Range Rover hitam itu melaju dengan cepat membelah jalanan ibukota yang padat ketika langit mulai gelap.“Aku rasa sebaiknya kita kembali. Papa pasti akan mencari kita dan Dandy pasti sudah memberi tahu Papa..”Tepat bersamaan dengan itu, mobil mendecit di salah satu unit apartemen mewah di bilangan ibukota.Bayu tidak akan menggubris apa yang dikatakan oleh Rinata. Baginya itu semua tidak penting. Baginya yang terpenting saat ini adalah tidak membiarkan gadisnya jatuh ke tangan Dandy.Membantu Rinata melepas seatbeltnya, Bayu turun mengitari mobilnya dan membukakan pintu mobil menuntun gadis itu menuju ke unit apartemen tersebut dengan menaiki sebuah private lift.“Katakan padanya aku ada urusan ke luar kota sampai besok siang Aku tidak ingin diganggu malam ini.”Rinata terhenyak mendengar percakapan Bayu ditelpon sesaat setelah mereka memasuki lift dan ponsel Bayu berdering.Perasaan gugup itu hadir. Jantungnya berpacu lebih cepat dan wajahnya sesaat memerah. Namun, bukan saatnya un
“Apa kau menyukainya?”Tanya Bayu bersedekap menyilangkan kakinya memberi kesan angkuh yang kentara bagi Rinata dan itu membuatnya ciut sesaat.“Ya, tentu saja. Dandy baik dan..”“Dia adalah seorang Pieterson..” sela Bayu membuat Rinata sedikit tersinggung meskipun memang itulah kenyataannya tentang seorang Dandy. Tapi ia tidak menyangka jika penilaian itu akan datang dari seorang Bayu dan itu membuat hatinya pilu.“Itu nilai plus dirinya.” Rinata berusaha untuk terlihat yakin dan mantap seolah ia sedang menyakinkan dirinya sendiri saat ini.“Intinya aku akan menikah dengannya dan keluar dari Dirgantara. Maka aku rasa semua akan baik-baik saja.”“Jadi itu alasanmu ingin menikahinya?”Rinata terkesiap. Ia tanpa sadar menyebutkan apa yang menjadi isi pikirannya pada Bayu sesaat setelah kepergiaan Bayu dari kantor Dandy tadi siang.“Tentu saja bukan! Aku mencintai Dandy.. jadi aku.. akan menikahinya.”Bayu sedikit merasa tidak sabar dengan penjelasan ini. Ia mengangkat tubuhnya dan mulai
Rinata terlonjak. Dari mana pemikiran itu? Ia bahkan tidak tahu bahwa ujungnya akan berupa suatu penahanan. Pemikiran soal menjadi seorang simpanan tiba-tiba saja menyeruak dalam dirinya. Sesak itu kembali menyerang.“Kau tidak mengatakan bahwa aku harus tinggal di sini setelah menerima ajakanmu menikah.”“Kita tidak akan berdebat tentang ini. Yang terbaik bagimu adalah tetap berada di sini! Bersamaku!”“Kau tidak bisa menahanku di sini, Kak! Aku mempunyai kehidupan dan ada banyak hal yang harus aku lakukan di luar sana.”Kali ini ia berusaha mengumpulkan tenaganya untuk mendebat Bayu walaupun Bayu tidak akan pernah menerima perdebatan dengan dirinya saat ini.“Maksudmu dengan kehidupan adalah Dandy dan juga Papa, bukan?”Rinata terdiam. Ia pikir menerima ajakan menikah Bayu akan membantunya untuk terlepas sementara dari kungkungan kakak tirinya semalam dan membebaskan dirinya dalam tawanan Bayu. Ternyata itu adalah pemikiran yang salah. Ia hanya merespon cepat jawaban Bayu. Hatinya t
“Bagaimana keadaannya?” Bayu mulai bersitatap dengan berkas-berkas di atas meja kerjanya sementara berbincang dengan Sean yang tampak santai duduk di hadapannya.“Kurasa ia tidak apa-apa. Hanya gejala lambung. Aku sudah meresepkannya obat dan vitamin. Apa ia makan dengan benar belakangan?”“Dia meminum 3 botol soda dua hari sebelumnya dan kemarin ia baru saja di opname.” “Luar biasa!!” Sean bertepuk tangan keras dan itu membuat Bayu mengernyit tidak mengerti dengan reaksi Sean tapi pada akhirnya tetap berfokus pada pekerjaannya yang baru diantarkan tengah malam kemarin oleh Rex.“Untuk pasien yang memiliki gejala lambung dia meminum 3 botol soda sendirian itu sama saja dengan bunuh diri. Apa ia tidak tahu dengan penyakitnya?” “Kurasa ia tahu.” Bayu paham bahwa itu membahayakan dan ia juga tidak mengerti hal bodoh itu bisa dilakukan oleh Rinata. “Dan apa pemicunya?” Bayu menggeleng sama-sama tidak mengerti. “Bukan kau, kan?” Bayu tersentak sesaat dan mengingat kembali kejadian
Wanita itu tampak berbinar ketika Rinata berhasil mengenalinya dan langsung berlari menghambur melakukan pelukan singkat pada Rinata. Rinata mengenali wanita itu sebagai Elia karena memo singkat Bayu tapi ia tidak mengenali pria di belakang Elia. Elia sepertinya menyadari hal itu dan ia dengan cepat memperkenalkan pria itu pada Rinata. “Ini Dion dan ia yang akan bertanggung jawab terhadap keamanan penthouse mulai hari ini. Tenang saja ia akan berjaga di luar.” Terang Elia lalu beranjak pergi ke dapur dan mulai mengisi stok groceries ke dalam kulkas diikuti Dion yang meletakkan beberapa kantong belanjaan di meja tengah depan tungku pembakaran dan beranjak menghampiri Elia ke dapur, meletakkan sisa kantong lainnya di sana. Kemudian ia undur diri dan pergi keluar. Sementara, Elia sangat cekatan merapikan groceries tersebut dan menyusunnya dengan sangat rapi di kulkas dan mulai mengisi persediaan stok lainnya seperti roti, selai, dll di pantry. Sepertinya ia sudah sangat hapal dengan
“Wowowo.. ini enak Rinata!” Tukas Elia terdengar sangat antusias saat menyantap makan malamnya bersama Rinata malam ini. Berdasarkan bahan yang di bawa Elia siang tadi Rinata memutuskan hanya membuat sup jagung, ayam panggang, salad segar dan sebagai pelengkap ia membuat pasta. “Aku senang kau menyukainya, Elia.” Mata Elia membulat dan ia tampak menikmati makanan di hadapannya dan itu membuat Rinata merasa puas. “Aku tidak tahu bahwa kau bisa memasak?” Rinata mengernyit. “Apa kau perlu tahu hal itu?” “Yaa setidaknya seharusnya Bayu bercerita.” “Apa ia perlu bercerita?” “Ya.. dia selalu menceritakanmu pada kami. Secara tidak langsung.” “Kami?” “Ya. Aku dan Sean.” Elia memutar matanya malas. Seolah malas hanya sekadar untuk menyebutkan nama Sean.“Kau mengenal Sean?” “Ya. Tentu saja! Kami teman lama di sekolah dulu.” Pantas saja Sean seperti mengenal dirinya waktu itu. Apa Bayu benar-benar menyukainya? Apakah perasaannya selama ini ternyata bukan cinta sebelah pihak semata?
Setelah kejadian makan malam itu, Rinata mencoba untuk bersikap biasa saja. Berusaha menyakinkan Bayu bahwa ia tidak akan melarikan diri. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama dengan bercerita. Rinata kembali menemukan kenyamanannya bersama Bayu dan perlahan kekhawatirannya mulai memudar dalam waktu yang singkat. Tak bisa dipungkiri bahwa perasaannya pada Bayu sulit untuk dihilangkan. Apalagi dengan banyaknya waktu yang mereka habiskan berdua. Bayu memanjakannya. Menjadikannya ratu di sana. Sementara Bayu bekerja, maka Elia yang akan hadir menemaninya. Elia mulai mengisi kekosongannya dengan hadir sebagai seorang kakak. Ia akan mengajarkan Rinata merias diri, membantunya memilih gaya dan padu padan yang sesuai untuk dirinya. Sebagai gantinya, Rinata mengajarinya memasak dan itu menyenangkan. Rinata hampir melupakan rencananya dengan Dandy dan niatannya untuk kabur dari Bayu jika saja siang itu ia tidak sengaja menyetel saluran televisi yang menayangkan berita saat ini. Elia seda
Rinata beringsut memeluk erat tubuh di sampingnya. Ia merasakan kenyamanan dari aliran panas tubuh yang dirasakannya beberapa hari belakangan ini. Mengingat bahwa musim penghujan membuat suhu di ruangan bertambah lembab dan juga dingin. Saat ia menyadari tangan kekar itu, ia terperanjat bangun."Kakak! Kau menyusup lagi ke kamarku!" Bayu mengerjapkan matanya beberapa kali dan terbangun dalam keadaan yang berantakan saat tangannya menyusup masuk ke saku celana tidurnya di bawah selimut yang menutupi tubuh keduanya."Aku ingin memberikanmu ini, Sayang."Sebuah kalung liontin dengan batu zamrud membentuk ukiran semanggi berdaun tiga dengan sebuah tangkai emas menjuntai dari tangannya. Rinata menatap pada bentuk kalung indah tersebut. Merasa terpana. Selain karena bentuknya yang unik juga warnanya yang memberikan keteduhan."Aku ingin kau memakainya, Sayang. Ini hadiah pertamaku untukmu dan masih banyak kejutan lain nantinya."Rinata belum sempat berucap apa-apa ketika Bayu memakaikan be
"BUK!"Satu pukulan telak tepat menghantam muka Bayu. Membuat sudut kiri bibirnya berdarah tapi tidak cukup kuat untuk membuatnya oleng. Rinata tersentak dan dengan cepat genggaman tangan Bayu pada tangannya terlepas. Hanya butuh waktu singkat bagi Bayu mendeteksi serangan itu dan menghantam balik wajah pelaku yang memukulnya. "Rex! Bawa Rinata pergi terlebih dahulu." Pinta Bayu cepat setelah orang yang dipukulnya tersungkur dan sebuah memar meninggalkan bekas gesekan di pipi kiri orang tersebut."Tidak! Kim!"Langkah Rex terhenti. Ia sudah merangkul Rinata tapi ia harus berhadapan dengan Kim saat ini. diiringi oleh para bodyguard Kim yang mengikuti di belakang."Tim satu! Kami membutuhkan kalian saat ini!"Dengan cepat Rex berbicara melalui earpiece-nya. Selang tak berapa lama tim satu yang merupakan tim keamanan khusus yang berada tak jauh dari sana telah hadir. Mereka saling berhadapan tapi belum mulai beradu pukulan kembali."Kau ingin pers melihat semua ini? Kau ingin mereka me
“Kim..” Dengan cepat Dandy memanggil Kim yang berdiri tidak jauh darinya untuk mendekat. “Urus para pers. Katakan bahwa waktu untuk meliput telah selesai. Rinata tidak sedang dalam kondisi yang baik.” Pinta Dandy dengan suara yang pelan namun tetap penuh wibawa. “Tapi puncak acara malam ini?” Dandy mendelik padanya dengan tajam. Pertanda bahwa keputusannya tidak bisa dibantah. Kim mengangguk dan undur diri. Berikutnya ia menemui kerumuman para pers diikuti juru bicara yang mewakili Dirgantara dan juga Pieterson. Bayu memperhatikan hal itu dan ia tidak berusaha menyela menyadari bahwa keputusan Dandy saat ini adalah yang terbaik untuk melindungi Rinata. “Nak, bukankah lidahmu tergigit?” Aryo dengan cepat menyela percakapan Rinata dan Armenita. Tidak lagi mempersoalkan masalah pers yang telah Dandy usir keluar. Pintu Gedung aula pun tertutup menyisakan hanya hingar bingar tamu undangan di tempat duduknya masing-masing. “Oh ya Papa.. kau benar.. lidahku tergigit.” Tak berapa la
Para pramusaji mulai mengeluarkan hidangan dan mulai menyuguhkannya ke meja para tamu undangan. Konsep ini sedikit berbeda dengan pesta penyambutan kemarin.Jika pesta penyambutan sebelumnya para tamu undangan dipersilakan mengambil hidangan mereka sendiri, maka untuk konsep pesta kali ini para tamu undangan dipersilakan untuk menempati meja masing-masing dan menunggu pramusaji yang menyajikan hidangan mereka.Beberapa hidangan mulai tersuguh, mulai dari seafood, daging, sup, salad, buah-buahan, dessert hingga menu-menu terbaik yang diantarkan ke meja masing-masing.Namun, sebaik apapun menu yang tersaji di sana Rinata tidak tertarik. Perutnya tidak terasa lapar dan mulutnya bahkan terasa kesulitan untuk menelan makanan-makanan tersebut."Apa yang kau lakukan belakangan, Bayu?" Tanya Aryo di sela-sela kenikmatan santapan makan malam mereka."Menculik seseorang kurasa." Sindir Dandy terkesan sarkastik dan tanpa rasa bersalah sedikitpun memakan potongan daging di piringnya.Bayu terseny
"Anakku, kau akhirnya muncul?"Aryo menyambut Dandy dan Rinata bersama. Ia terlihat begitu bahagia seakan-akan dari pelupuk matanya akan keluar air mata."Hallo, Pa."Keduanya saling memberikan pelukan rindu."Kau baik-baik saja, Nak?"Rinata mengangguk tak berani membuka suara saat tatapannya dan Bayu kembali bertemu. Rinata yang memutus terlebih dahulu kontak matanya dan Rinata tahu diam-diam Bayu menggeram marah padanya."Apa yang terjadi sebenarnya ini?" Tanya Salma. Kehadirannya selalu paling mencolok di antara keluarga Dirgantara lainnya."Kau tidak bisa lagi ditemui setelah pertemuan di kantor dan kau menghilang, huh!" Salma mendecak sinis. Menatap pada Rinata tidak suka dan meremehkan."Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi," Sambung Radian terdengar begitu acuh, "Tapi kau menghilang begitu saja. Para dewan direksi akan menganggap kau tidak becus dalam memimpin." Tambah Radian lagi terdengar tidak suka. "Apalagi di masa-masa kepemimpinan awalmu." "Dia ada bersamaku." Se
"I'm sorry to say.. Rinata menghilang!" Suara di seberang membuyarkan alur berpikir pria itu ketika sedang fokus mengerjakan tugas-tugas kantornya yang menumpuk di atas meja. Kepergiannya dari Dirgantara tak lantas membuat status kepemimpinannya lepas dari dirinya. Tidak sebagai Alexandre."Kau bilang apa El?" Pria itu menggeram marah dan bangkit dari kursi kebesarannya.Pria itu memandang pria kaku yang berdiri di sampingnya. Pria kaku itu mengangguk seolah mengerti."Bukankah aku sudah mengingatkanmu. Tetap berada di sisinya. Apa fungsinya kau dan Dion jika kalian tidak becus dengan semua tugas yang kuberikan!" maki pria itu dengan nada merendahkan yang amat kentara.Sementara suara wanita di seberang terdengar bergetar, panik, mencoba membela diri."Kami juga sedang mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi di sini. Petugas keamanan di Peferta melapor, seseorang menabrak mobil kami saat tengah terparkir di halaman Peferta. Aku pikir itu hanya kejadian biasa. Aku dan Dion mencoba me
"Silakan Nona, sebelah sini." Thalia wanita tinggi semampai itu mengarahkan Rinata dan Elia menuju ruangan tempat gaun itu disimpan. "Ini adalah pesanan Tuan Bayu Dirgantara dari sekitar sebulan yang lalu.""Sebulan yang lalu?" Rinata dan Elia sama-sama terperanjat."Betul. Biar saya jelaskan sedikit. Bahan utama gaun ini bermodel salur. Tuan Bayu ingin gaun ini menjadi gaun yang sopan tetapi anggun dan juga elegan serta tampak mewah bersamaan. Modelnya akan dibuat membentuk badan pada bagian pinggang ke atas tanpa mengeskpos belahan dada dan hanya terbuka pada bagian bahu saja. Sementara berlian Swarovski kecil akan membentuk pola gaun bagian atasnya."Rinata dan Elia saling mengangguk. Elia masih tampak antusias dan terlihat mengerti keinginan Bayu sementara Rinata masih takjub dengan gaun pengantin pesanan Bayu tersebut."Sementara bagian bawah gaun, dibuat mengembang dengan pola salur yang mengkilat sederhana."Sekali lagi Rinata hanya mengangguk dan mengagumi pemandangan desai
Rinata beringsut memeluk erat tubuh di sampingnya. Ia merasakan kenyamanan dari aliran panas tubuh yang dirasakannya beberapa hari belakangan ini. Mengingat bahwa musim penghujan membuat suhu di ruangan bertambah lembab dan juga dingin. Saat ia menyadari tangan kekar itu, ia terperanjat bangun."Kakak! Kau menyusup lagi ke kamarku!" Bayu mengerjapkan matanya beberapa kali dan terbangun dalam keadaan yang berantakan saat tangannya menyusup masuk ke saku celana tidurnya di bawah selimut yang menutupi tubuh keduanya."Aku ingin memberikanmu ini, Sayang."Sebuah kalung liontin dengan batu zamrud membentuk ukiran semanggi berdaun tiga dengan sebuah tangkai emas menjuntai dari tangannya. Rinata menatap pada bentuk kalung indah tersebut. Merasa terpana. Selain karena bentuknya yang unik juga warnanya yang memberikan keteduhan."Aku ingin kau memakainya, Sayang. Ini hadiah pertamaku untukmu dan masih banyak kejutan lain nantinya."Rinata belum sempat berucap apa-apa ketika Bayu memakaikan be
Setelah kejadian makan malam itu, Rinata mencoba untuk bersikap biasa saja. Berusaha menyakinkan Bayu bahwa ia tidak akan melarikan diri. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama dengan bercerita. Rinata kembali menemukan kenyamanannya bersama Bayu dan perlahan kekhawatirannya mulai memudar dalam waktu yang singkat. Tak bisa dipungkiri bahwa perasaannya pada Bayu sulit untuk dihilangkan. Apalagi dengan banyaknya waktu yang mereka habiskan berdua. Bayu memanjakannya. Menjadikannya ratu di sana. Sementara Bayu bekerja, maka Elia yang akan hadir menemaninya. Elia mulai mengisi kekosongannya dengan hadir sebagai seorang kakak. Ia akan mengajarkan Rinata merias diri, membantunya memilih gaya dan padu padan yang sesuai untuk dirinya. Sebagai gantinya, Rinata mengajarinya memasak dan itu menyenangkan. Rinata hampir melupakan rencananya dengan Dandy dan niatannya untuk kabur dari Bayu jika saja siang itu ia tidak sengaja menyetel saluran televisi yang menayangkan berita saat ini. Elia seda
“Wowowo.. ini enak Rinata!” Tukas Elia terdengar sangat antusias saat menyantap makan malamnya bersama Rinata malam ini. Berdasarkan bahan yang di bawa Elia siang tadi Rinata memutuskan hanya membuat sup jagung, ayam panggang, salad segar dan sebagai pelengkap ia membuat pasta. “Aku senang kau menyukainya, Elia.” Mata Elia membulat dan ia tampak menikmati makanan di hadapannya dan itu membuat Rinata merasa puas. “Aku tidak tahu bahwa kau bisa memasak?” Rinata mengernyit. “Apa kau perlu tahu hal itu?” “Yaa setidaknya seharusnya Bayu bercerita.” “Apa ia perlu bercerita?” “Ya.. dia selalu menceritakanmu pada kami. Secara tidak langsung.” “Kami?” “Ya. Aku dan Sean.” Elia memutar matanya malas. Seolah malas hanya sekadar untuk menyebutkan nama Sean.“Kau mengenal Sean?” “Ya. Tentu saja! Kami teman lama di sekolah dulu.” Pantas saja Sean seperti mengenal dirinya waktu itu. Apa Bayu benar-benar menyukainya? Apakah perasaannya selama ini ternyata bukan cinta sebelah pihak semata?