu pembohong."
"Rangga, Mama datang jemput kamu," ucap Aluna dengan wajah lelahnya di depan sekolah Rangga.Meskipun Angkasa melarang Aluna menemui anaknya, Aluna tetap mencari cara bertemu dengan Rangga. Angkasa biasanya tidak pernah sekasar ini dengan Aluna. Angkasa begitu mencintai istrinya, makanya dia tidak mendengarkan apa yang Ibu dan Kakaknya katakan. Angkasa tahu kalau Ibunya tidak pernah menyukai Aluna semenjak mereka menikah karena Aluna hanyalah anak yatim piatu yang miskin."Masuk Rangga!" Rose menarik tangan mungil Rangga agar masuk ke dalam mobil tanpa memperdulikan Aluna yang hidup terhina saat ini.Rose senang akhirnya Aluna bisa pergi dari hidup anaknya. Angkasa anaknya itu hebat, dia punya bisnis restoran di tiga tempat. Malah menikah dengan pegawai cafe yang kerja di depan restoran besarnya. Tidak bisa memilih sekali. "Gak usah datang-datang lagi, kalau masih ada muka. Gak usah lihat anak kamu, gak usah ganggu Angkasa lagi. Dia itu sudah bagus pisah dengan wanita murahan kayak k
“Kamu lagi, ngapain kesini?” Kalau dulu bertemu dengan mertuanya, Aluna akan salam, kalau sekarang, tidak lagi! Sudah banyak sebenarnya luka yang ditorehkan Rose dan Siska hanya saja tidak Aluna pikirkan dan dia pendam sendiri. Bisa saja Aluna seperti Rose yang suka mengadu yang tidak-tidak, hanya saja Aluna tidak seperti itu, dan rasanya tidak pantas menantu menjelekkan mertua. “Bu, janganlah Ibu ngomong begitu dengan Rangga, dia masih kecil, Bu. Gak ngerti dengan kata-kata selingkuh seperti itu,” ucap Aluna yang sekarang mulai berontak. Tidak terima dia dibilang selingkuh. “Memang ‘kan kamu selingkuh. Gak tahu malu, sudah dibilang gak usah dateng masih aja dateng, masih berharap Angkasa mau balik sama kamu, udahlah, gak mungkin!” Basah mata Aluna, wajahnya merah menahan emosi dalam hatinya. Ingin sekali Aluna murka di depan mertuanya ini tapi ditahan karena ini tempat ramai.“Kenapa kalau aku mau suamiku kembali? Lihat aja, Bu. Mas Angkasa akan tahu kebenaran yang sesungguhnya dan
Aluna menoleh ke pintu kontrakan. Ada seseorang yang mengetuk pintunya. Aluna membuka dan melihat siapa tamunya malam ini. "Mas Angkasa?" Aluna melihat Rangga yang tidur dalam gendongan Papanya. Aluna cepat membawanya dan menidurkan di kasurnya yang tidak seberapa. Semenjak sibuk menjalani bisnisnya, Aluna jadi jarang ke sekolah Rangga. Bukan karena dia lupa dengan anaknya, tapi dia butuh hidup. Semua ini dia lakukan untuk hidup Rangga yang lebih baik nantinya. Aluna tidak mungkin membiarkan anaknya hidup bersama dengan Rose yang bermulut jahat seperti itu. Aluna tidak mau pikiran Rangga jadi buruk.Aluna tahu, tidak baik dia berpikiran buruk seperti ini pada Mertuanya, tapi itu kenyataannya. Selama bersama dengannya, Rangga tidak pernah berteriak atau ngomong kasar. Setelah tinggal dengan Rose, Rangga mulai suka marah, cepat sekali emosi. Sedikit banyak itu pengaruh dari Mertuanya, pasti. Aluna tidak suka, saat ini dia tidak mau lagi jadi seorang Dewi yang bertahan dan terus mengala
Aluna sempatkan ke kantor Angkasa dengan membawa Rangga. Demi KTP-nya saja. Saat masuk restoran milik Angkasa dan menuju ruangannya, Angkasa sedang ada tamu. "Besok datang reuni, ya! Makasih banget traktirannya," ucap seorang wanita yang keluar dari ruangan Angkasa dengan tertawa bahkan sampai memukul lengan Angkasa dengan mesranya. "Kalau gak banyak kerjaan, aku pasti datang. Sama-sama, jangan kapok makan disini," jawab Angkasa tidak memedulikan Aluna yang sudah lima belas menit menunggu, sementara Rangga sudah berlari mengelilingi kolam ikan yang ada di restoran mewah ini. "Aku gak lama, cuma ngambil KTP aja," ucap Aluna karena pasti sudah banyak pembeli yang menunggu Aluna membuka Dapurnya. Aluna membuka usaha dapur online di rumahnya. Lumayan untuk pendapatan sehari-hari."Itu di meja!" Angkasa menyuruh Aluna sendiri yang mengambilnya.Setelah dia dapatkan, Aluna langsung pulang, dia tidak pamit karena Angkasa juga tidak peduli dengan kedatangannya. Kini, Aluna sudah bisa send
Rose terus saja merongrong Angkasa untuk bercerai dari Aluna, sejujurnya Angkasa belum memikirkan hal itu, karena dia belum punya cukup bukti untuk menuduh Aluna selingkuh dan lagi, Angkasa masih memikirkan Rangga. Aluna istri yang baik terlepas dari kejadian waktu dia melihat Aluna dan Anton berduaan di dalam kamar, pertama Anton mengenakan pakaian lengkap saat itu dan ranjang mereka tidak berantakan. Hanya saja Angkasa tetap curiga kalau memang istrinya bermain gila dengan sahabatnya itu. “Mau kemana kamu ngajak Rangga malem-malem?” tanya Rose yang saat ini sedang menginap di rumah Rangga. Ada juga Kakaknya Siska yang juga menginap, suaminya sedang keluar kota makanya Siska bisa leluasa menginap di tempat Angkasa mengajak anaknya. Siska tidak perlu kesal melihat Aluna karena wanita itu tidak ada di rumah ini. “Ada reuni sekolah, Bu. Rangga mau nginep tempat Aluna, besok juga dia libur, Aluna tadi minta buat Rangga tinggal di tempatnya,” ucap Angkasa dengan jujurnya. “Gak, gak bol
“Mas, kamu dimana? Aku di depan rumah, tolonglah bilang dengan Ibu, Rangga itu mau tidur denganku, aku mendengar suaranya menangis, gak usah ditahan, memangnya kenapa kalau Rangga, mau sama aku?” tanya Aluna dengan suara lirihnya, sakit hati sekali Aluna dengan tingkah mertuanya ini. Seolah Rangga itu lahir dari perutnya. Aluna juga melihat ada mobil Kakak Iparnya, tambah bersorak mereka berdua melihat Aluna menderita di luar. “Ya sudah kamu pulang aja, ngapain juga kamu ke rumah, Rangga kalau lihat kamu pasti nangis, kenapa selalu saja membuat pusing, aku ini sedang di luar,” jawab Angkasa dengan kesalnya. Mungkin karena mengganggu hiburan nya makanya seperti itu sekali dengan Aluna. Itulah kalau tidak ada apa-apa, tidak ada arti di mata suami. Mungkin Angkasa juga sudah tidak mencintai Aluna lagi. Itu saja yang Aluna pikirkan, sejujurnya Aluna juga bukan datang untuk mengemis cinta Angkasa. Dia sudah siap lahir dan batin untuk diceraikan oleh Angkasa, biarkan Rose bahagia melihat a
“Sering Anton datang kesini?” tanya Angkasa dan Aluna diam saja, dia tidak mau menjawab pertanyaan yang sedang menyudutkannya itu, sedang dia dan Anton saja tidak dekat. Aluna tidak tahu bagaimana perasaan Anton padanya dan juga tidak peduli terlebih dia punya suami dan juga anak. “Kenapa gak mau jawab, takut ketahuan apa yang kalian lakukan? Enak, ya, sudah pisah rumah. Jadi, bebas bisa tidur bareng kalian,” ucap Angkasa masih memojokkan Aluna, terserah Angkasa mau mengatakan apa tentangnya Aluna tidak akan peduli karena dia tidak merasa sama sekali. Semakin dia menjelaskan, semakin Angkasa katakan itu bohong. Jadi, untuk apa Aluna melakukannya. Angkasa mau percaya atau tidak untuk saat ini, itu Aluna sudah tidak peduli lagi. Sekarang fokus Aluna pada Rangga dan bisnisnya. Bagaimana Aluna bisa membawa Rangga untuk hidup yang layak. “Udah malem, Mas. Makasih udah nganter Rangga sama aku, kalau bisa seminggu ini, Rangga sama aku aja, kamu gak usah khawatir, aku gak akan kok pergi ke
Sementara Aluna kerja keras untuk mendapatkan hidup yang layak untuk dia dan Rangga, Rose terus mencari cela menjodohkan Rangga dengan anak temannya yang selalu dibanggkan Rose setiap hari. Aluna bisa melihat story yang dibuat Rose dan Siska, sepertinya wanita itu mulai mendekati Rangga dan Angkasa, pantas Angkasa sekarang jarang sekali membawa Rangga dan jarang juga menghubunginya untuk sekedar menanyakan kabar. Usaha Aluna semakin banyak dikenal orang karena dia rajin promosi dan memang makanan yang dibuatnya enak, banyak juga pesanan box untuk ulang tahun, Aluna sedang sibuk sekali tetapi sekarang sudah ada karyawan yang membantunya. “Aluna, ngapain kamu?” Aluna tidak tahu kalau rumah tempat dia mengantar pesanan kali ini adalah rumah wanita yang mau dijodohkan dengan Angkasa. “Mengantar pesanan, Bu.” Aluna melirik Angkasa yang sibuk ngobrol dan tertawa mesra dengan wanita yang Aluna tidak tahu namanya. Aluna bingung, kalau memang Angkasa ingin menikah lagi, kenapa juga dia
Ternyata setelah dekat dengan Bram, Aluna memilih menunda pernikahan mereka karena belum yakin untuk menikah kedua kalinya. Masih ada perasaan takut dalam diri Aluna tentang kegagalan pernikahan apalagi Angkasa dan Rose sekarang semakin sering mendekatinya lagi. Angkasa lebih sering mengajak Rangga keluar dan membuat Rangga tidak mau menerima Bram sebagai Ayah tirinya karena pengaruh dari Rose. Aluna selalu membujuk Rangga agar dia paham dia dan Papanya sudah tidak bisa bersama lagi."Lun, sudah setahun lebih, kapan kita menikah?" tanya Bram. Tidak masalah menunda pernikahan tetapi Aluna jangan kembali dekat dengan mantan suaminya. Bram kurang suka melihat kedekatan Aluna."Mas Bram udah gak tahan?" "Bukan aku Lun, Mama yang gak sabar lagi, Mama bilang mungkin kamu gak suka denganku, benar begitu Lun?" Aluna diam, bukan tidak suka. Dia belum siap membangun rumah tangga baru tetapi Bram tidak mau menjauh meskipun Aluna bilang mencarilah wanita yang lain dulu. "Kalau memang Mama min
Meskipun Rose sudah terlihat baik tetapi Aluna tidak lantas langsung jatuh hati kembali pada Angkasa. Semua sudah berlalu. Sekarang ada laki-laki dengan keluarga yang tulus mencintainya. Tidak melihat latar belakangnya seperti apa. Ibu mertua yang sangat baik. Rose pikir, Aluna yang tidak menyimpan dendam dengannya, itu karena masih mencintai Angkasa. Tidak, sama sekali tidak. Aluna hanya tidak ingin terlihat aneh saja, Rose itu Nenek dari Rangga. Sejelek apa pun Rose, dia bagian dari Keluarga Anaknya. Ikatan Aluna dan Angkasa sudah putus. Tidak ada yang namanya cinta lagi meskipun Angkasa juga begitu agresif mendekati Aluna. "Melamun apa?" tanya Bram yang tiba-tiba datang, padahal Restoran belum buka. Aluna sibuk melihat kolam ikan yang ada di restorannya sambil berpikir tentang hidupnya. "Gak ada, Mas. Pagi banget datang ke Restoran, kenapa?" "Oh, mau nunjukin contoh kartu undangan buat pernikahan kita, Lun. Coba lihat dulu, yang mana yang bagus dan cocok buat kita." Aluna sudah
"Kamu balik lagi aja dengan Luna, Nak?" Ada angin apa Ibunya yang dulu sangat membenci Aluna, tiba-tiba menyuruh Angkasa kembali lagi dengan Aluna. Rose tidak menyangka kalau Ulfa ternyata hanya mempermainkan Angkasa, membawa banyak harta Angkasa dan untungnya Angkasa masih bisa bertahan hingga saat ini. "Mana mau Bu, Aluna dengan Angkasa lagi. Ibu itu dulu kasar sekali dengannya, memang Ini gak dengar, Aluna sekarang sedang dekat dengan laki-laki, perhatian dan sayang dengannya, aku lihat foto mereka liburan bersama dengan Rangga, Aluna bahkan di peluk oleh Ibu kekasihnya, gak seperti Ibu yang selalu memusuhinya," ucap Angkasa dengan sinis. Karena Ibunya, rumah tangga Angkasa hancur, yang kedua juga hancur. Dia belum ingin menikah lagi, Angkasa masih senang sendiri, menikmati hari-harinya dengan bekerja dan jalan dengan Rangga. Menyesal dia meninggalkan Aluna. Untungnya bisnisnya kembali berdiri. Kali ini Angkasa tidak ingin memikirkan wanita. Hatinya masih memikirkan Aluna, Aluna
Meskipun tidak disukai oleh orang tua Bram, Bram tetap saja membawa Aluna ke pertemuan-pertemuan keluarga. Bram tau kalau sekali bertemu belum tentu Keluarganya senang. Kali ini Aluna ikut masak-masak dirumah mewah Bram. Dia membuat ikan bakar, banyak keluarga yang akan datang nanti, Mama Bram memang tidak suka membeli makanan di restoran. Dia lebih suka masakan tangan. "Udah biasa masak?" tanya Mama Bram. "Iya, Bu. Aluna buka Restoran, ini lagi bangun juga, supaya tempatnya sedikit besar," ucap Aluna. Dia bukan mau sombong tetapi Mama Bram harus tahu kalau dia mendekati Bram bukan karena harta, dia juga punya usaha dan usahanya tidak kecil. Aluna sangat pintar mengolah masakan dan sambal buatannya juga enak, makanya rumah makannya laris. "Mama ini suka banget ikan bakar, Lun. Mama udah ngiler lihat ikan bakar kamu," ucap Mama Bram sambil melihat tetesan bumbu ikan bakar yang sedang Aluna kipas ikannya itu. Aluna membuat sendiri dengan tangannya. "Ada yang udah jadi, Bu. Aluna su
Seperti yang Aluna pikirkan, orang tua Bram tidak menyukainya. Masalahnya Aluna ini janda, Bram itu jejaka, belum pernah menikah meski mengasuh Milano. "Mas, aku bukan gak mau ikut makan malam sama Keluarga kamu, masalahnya Ibu kamu semalam telepon, habis pertemuan kita kemarin, aku sudah ceritakan." Bram sudah tahu semua itu, masalahnya Bram cocok dengan Aluna, dia sudah pernah punya anak dan pasti tidak masalah kalau Bram mengajak Milano sedangkan kalau dia mendapatkan gadis, mereka keberatan dengan adanya Milano dan sulit mencari wanita yang tulus saat ini. "Aku udah bilang dengan Ibu, aku yang jalani, aku akan terima kamu apa adanya, gak peduli kamu janda atau gak, aku yang jalani nantinya, Lun."Pernikahan tidak semudah itu, bukan masalah mereka berdua yang menjalani hubungan ini. Mereka punya keluarga yang harus disatukan. Kalau belum apa-apa saja, Aluna sudah tidak disetujui. Aluna jelas akan menyerah. "Gimana ya, Mas. Aku cerai dengan Mas Angkasa itu karena orang tuanya ti
Sepanjang jalan menuju Bekasi, Aluna hanya diam saja di dalam mobil, dia sedang memikirkan nasib mantan suaminya. Menyedihkan sekali kalau apa yang dikatakan oleh orang itu benar, Ulfa jalan dengan laki-laki lain, padahal Ulfa begitu dekatnya dengan Angkasa saat itu. "Kenapa, Lun?" tanya Bram sambil melirik Aluna yang melamun. Aluna terkejut mendengar suara Bram dan langsung menggeleng saja."Gak ada, Mas. Masih lama, ya?" tanya Aluna. "Sebentar lagi sampai, nanti ada orang tuaku, aku kenalkan kamu ke mereka." Aluna tidak siap, tetapi tidak apa, toh dia dan Bram tidak ada hubungan cinta apa pun, hanya teman biasa saja. Aluna sadar kalau dirinya janda, sedangkan Bram masih perjaka, Milano bukan anaknya tetapi anak Kakaknya yang meninggal dunia karena kecelakaan dengan istrinya. Bram yang menjaga Milano dari tiga tahun yang lalu. Bahkan karena itu, dia belum punya pasangan sampai sekarang. Sampai di hotel tempat acara, banyak sekali keluarga Bram. Mereka berjalan bersebelahan tetapi
Percuma saja, Aluna sudah tidak ada perasaan lagi pada Angkasa. Aluna juga tidak lagi berharap kembali kepada mantan suaminya. Aluna ingat Rose saja sudah membuatnya lelah sekali. Meskipun dia sangat cinta mati dengan Angkasa, kalau ingat Rose yang selalu jahat dengannya, cinta itu perlahan sirna. "Denger-denger, Siska anak Rose, suaminya ketangkap basah di hotel selingkuh dengan teman kantornya." Aluna mendapatkan cerita ini dari tetangga mertuanya yang sedang mampir di restorannya."Kamu denger gak Aluna?" Aluna tersenyum tidak enak, masalahnya Aluna tidak lagi mengurusi masalah rumah tangga mantan suaminya, nomornya saja sudah tidak Aluna simpan demi kesehatan mental dan pikirannya. Menjadi janda tidaklah mudah bagi Aluna. Dia mendapatkan nyinyiran dari banyak pihak. Aluna terima saja, orang yang mengumpat dan menjelekkannya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Gak denger, Bu. Aluna sibuk ngurus dapur," jawab Aluna masih duduk di meja kasir. Dia yang menjaga kasir. Rangga di
Kehidupan baru Aluna dimulai, sekarang dia mulai menutup semua kenangan indah bersama Angkasa. Memperbaiki dirinya menjadi lebih baik lagi, sebagai seorang janda yang mempesona, banyak sekali saat ini yang mendekati Aluna bahkan mantan suaminya sendiri sering mengirim pesan pada Aluna dan mengeluh tentang istri barunya. Heran saja Aluna. "Angkasa ini kenapa sih?" Aluna sedang sibuk membangun restorannya yang baru, kebetulan dia mendapatkan donatur dan ikut berbagi keuntungan dengan Aluna, orang itu tidak lain adalah Bram. Bukan hanya Bram saja yang mendekati Aluna, teman Angkasa yang merusak rumah tangganya juga gencar sekali mendekati Aluna. Hanya saja tidak ada yang Aluna tanggapi karena dia masih belum memikirkan pernikahan untuk saat ini. Baru saja Aluna sibuk membalas pesan pelanggannya, Angkasa kembali menghubunginya. "Kenapa, Mas?" Aluna masih baik, bagaimanapun Angkasa adalah Ayah dari anaknya, meskipun mereka berpisah, Aluna tidak mau putus hubungan dengan Angkasa karena
Aluna menunggu Rangga selesai dibereskan. Dia duduk di ruang tamu dan terus mendengar pertengkaran Ulfa dan Rose. Baru saja menikah sudah konflik dan itu tentang uang lagi, harusnya Rose tidak perlu ikut campur masalah mahar seperti ini tetapi seperti kata Aluna. Dia hanya ingin menonton akhir dari Mertua nerakanya dan mantan suaminya yang penurut. Sebenarnya Angkasa dulu tidak menuruti seperti ini, tidak tahu kenapa semenjak kejadian fitnah itu, Angkasa lebih percaya dengan apa yang dikatakan orang tuanya daripada istrinya sendiri. "Lun, makan dulu!" Angkasa pusing mendengar ocehan Ulfa dan Rose di dalam kamar, dia menemui Aluna yang duduk sendirian tanpa malu dicibir oleh keluarga Angkasa. Aluna mengambil anaknya, bukan main peduli urusan rumah tangga orang. Terserahlah itu! "Udah Mas tadi sama Mas Bram makan dulu," jawab Aluna bohong. Jangan sampai Angkasa ini tidak tahu kalau dia juga sudah punya lelaki yang menyukainya. "Gak disuruh masuk?" "Oh, gak usah bentar doang, cuma n