Si ojek daring kaget saat Balanara bermaksud pinjam jaket dan motornya. Tapi saat melihat uang 2 juta yang disodorkan pemuda ini, pria setengah tua ini jadi ragu menolak.“Tapi Om hanya pinjam sebentar saja kan, tidak bawa lari motor saya?” Balanara sampai tertawa mendengar ucapan si pengojek daring ini.“Iya amann…tak lama kok, bapak tunggu saja di dekat mobil saya ini,” si ojek daring ini menoleh ke mobil SUV mewah milik Balanara. Dia pun akhirnya mengangguk dan menyerahkan kunci dan jaket ojek daringnya tersebut.Kini Balanara bawa motor matic itu dan langsung menuju ke pagar rumah lumayan mewah. “Kamu mau apa?” seorang penjaga menunggu di depan pagar ini dan bertanya heran pada Balanara yang menyamar ini.“Permisi pa, saya mau antar barang pesanan dari pemilik rumah yang bernama Bapak Maulana!”“Pesanan apa, perasaan tak ada big bos Maulana pesan via ojek daring ini!” bantah pria berkumis tebal, sambil menatap tajam wajah Balanara yang tertutup helm, tapi di buka kacanya.“Lihat y
“Silahkan duduk Linda, mau minum apa, wine, kopi atau air putih saja!” Balanara buru-buru alihkan fokus, agar tak makin ngelantur otaknya.Merekapun minum wine yang kadar alkoholnya tak terlalu keras. “Bang, ada nggak kerjaan yang lebih baik dari tempat itu. Aku udah nggak betah di sana, nggak tahan di goda mulu. Kalau Abang yang godain aku mah mau ajah. Ini hidung belang mulu, yang wajahnya sering ancur, badan dan mulutnya juga bau?!!” Linda terkekeh.“Apa keahlian kamu Linda?” Balanara balik bertanya, sambil mencubit pipi Linda, gemes dehhh si bangor ini.“Aku dulu lulusan sekolah sekretaris Bang, ambil diploma satu!”Balanara diam sebentar sambil mengingat-ingat. “Hmm baiklah, kamu datang nanti ke PT Argomas, temui Ibu Heni Andya. Nanti kamu akan di tes sesuai kemampuan yang kamu miliki. Kalau kamu sesuai kriteria, aku jamin kamu lulus dan diterima di sana!”“Oh ya benarkah Bang, aku tahu di mana alamatnya, itu perusahaan gede bang!” mata Linda membulat saking senangnya.Manajer He
Linda sudah kirim chat ke manajernya, dia berhenti mulai malam ini, tepat 7 bulan kerja di sana dan akan ambil gaji terakhirnya besok sekalian pamit. Balanara senyum saja, dia pun juga sudah chat ke Manajer Heni, agar Linda di terima kerja. Karena si pinggul indah ini sudah terlanjur berhenti di tempat kerjanya yang lama. “Aman pa bos, awas lohh anak orang, jangan sampai masuk angin. Ntar kasian anaknya nyari-nyari si bapaknya!” canda Heni terbahak, karena sekian lama bergaul dengan Balanara, Heni sudah tahu reputasi pemuda ini. Dia bahkan pernah berseloroh, andai masih muda, bisa jadi akan menjadi salah satu mantan ‘bidadari’ si bangor kakap ini. Tapi Balanara memang hebat, dia benar-benar tak pernah ganggu karyawannya sendiri. Bahkan Manajer Angel saja sampai salut dengan si bangor ini. Betul-betul profesional dan tidak mau main api dengan pegawainya sendiri. Walaupun dia masuk kategori cantik dan seksi, tapi Balanara tak pernah sekalipun ganggu dia. Walaupun Angel sudah buka pi
Kalau yang lain masih berduka, Kakek Radin yang sudah kenyang makan asam garam kehidupan santai saja. Walaupun salah satu cucu kesayangannya baru saja meninggal dunia.Namun dia tak mau larut berlebihan dalam duka, si kakek yang di masa mudanya sangat tampan ini malah kadang tertawa mendengar pengalaman Balanara. Apalagi kalau sudah nyangkut wanita.Nenek Hanum dan Nenek Citra sesekali mencubit lengan si kakek, saat ikut nimbrung dan berbincang dengan si cucu bangor kesayangan mereka ini.Balanara memang sudah menjadi cucu kesayangan kakek dan kedua neneknya. Mereka bilang Balanara ini benar-benar bak Kakek Radin saat muda, pek keteplek sekali.Balanara tentu hanya cerita standar-standar saja, tak mungkin cerita detil, bisa di tabuk kedua neneknya kalau dia cerita kenakalannya. Kedua nenek yang sangat cantik saat muda ini memang suka gemes pada dirinya.Sepeninggal Nenek Amai yang meninggal dunia beberapa tahun lalu. Kakek Radin kini tinggal bertiga dengan kedua istrinya tersebut.“Na
“Abang beda banget, pakai jas, dasi…wuihh benar-benar orang kantoran,” puji Su Cen sambil melepas mantelnya, hingga dia kini hanya kenakan baju kaos warna hitam lengan panjang, dan menampilkan lekuk tubuhnya yang indah.Inilah wanita kelas atas yang sangat jomplang bila di bandingkan dengan Clara, Ita dan Ina, apalagi Linda. Ke empat wanita itu tak bisa di bandingkan dengan si cantik tinggi semampai ini.Beda jauh dengan dulu, tubuh Su Cen sangat kurus, sampai tulang bahunya nampak terlihat dan selalu berwajah pucat dan sering duduk termenung di kursi rodanya dan sering Balanara hibur saat mengunjunginya di rumah sakit.Kini beda 180 derajat, tubuhnya makin indah dan enak di lihat, proporsional, di tambah bukit kembarnya yang terlihat membusung. Siapapun pasti tidak akan melewatkan kesempatan untuk menatap tubuh si cantik ini.Juga wajahnya yang kalau senyum bikin siapapun ogah untuk tidak berlama-lama menatap wajah jelitanya ini, benar-benar sangat menggemaskan.Balanara juga lepaska
Balanara kini ikut memasangkan kembali pakaian Su Cen, gadis jelita ini kaget. Tak menyangka seorang bangor seperti Balanara mampu menahan nafsunya. Dan tak mau memanfaatkan kesempatan yang sudah di berikan Su Cen.Padahal tinggal sekali dorong, maka mereka akan menyatu dan jebollah keperawanan si ‘Lisa Loban’ ini.“Kenapa Bang? Kamu tak suka..?” bisik Su Cen sambil menatap wajah Balanara, masih tak percaya dengan apa yang Balanara lakukan saat ini.“Kamu…maukah jadi nyonyah Balanara…?” tanpa tedeng aling-aling pemuda ini menyatakan lamarannya, wajah Su Cen terbelalak, saking kagetnya dengan lamaran mendadak pria ini.“Abang…kamu nggak mabuk kan?” Su Cen masih tak percaya dengan ucapan Balanara barusan, yang baginya sangat mengejutkan, yang artinya Balanara ingin menjadikan dirinya istri pemuda ini.Auuuuu…Su Cen berteriak kaget, saat lehernya di gigit Balanara. “Sudah percayakan, kalau Abang nggak bercanda!” Balanara menatap wajah Su Cen yang masih terkaget-kaget ini,Su Cen mengangg
Tiba-tiba Balanara ingat, saat Tika dan Maulana melarikan diri, dia menembak keduanya dan seingatnya ada yang kena dan yang terkena tembakan itu adalah seorang wanita, yang diyakini Balanara pasti Tika.Balanara lalu meminta Tika angkat kakinya, heran sekaligus kaget juga wanita ini. Saat ini dia hanya kenakan celana pendek.Tapi Tika tak punya plihan lain, saat ini Balanara masih mengokang senjata ke arahnya dengan wajah penuh amarah. Terlihat dari mata pemuda ini yang menatapnya bengis, seakan ingin menelannya bulat-bulat.Begitu Tika mengangkat kedua kakinya sambil duduk, Balanara mendekat dan tanpa ragu membalik tubuhnya. Kaget bukan main wanita ini dengan ulah ‘ajaib’ Balanara.Mulus tak ada bekas tembakan, ini membuat Balanara lega. Balanara kini simpan pistolnya dan dia duduk di depan Tika, sekaligus ingin dengar kisah dari wanita ini.“Sekarang kamu cerita, kenapa kakak kamu yang bernama Santi itu menyamar jadi kamu dan akhirnya menganiaya Salman dan akhirnya meninggal dunia!”
“Aku keguguran, setelah Riona dan Santi serta Maulana menyekap aku di sini,” Tika pun memperlihatkan foto-foto dia saat berada di sebuah klinik bersalin. Untuk di bersihkan kandungannya usai keguguran.Balanara akhirnya pulang, tapi sebelum pergi Tika sebutkan sebuah tempat, yang bisa jadi tempat musuh-musuhnya bersembunyi.“Bang Nara, hati-hati!” Balanara sesaat terdiam dan berpaling lalu menatap wajah Tika. Kaget juga pemuda ini, Tika kini tunjukan perhatian padanya.Sebenarnya Tika ini cantik jelita, tapi dia saking inginnya memiliki Salman, terutama karena incar harta adiknya, sehingga wanita ini tersesat jalan.“Thanks Tika, semoga kelak kamu bertemu pria yang baik, kamu itu cantik, tak perlu pakai ilmu hitam pun kamu mudah taklukan pria. Asalkan yang kamu cari cinta, bukan harta semata!” Sambil membelai pipi Tika dan mengecup singkat, hingga wanita ini seperti di kecup Abang sendiri."Bangg...bolehkah aku kelak ketemuan Abang lagi?" Tika menatap sendu wajah BalanaraKembali Bala
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman