Balanara tak tahu berapa lama dia pingsan, saat sadar dia sudah berada di ruangan mirip kamar yang tak terlalu luas, dan didudukan di sebuah kursi dengan tangan dan kaki terikat.Kamar ini memiliki jendela, tapi jendela berteralis itu tertutup, dan ruangan ini di terangi sebuah lampu listrik 15 watt.Begitu kepalanya yang puyeng mulai baikan, barulah Balanara terdiam sejenak, sambil berpikir apa yang terjadi.“Hmmm…kopi itu, agaknya sudah di beri obat tidur…Riona, tak salah lagi pasti dia dalangnya!” pikir Balanara, sambil menyesali diri karena anggap remeh seorang Riona.Balanara tak perlu berlama-lama berpikir, begitu pintu kamar terbuka, orang-orang yang selama ini memusuhinya telah berdiri di depannya dengan wajah menyeringai puas. Seolah serigala yang sukses bikin mangsanya terpojok.Yang bikin Balanara heran, Tatra Syamsu terlihat begitu hormat dengan Riona. Riona pun nampak sekali seperti menunjukan belang aslinya. Gayanya angkuh bak seorang yang sangat berkuasa, benar-benar se
Usai menyiksa Balanara, Riona dan Tatra Syamsu beserta anak buahnya pergi dari vila ini. Mereka ingin mencari tempat santai di sebuah kafe. Mengatasi dingin yang makin menusuk tulang di sore hari ini.Hanya ada dua orang yang di minta berjaga di sini, mereka pun malah aseek minum sampai mabuk. “Nggak usah di jaga berlebihan, wong orangnya sudah setengah mampus, kaki dan tangannya saja patah!” ejek anak buah Riona pada rekannya, sebelum mereka buka botol miras dan menengaknya di ruang tamu vila ini.Balanara tersadar dan dia merasakan sakit luar biasa di sekujur tubuhnya. “Bangsat…awas kalian, aku tak akan beri ampun,” kutuk Balanara sambil mencoba gerakan kaki dan tangannya. Hampir saja dia berteriak kesakitan, karena kaki kananya, dan tanganya yang sebelah kiri patah.Setelah ambil nafas, Balanara mencoba tenang, benar-benar siksaan yang tak pernah dia bayangkan. Dengan bergulingan berlahan-lahan, Balanara keluar dari ruangan yang pintunya tak terkunci ini.Butuh waktu baginya untuk
Seminggu kemudian, Balanara sudah bisa jalan, walaupun masih harus di bantu tongkat, ini tentu saja makin mengherankan bagi Kakek Tatang.Pada hari ke 9, Kakek Tatang pun bertanya apa yang jadi ‘amalan’ Balanara, hingga bisa secepat itu mulai sembuh.Balanara pun apa adanya bercerita, kalau dia pernah di mandikan dan badannya di rajah paman kakeknya di Batupecah, Kalimantan Selatan yang bernama Kakek Uja. Keturunan dari Nenek Dayang, ibunda mendiang dokter Qorry, yang merupakan nenek sepupunya Dato Hasim Zailani.“Syukurlah, aku kini tak penasaran lagi, dulu aku juga waktu muda pernah berguru di Kalimantan, namanya Kakek Bahran, di Batupecah juga. Saat itu umurku mungkin lebih muda dari kamu, sekitar 15-16 tahunan lah.” cerita Kakek Tatang.Balanara langsung sumringah, tanpa ragu dia pun sebutkan hubungan orang tuanya dari Nenek Dayang dan Nenek Hanum soal Kakeh Bahran ini (baca bab-bab terdahulu).Kakek Tatang kaget dan langsung menepuk bahu Balanara. “Tak di sangka yaa, dunia ini ke
“Nara, kamu di undang pa Kades ke rumahnya, katanya beliau tertarik dengan listrik mini yang kamu dan Arjan bikin!” Kakek Tatang lalu sebutkan di mana rumah si Kades tersebut.“Iya kek sore ini aku akan ke sana menemui beliau, kebetulan aku juga mulai berlatih jogging, agar kakiku tak kaku!”Setelah sholat Ashar, Balanara pun mulai jogging sambil keliling desa. Lucunya karena tak punya sepatu, Balanara malah nyeker saja jogging di jalan desa ini. Baju kaos dan celana selutut pun pinjaman dari Kakek Tatang yang masih bagus dan layak pakai, walaupun sudah usang.“Justru itu bagus Balanara, agar kaki kamu makin cepat sembuhnya,” nasehat Kakek Tatang saat melihat Balanara hanya nyiker.Sepintas agak lucu melihat Balanara, wajah agak bule, tapi baju tak ubahnya pemuda desa. Balanara seolah berubah jadi nge-deso.Rumah Kades Kosim terletak lumayan jauh dari rumah Kakek Tatang, hampir 500 meteran jaraknya. Tapi Balanara santai saja jogging sejauh itu, walaupun fisiknya belum 100 persen prima
“Udi, bawakan aku kartu baru dan ponsel, kita bertemu di kota kecamatan!” Balanara terpaksa menelpon sahabatnya ini. Pembuatan kincir air tak bisa di tunda-tunda, karena ini kebutuhan warga desa.Tiga hari kemudian Balanara ke kota kecamatan yang berjarak hampir 30 kilometeran. Selain ngambil duit di kantor bank cabang untuk beli pakaian.Juga untuk sehari-hari. Balanara tak mau repotkan Kakek Tatang dan Arjan yang banting tulang untuk membantunya.Baru sadar Balanara, selama ini Kakek Tatang dan Arjan kerja keras agar selalu ada lauk di rumah mereka, untuk jamu dirinya selama jalani proses pengobatan di rumah si kakek ini.Pulangnya, motor roda 3 milik Kakek Tatang penuh dengan belanjaan, mulai sembako hingga pakaian. Arjan yang menemaninya sampai melongo melihat Balanara memborong begitu banyak barang.Arjan tentu saja juga klepek-klepek kesenangan, selain di belikan sepatu baru, juga seragam sekolah.Dia juga di belikan pakaian-pakaian bagus yang dia pilih sendiri. Hingga Arjan bak
Nafsu yang sudah sama-sama di ubun-ubun benar-benar menggelapkan hati dan pikiran Balanara dan Clara. Terlebih Balanara sangat lama tak berdekatan dengan wanita.Walaupun cuaca amat dingin, tapi keduanya tak menghiraukan, kini keduanya sama-sama polos dan Clara sudah membuka seluas-luasnya pintunya, untuk di masuki pria yang dia kagumi ini.Setelah puas bermain di hutan gundul Clara, penetrasi yang sesungguhnya pun berlangsung, Clara sampai memejamkan mata. Karena inilah pertamanya kali benda keras memasuki rahimnya.Setelah mencoba berkali-kali, hingga Clara sampai membimbing agar benda milik Balanara masuk ke dalam wadah sempit miliknya. Kini sempurnalah penetrasi itu, rasa perih dan nikmat jadi satu dirasakan Clara.Keduanya akhirnya benar-benar terbang ke awan, cuaca yang masih gelap dan hujan masih lebat membuat mereka terus berpacu dalam melodi di pondok kecil ini, yang jadi saksi bisu Clara lepas perawan dengan Balanara.Walaupun masih berasa lumayan perih, tapi semua itu tertu
Bannon lalu meminta tolong ke Iptu Danang, agar mengembalikan motor beroda 3 ini pada Kakek Tatang di Desa Ciberi. Karena mobil sportnya dari Jakarta sudah datang berikut sopir pribadinya, setelah tadi kontak.Semua polisi yang melihat ini kagum dan baru sadar, kalau Balanara bukan pria sembarangan. Balanara hanya lambaikan tangan pada semuanya, mobil mewah berharga hampir 10 miliaran ini pun berlalu dari halaman kantor Mapolsek ini.Setelah AKP Sunjaya jelaskan siapa Balanara, rasa penasaran merek langsung lenyap. Siapa tak kenal keluar besar Hasim Zailan, keluarga konglomerat turun temurun dan terkenal sangat royal.Tadi saja mereka kaget sekaligus senang, saat Balanara sengaja meninggali uang hingga 20 juta, yang dia ambil di ATM, buat Iptu Danang dan anggotanya ini.AKP Sunjaya tak aneh dengan kelakuan Balanara, wong dia saja selama ini sering dibantu hingga memiliki mobil dan rumah. Di rumah si kakek ini, saat merapikan lemarinya, yang selama ini tempat Bannon meletakan bajunya,
Namun keduanya hanya sesaat kaget, dua kali tendangan berputar Balanara lesakan ke wajah kedua orangtersebut. Kini keduanya langsung bangkit dan melawan, karena tendangan ini mampu mereka tangkis, walaupun tadi sempat terkaget-kaget.Keduanya lantas mengeroyok Balanara, tapi yang mereka hadapi adalah jagoan tinju bebas dan selama ini tetap rutin berlatih otot-ototnya, sehingga pukulan dan tendangannya tetap bertenaga.Saat sebuah pukulan menuju ke wajahnya, Balanara menyingkir dan kembali sebuah tendangan dia lesakan. Saking keras tendangan menyamping ini, tubuh pria ini terlempar keluar dari balkon dan meluncur deras dari lantai 25 ini.Terdengarlah teriakan menyeramkan saat tubuh orang ini meluncur deras ke bawah. Teriakan berhenti begitu tubuhnya menyentuh tanah dengan posisi menelengkup dan diam selamanya.Rekannya yang terkaget-kaget juga bernasib sama, Balanara ternyata tak mau tanggung bertindak kali ini. Dendam pernah di keroyok dan di hajar babak belur membuatnya hatinya masi
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman