“Kau tidak apa-apa, Sayang?”“Aku tidak apa-apa, Pa. Lalu siapa yang mengungkapkan perasaannya itu?” Raut wajah Safira terlihat penasaran dan juga tegang secara bersamaan.“Dandy anakku. Ia bilang ia menyukai Rina.” Jelasnya membuat lagi-lagi para Ayah tertawa berikut juga Dandy yang memusatkan perhatiannya kembali kepadaku.“Dan aku masih menunggu jawabanmu, Nats.” Tawa kembali memekak karena celetukan Dandy padaku. Sementara, Safira tidak putus menatap pada Dandy.Tatapan mataku dan Safira bertemu. Ia terlihat sangat marah kepadaku. Tangannya mengepal erat dan ia mendengus seolah memperlihatkan bahwa ia tidak suka dengan drama ini.Tatapan mata kami baru teralihkan ketika suara derap langkah kaki perlahan memasuki area ruangan di mana kami berkumpul. Aku mendelik dan menatap kemunculan Bayu di sana bersama Ara. Mereka baru saja kembali setelah pergi pagi tadi.Kulihat Dandy seolah malas menatap pada Bayu begitu juga sebaliknya. Bayu kemudian menatap padaku mengirimkan sinyal ketidak
“Rin!” panggil Dandy lagi mengikutiku masuk ke dalam café menuju ke arah lemari pendingin minuman. Berikutnya ia tidak berusaha mengajakku berbicara lagi. Aku tahu ia hanya memperhatikan sikapku saat mengambil sebuah botol minuman bersoda dan meneguk habis minuman di dalamnya tanpa jeda—seolah tak merasa tersiksa dengan hadirnya minuman bergelembung itu ditenggorokanku.Setelahnya, aku duduk di sebuah kursi kosong yang tersedia di area luar café khusus pelanggan yang merokok. Mengabaikan para karyawan di café yang terkejut mendapati kedatanganku dan juga Dandy setelah menghilangnya Dandy tempo lalu.“Rin,” Dandy menarik paksa tanganku saat akan menghabiskan botol kedua minuman bersoda itu. Aku menghentaknya dan kembali melanjutkan meminumnya.“Rin, hentikan itu!” teriak Dandy lagi padaku, “apa kau mau membunuh dirimu dengan menghabiskan tiga botol soda sekaligus? Kamu bahkan hanya akan mati secara perlahan karena siksaan di ususmu itu.” jelasnya merebut botol soda ketiga dan meneguk s
Aku tersentak kaget saat menyadari jam menunjukkan pukul 21:15 dan aku sudah berada di dalam kamarku mengenakan piyamaku. Terakhir ingatakanku mengantarkanku pada pernyataan Ara dan ungkapan perasaan Dandy kembali padaku.“Kau bangun?” Tanya seseorang dan aku mendapati Bayu sedang menengadah di sofa samping ranjangku. Kakinya ia luruskan di atas meja kaca di depan Sofa tersebut. Begitu tahu aku terbangun, ia menghela napas panjang dan menghampiriku.“Apa yang kau lakukan di sini?” Tanyaku tidak berusaha menutupi rasa marahku padanya.“Aku tahu kau marah, tapi apa perlu kau tertidur di dalam mobil Dandy pada saat dia mengantarkanmu pulang?” Tanya Bayu juga tidak berusaha bersikap baik padaku.“Apa kau cemburu? Kurasa itu tidak perlu karena sebentar lagi kau akan menikahi...”Ucapanku terputus saat tiba-tiba saja Bayu memagut bibirku lembut dan penuh penekanan di sana. Seolah-olah ia ingin menyatakan kepemilikkannya pada diriku.Aku berusaha meloloskan diri tapi usahaku sia-sia. Aku tid
Kepalaku tak berhenti berdenyut semenjak aku terbangun tadi pagi. Sebenarnya aku sudah ingin membolos, hanya saja kehadiranku di kantor saat ini aku rasa diperlukan, apalagi setelah pesta kemarin, aku tidak ingin lagi orang-orang semakin ber-euforia, menggosipkanku setelah pengumuman itu.Belum lagi pertengkaranku dengan Bayu semalam. Aku belum bertemu Bayu semenjak pagi tadi. Ia bahkan tidak ada di meja makan untuk sarapan. Ia seperti menghindariku. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk menghadapinya di kantor. Setidaknya aku harus berbicara padanya dan meluruskan kesalahpahaman kami semalam.Aku baru saja memasuki pintu kaca otomatis saat keributan di resepsionis terjadi.“Kami tidak bisa menginformasikannya langsung, Bu karena ini merupakan perintah CEO.”“Apa kau tidak tahu kalo CEO-nya adalah keponakanku? Aku yakin ia tidak akan memberi perintah begitu apalagi terhadap pegawai rendahan.” Suara wanita paruh baya itu tampak familiar. Begitu juga perawakannya dari belakang. Ia bersa
“Dia akan baik-baik saja.. perutnya kosong dan ia sepertinya kelelahan. Apa ia sempat mengonsumsi sesuatu yang dapat memicu penyakit lambungnya kumat?”“Aku tidak tahu Dokter. Aku akan menanyakannya begitu ia terbangun.”Suara Bayu dan Dokter itu beradu saat samar-sama aku mengernyit karena pencahayaan dan bau obat yang menyengat mengudara di sekitar indera penciumanku.“Oh itu dia sadar!” Kata suara yang tidak kukenali itu. Kuyakin ialah dokternya. Kulihat wajah Bayu yang tampak khawatir di sana.“Rinata.. Kau baik-baik saja?” Tanya Bayu cepat. Aku mengangguk sambil berusaha menetralisir penglihatanku. Menyadari bahwa aku sudah berada di ruang rawat pribadi.“Apa yang terjadi?” Tanyaku mengangkat sebelah tanganku dan mendapati infus-an di tangan kiriku.“Kapan Anda terakhir kali mengisi perut Anda dengan asupan, Nona Rinata?”Aku berusaha untuk duduk dan Bayu berjalan cepat menghampiriku untuk membantu. Aku mengedik memikirkan pertanyaan dokter.“Sepertinya kemarin siang. Memangnya k
“Apa Bayu belum mengatakannya padamu?” Tanya Ara menyelidik. Aku menggeleng lemah tidak terlalu antusias dengan berita ini. “Kami tidak mau menunda pernikahan ini terlalu lama. Pernikahannya akan diadakan akhir bulan ini dan acara pertunangan akan diadakan secara sederhana di kediaman keluarga Dirgantara pekan depan.” Jelas Ara lagi membuat detak jantungku berpacu lebih cepat. Ara tampak berbinar-binar saat mengatakan padaku bahwa pernikahannya sudah di depan mata. Tiba-tiba saja aku merasa tubuhku kembali menjadi lemah. Aku melirik pada Bayu dan ia tersenyum mengangkat kedua belah alisnya saat bersibobrok dengan tatapanku. Aku menggeleng dan kurasakan air mataku akan kembali jatuh. Secepat itukah? “Aku sudah memilihkan gaun pengiring pengantin untukmu. Kau dan Safira harus jadi pengiring pengantinnya ya.. kalian pasti akan terlihat sangat cantik.” Tambah Ara lagi dan diikuti oleh tawa renyah Safira dan Ayah tiriku. “Kita harus bersiap pers pasti akan terkejut dengan adanya pesta i
Pria itu berjalan dengan tergesa memasuki pintu kaca otomatis dari gedung pencakar langit di hadapannya. Ia membenahi sedikit jasnya yang berantakan dengan sekali gerakan cepat. Beberapa orang karyawan yang berpapasan, menyapa dengan sedikit tertunduk. Beberapa karyawan wanita mencuri pandang dan berbisik membicarakan ketampanannya. Sementara yang disapa hanya membalas dengan sedikit anggukan dan yang dibicarakan tampak tak peduli sama sekali walaupun terkadang bisikan itu sampai juga ke indera pendengarannya. Dengan cepat pria itu menghampiri lift VIP yang dikhususkan bagi para pejabat tinggi perusahaan, termasuk dirinya. CEO Perusahaan Dirgantara Group.Bayu Putra Dirgantara.Perawakannya yang serius dan tenang. Cara bicaranya yang lugas dan menyakinkan. Keterampilannya yang tidak diragukan kini telah diyakini banyak orang membawa Dirgantara Group pada puncak kejayaannya. Lihat saja produk-produk olahan Dirgantara yang sudah mulai banyak bertebaran di mana-mana dan ekspansi pasarnya
Dandy seperti tidak mau kehilangan Rinata. Ia terus merangkul pundak gadis itu memberinya rasa nyaman walaupun si empunya pundak tidak menyukainya dan sudah berulang kali memintanya bersikap biasa. Jadi, ketika mereka memasuki gedung bertingkat kantor Pieterson Enterprises, para karyawan mulai ber-gossip bahwa CEO mereka yang kemarin sempat menghilang, kini telah kembali pulang membawa tambatan hatinya. Mereka merasa senang sekaligus cemburu. Beberapa dari mereka mengidolakan Dandy dan berharap suatu saat dapat menjadi kekasihnya tapi sekarang hal itu terlihat mustahil. Mereka tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Kisah cinta Dandy rumit. Ia menginginkan kekasih orang lain dan oleh karena itu ia terkesan memaksakannya pada Rinata. “Kau baru saja keluar dari Rumah Sakit jadi aku harus memapahmu dengan benar.” Rinata memutar bola matanya, merasa jengah dengan perlakuan Dandy kepadanya tetapi dia tidak bisa berupaya banyak. Ini juga hal yang membuatnya kebingungan akan permintaan Ba