“Pa, ini adalah urusanku dan Papa tidak berhak untuk ikut campur!”Bayu bukan bermaksud tidak sopan. Ia tidak membentak. Nadanya hanya penuh penekanan dan ketegasan dalam tiap kata yang dia ucap. Berharap pria tua itu mau mengerti dan mendengarkannya.Bayu tidak habis pikir bahwa pemikiran Aryo akan mempersulit geraknya saat ini bahkan untuk berdekatan dengan gadisnya.Sekarang bahkan Rinata seolah juga ikut menjauhi dirinya setelah sebelumnya semua baik-baik saja. Sebenarnya bukan hanya Aryo, tapi masih banyak faktor yang semakin mempersulit hubungan mereka. Kehadiran bocah tengik—Dandy, bagi Bayu. Pernikahannya dengan Ara dan juga gadisnya bahkan sekarang seolah tidak menginginkan hubungan ini lagi. Hal ini membuatnya cukup frustasi dan mulai berani untuk mengambil tindakan mengonfrontasi Aryo, setelah sebelumnya ia dapat dikatakan cukup penurut.“Sudah Papa katakan, hakmu sebagai wali sah adikmu sudah tidak berlaku semenjak kau memiliki perasaan itu untuknya.”“Dia bukan adikku dan
Range Rover hitam itu melaju dengan cepat membelah jalanan ibukota yang padat ketika langit mulai gelap.“Aku rasa sebaiknya kita kembali. Papa pasti akan mencari kita dan Dandy pasti sudah memberi tahu Papa..”Tepat bersamaan dengan itu, mobil mendecit di salah satu unit apartemen mewah di bilangan ibukota.Bayu tidak akan menggubris apa yang dikatakan oleh Rinata. Baginya itu semua tidak penting. Baginya yang terpenting saat ini adalah tidak membiarkan gadisnya jatuh ke tangan Dandy.Membantu Rinata melepas seatbeltnya, Bayu turun mengitari mobilnya dan membukakan pintu mobil menuntun gadis itu menuju ke unit apartemen tersebut dengan menaiki sebuah private lift.“Katakan padanya aku ada urusan ke luar kota sampai besok siang Aku tidak ingin diganggu malam ini.”Rinata terhenyak mendengar percakapan Bayu ditelpon sesaat setelah mereka memasuki lift dan ponsel Bayu berdering.Perasaan gugup itu hadir. Jantungnya berpacu lebih cepat dan wajahnya sesaat memerah. Namun, bukan saatnya un
“Apa kau menyukainya?”Tanya Bayu bersedekap menyilangkan kakinya memberi kesan angkuh yang kentara bagi Rinata dan itu membuatnya ciut sesaat.“Ya, tentu saja. Dandy baik dan..”“Dia adalah seorang Pieterson..” sela Bayu membuat Rinata sedikit tersinggung meskipun memang itulah kenyataannya tentang seorang Dandy. Tapi ia tidak menyangka jika penilaian itu akan datang dari seorang Bayu dan itu membuat hatinya pilu.“Itu nilai plus dirinya.” Rinata berusaha untuk terlihat yakin dan mantap seolah ia sedang menyakinkan dirinya sendiri saat ini.“Intinya aku akan menikah dengannya dan keluar dari Dirgantara. Maka aku rasa semua akan baik-baik saja.”“Jadi itu alasanmu ingin menikahinya?”Rinata terkesiap. Ia tanpa sadar menyebutkan apa yang menjadi isi pikirannya pada Bayu sesaat setelah kepergiaan Bayu dari kantor Dandy tadi siang.“Tentu saja bukan! Aku mencintai Dandy.. jadi aku.. akan menikahinya.”Bayu sedikit merasa tidak sabar dengan penjelasan ini. Ia mengangkat tubuhnya dan mulai
Rinata terlonjak. Dari mana pemikiran itu? Ia bahkan tidak tahu bahwa ujungnya akan berupa suatu penahanan. Pemikiran soal menjadi seorang simpanan tiba-tiba saja menyeruak dalam dirinya. Sesak itu kembali menyerang.“Kau tidak mengatakan bahwa aku harus tinggal di sini setelah menerima ajakanmu menikah.”“Kita tidak akan berdebat tentang ini. Yang terbaik bagimu adalah tetap berada di sini! Bersamaku!”“Kau tidak bisa menahanku di sini, Kak! Aku mempunyai kehidupan dan ada banyak hal yang harus aku lakukan di luar sana.”Kali ini ia berusaha mengumpulkan tenaganya untuk mendebat Bayu walaupun Bayu tidak akan pernah menerima perdebatan dengan dirinya saat ini.“Maksudmu dengan kehidupan adalah Dandy dan juga Papa, bukan?”Rinata terdiam. Ia pikir menerima ajakan menikah Bayu akan membantunya untuk terlepas sementara dari kungkungan kakak tirinya semalam dan membebaskan dirinya dalam tawanan Bayu. Ternyata itu adalah pemikiran yang salah. Ia hanya merespon cepat jawaban Bayu. Hatinya t
“Bagaimana keadaannya?” Bayu mulai bersitatap dengan berkas-berkas di atas meja kerjanya sementara berbincang dengan Sean yang tampak santai duduk di hadapannya.“Kurasa ia tidak apa-apa. Hanya gejala lambung. Aku sudah meresepkannya obat dan vitamin. Apa ia makan dengan benar belakangan?”“Dia meminum 3 botol soda dua hari sebelumnya dan kemarin ia baru saja di opname.” “Luar biasa!!” Sean bertepuk tangan keras dan itu membuat Bayu mengernyit tidak mengerti dengan reaksi Sean tapi pada akhirnya tetap berfokus pada pekerjaannya yang baru diantarkan tengah malam kemarin oleh Rex.“Untuk pasien yang memiliki gejala lambung dia meminum 3 botol soda sendirian itu sama saja dengan bunuh diri. Apa ia tidak tahu dengan penyakitnya?” “Kurasa ia tahu.” Bayu paham bahwa itu membahayakan dan ia juga tidak mengerti hal bodoh itu bisa dilakukan oleh Rinata. “Dan apa pemicunya?” Bayu menggeleng sama-sama tidak mengerti. “Bukan kau, kan?” Bayu tersentak sesaat dan mengingat kembali kejadian
Wanita itu tampak berbinar ketika Rinata berhasil mengenalinya dan langsung berlari menghambur melakukan pelukan singkat pada Rinata. Rinata mengenali wanita itu sebagai Elia karena memo singkat Bayu tapi ia tidak mengenali pria di belakang Elia. Elia sepertinya menyadari hal itu dan ia dengan cepat memperkenalkan pria itu pada Rinata. “Ini Dion dan ia yang akan bertanggung jawab terhadap keamanan penthouse mulai hari ini. Tenang saja ia akan berjaga di luar.” Terang Elia lalu beranjak pergi ke dapur dan mulai mengisi stok groceries ke dalam kulkas diikuti Dion yang meletakkan beberapa kantong belanjaan di meja tengah depan tungku pembakaran dan beranjak menghampiri Elia ke dapur, meletakkan sisa kantong lainnya di sana. Kemudian ia undur diri dan pergi keluar. Sementara, Elia sangat cekatan merapikan groceries tersebut dan menyusunnya dengan sangat rapi di kulkas dan mulai mengisi persediaan stok lainnya seperti roti, selai, dll di pantry. Sepertinya ia sudah sangat hapal dengan
“Wowowo.. ini enak Rinata!” Tukas Elia terdengar sangat antusias saat menyantap makan malamnya bersama Rinata malam ini. Berdasarkan bahan yang di bawa Elia siang tadi Rinata memutuskan hanya membuat sup jagung, ayam panggang, salad segar dan sebagai pelengkap ia membuat pasta. “Aku senang kau menyukainya, Elia.” Mata Elia membulat dan ia tampak menikmati makanan di hadapannya dan itu membuat Rinata merasa puas. “Aku tidak tahu bahwa kau bisa memasak?” Rinata mengernyit. “Apa kau perlu tahu hal itu?” “Yaa setidaknya seharusnya Bayu bercerita.” “Apa ia perlu bercerita?” “Ya.. dia selalu menceritakanmu pada kami. Secara tidak langsung.” “Kami?” “Ya. Aku dan Sean.” Elia memutar matanya malas. Seolah malas hanya sekadar untuk menyebutkan nama Sean.“Kau mengenal Sean?” “Ya. Tentu saja! Kami teman lama di sekolah dulu.” Pantas saja Sean seperti mengenal dirinya waktu itu. Apa Bayu benar-benar menyukainya? Apakah perasaannya selama ini ternyata bukan cinta sebelah pihak semata?
Setelah kejadian makan malam itu, Rinata mencoba untuk bersikap biasa saja. Berusaha menyakinkan Bayu bahwa ia tidak akan melarikan diri. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama dengan bercerita. Rinata kembali menemukan kenyamanannya bersama Bayu dan perlahan kekhawatirannya mulai memudar dalam waktu yang singkat. Tak bisa dipungkiri bahwa perasaannya pada Bayu sulit untuk dihilangkan. Apalagi dengan banyaknya waktu yang mereka habiskan berdua. Bayu memanjakannya. Menjadikannya ratu di sana. Sementara Bayu bekerja, maka Elia yang akan hadir menemaninya. Elia mulai mengisi kekosongannya dengan hadir sebagai seorang kakak. Ia akan mengajarkan Rinata merias diri, membantunya memilih gaya dan padu padan yang sesuai untuk dirinya. Sebagai gantinya, Rinata mengajarinya memasak dan itu menyenangkan. Rinata hampir melupakan rencananya dengan Dandy dan niatannya untuk kabur dari Bayu jika saja siang itu ia tidak sengaja menyetel saluran televisi yang menayangkan berita saat ini. Elia seda