Balanara tersenyum melihat ‘Timothy lokal’ sedang duduk seorang diri sambil sibuk mencet ponselnya di lobby apartemen mewahnya.“Udah lama sayang?” sapa Balanara mengagetkan si cantik ini, Clara Ratnasari langsung bangkit dan memeluk pemuda yang dia rindukan siang malam ini.Mereka kini sama-sama naik ke kamar apartemen Balanara yang mewah, si kembang desa ini sampai melongo melihat mewahnya apartemen kekasihnya ini.Balanara baru saja pulang dari Mabes Polri, dia diminta keterangan karena insiden maut di Apartemen Barati, yang menewaskan dua orang serta ada 3 orang kritis termasuk Tatra Syamsu. AKP Sunjaya tak bisa berkata apa-apa lagi melihat keganasan sahabat baiknya ini.“Tumben ayah dan ibu kamu kasih izin ke sini Clara?” tanya Balanara memeluk dari belakang gadis tinggi semampai ini. Hingga Clara menggelinjang, karena lehernya di kecup si bangor ini dan agaknya sudah tak sabaran kembali mengajaknya berlayar ke angkasa.“Kasih izin lah karena dua sahabatku, Ita dan Ina ikut, kala
Ita langsung berbisik ke Ina, gadis ini awalnya terbelalak, tapi setelahnya mengangguk dan senyum-senyum menatap Balanara yang pura-pura lihat pemandangan malam di jendela.“Bang, sini donkkk…liat nih!” panggil Ita, saat Balanara berpaling, dia melotot, jakun tak terkendali naik.Bagaimana tak naik, saat menatap keduanya sudah polos tanpa ada lagi penghalang di tubuh. Balanara…langsung lepas kimononya dan giliran Ita serta Ina yang melotot. Karena benda milik pemuda tampan dan tajir ini sudah tegak bak tugu monas.Tak menunggu lama lagi, Balanara menyerbu keduanya, diam-diam Ita dan Ina ternyata sudah bablas duluan dengan kekasih masing-masing.Sehingga mereka tak sungkan lagi meladeni keinginan ke turunan ke 6 Hasim Zailani ini. gempa lokal dahsyat pun terjadi dikamar apartemen ini.Clara yang kecepekan di kamar sebelah tak tahu, kalau dua teman dekatnya sedang di hajar kekasihnya saat ini.Tahu kalau Ita dan Ina sudah tak perawan lagi, jiwa liar Balanara bak menemukan penyaluranya.
“Balanara kamu di mana?” telpon tiba-tiba dari ayahnya membuat pemuda ini kaget, tak biasanya ayahnya menelpon, kecuali chat. Pasti ada yang urgen, pikirnya.“Di Jakarta pah, ada apa pah?"“Kamu segera ke Bandung, adikmu Salman masuk rumah sakit!” Balang lalu sebutkan nama rumah sakitnya.Kaget bukan kepalang Balanara mendengar adiknya masuk rumah sakit, lebih aneh lagi kenapa ayahnya tak sebut sebabnya apa hingga Salman masuk rumah sakit.Tanpa buang waktu Balanara langsung berangkat dengan sopir pribadinya menuju Bandung, sepanjang jalan dia bingung kenapa Salman yang dua bulanan lalu pergi dengan Tika ke Bandung, hari ini malah masuk rumah sakit.Ada apa dengan adiknya tersebut!Sejak di usir Mami Viona, karena nekat menikahi Tika, Salman dianggap anak ‘durhaka’, usaha Balanara ikut membujuk ibu sambungnya juga gagal. Mami Viona tetap belum mau memaafkan Salman, kecuali mau meninggalkan Tika.Setelah hampir 5 jam, karena terjebak macet, Balanara akhirnya sampai juga di rumah sakit.
Sambil menatap sertifikat ini, Balanara memoto dengan ponselnya, terlihat wajah Maulana sedikit berubah. Dia sampai saling tatap dengan orang yang dia tadi kenalkan sebagai notaris itu.Namun si ‘notaris’ itu seakan beri kode, agar Maulana mendiamkan saja ulah Balarana. Tapi Balanara tahu gerakan itu, namun dia pura-pura tak melihat.“Baiklah pa Maulana, saya akan keluar dari rumah ini, tolong jangan di pecat Mbok Oni yang kerja di sini. Kasian beliau sudah tua!” pinta Balanara.“Oh soal itu gampang pa Balanara, kebetulan saya juga lagi nyari ART, tak apa si Mbok itu bertahan di sini, lagian orangnya kayaknya rajin dan bagus kerjanya!” janji Maulana.Setelah saling bertatapan tajam, Balanara mengambil tasnya dan pergi bersama sopir pribadinya, menuju ke apartemen mewah milik ayahnya, yang berada di pusat kota Bandung.Balanara tak mau buru-buru pulang ke Jakarta, dia masih penasaran dengan kejadian ini, yang dipikirnya Maulana ini pasti ada sesuatu yang disembunyikan.“Nggak yakin aku
Mbok Oni mengingat-ngingat, lalu dia sebutkan sebuah alamat dan Balanara mengangguk-anggukan kepala, pemuda ini tahu di mana letaknya alamat yang di sebutkan Mbok Oni.Wanita setengah tua ini kaget, sebelum pamit Balanara meninggalinya sebuah bungkusan kresek, awalnya di pikirnya kue.Setelah Balanara pergi dengan mobilnya kembali ke Bandung, Mbok Oni gemetaran saat membuka tas kresek hitam ini yang berisi uang 20 bebat pecahan 100 ribuan, yang artinya jumlahnya 200 juta.“Ya Tuhan, Om Nara benar-benar malaikat penolong, lunas hutang kreditan aku kalau gini. Aku bisa beli motor buat si Ratna dan suaminya, juga rehab rumah ini!” ceplos Mbok Oni sambil meneteskan air mata, dan cepat-cepat menyembunyikan uang ini di kamarnya, dengan langkah serasa melayang.Padahal dia merasa nelangsa, Maulana usir dia tanpa pesangon, hanya uang taksi saja ketika pulang ke Sukabumi.Mbok Oni menunggu anak dan menantunya yang kerja sebagai penjaga mini market modern di Sukabumi, sambil gendong cucunya yan
“Om…eh Bang sejujurnya, aku hanya bercanda tadi itu, aku tak serius. Sumpah Bang, selama ini aku nggak pernah menjajakan diri!” Linda langsung nyerocos sambil duduk di kursi yang ada di kamar ini.Linda tanpa buang waktu langsung berkata begitu. Agar Balanara tak salah paham. Balanara yang baru saja menghajar pria di sebelah kamarnya yang terhalang satu kamar, sebenarnya juga tak selera berlama-lama di kamar ini.“Iya, tak apa…lantas apa mau kamu sekarang?” pancing Balanara, antara kaget dan senang juga dengan ucapan wanita ini, Linda ternyata bukan wanita open BO.“Aku ke sini mau kembalikan uang Abang, setelah ini aku harus pulang, mohon maaf ya Bang, jangan marah. Benaran loh Bang, aku hanya bercanda tadi itu, sama sekali nggak ada niat untuk memancing-mancing Abang!” Linda terlihat buka tasnya.“Tunggu, simpan dulu uang itu, aku pun juga ingin pulang sekarang ini. Ayo kita sama-sama saja!” Linda yang ingin keluarkan uang tadi memasukan kembali.Dia ikutan kaget plus heran, bayar u
Si ojek daring kaget saat Balanara bermaksud pinjam jaket dan motornya. Tapi saat melihat uang 2 juta yang disodorkan pemuda ini, pria setengah tua ini jadi ragu menolak.“Tapi Om hanya pinjam sebentar saja kan, tidak bawa lari motor saya?” Balanara sampai tertawa mendengar ucapan si pengojek daring ini.“Iya amann…tak lama kok, bapak tunggu saja di dekat mobil saya ini,” si ojek daring ini menoleh ke mobil SUV mewah milik Balanara. Dia pun akhirnya mengangguk dan menyerahkan kunci dan jaket ojek daringnya tersebut.Kini Balanara bawa motor matic itu dan langsung menuju ke pagar rumah lumayan mewah. “Kamu mau apa?” seorang penjaga menunggu di depan pagar ini dan bertanya heran pada Balanara yang menyamar ini.“Permisi pa, saya mau antar barang pesanan dari pemilik rumah yang bernama Bapak Maulana!”“Pesanan apa, perasaan tak ada big bos Maulana pesan via ojek daring ini!” bantah pria berkumis tebal, sambil menatap tajam wajah Balanara yang tertutup helm, tapi di buka kacanya.“Lihat y
“Silahkan duduk Linda, mau minum apa, wine, kopi atau air putih saja!” Balanara buru-buru alihkan fokus, agar tak makin ngelantur otaknya.Merekapun minum wine yang kadar alkoholnya tak terlalu keras. “Bang, ada nggak kerjaan yang lebih baik dari tempat itu. Aku udah nggak betah di sana, nggak tahan di goda mulu. Kalau Abang yang godain aku mah mau ajah. Ini hidung belang mulu, yang wajahnya sering ancur, badan dan mulutnya juga bau?!!” Linda terkekeh.“Apa keahlian kamu Linda?” Balanara balik bertanya, sambil mencubit pipi Linda, gemes dehhh si bangor ini.“Aku dulu lulusan sekolah sekretaris Bang, ambil diploma satu!”Balanara diam sebentar sambil mengingat-ingat. “Hmm baiklah, kamu datang nanti ke PT Argomas, temui Ibu Heni Andya. Nanti kamu akan di tes sesuai kemampuan yang kamu miliki. Kalau kamu sesuai kriteria, aku jamin kamu lulus dan diterima di sana!”“Oh ya benarkah Bang, aku tahu di mana alamatnya, itu perusahaan gede bang!” mata Linda membulat saking senangnya.Manajer He
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman