“Tuan jangan bercanda ahh, mana ada tuan dari masa depan, aneh-aneh saja, kok becandanya bikin aku mau ketawa!” dan Kanah benar-benar langsung tertawa, aneh bin ajaib sekali pikirnya. Mana ada manusia dari masa depan pindah alam ke tempatnya saat ini.“Jangankan nenek bu…maksudku ibu, aku sendiri pun tak percaya, tapi aku pernah bertemu seorang kakek tua..!”Dean pun lalu secara panjang lebar menceritakan apa yang di ucapkan kakek tua itu padanya, kala mereka bertemu tak sengaja lebih setahunan yang lalu di Kuala Lumpur.Kanah pun langsung terdiam mendengar kisah yang baginya tak masu akal ini, Sebab Dean ini adalah generasi ke 6 dari keturunannya. Dean bahkan tanpa tedeng aling-aling sebut nama-nama keturunan di bayi yang berada dalam ayunan ini kelak, mulai dari Brandon itu, lalu Aldot, Radin, Dean, Dato dan akhirnya sampai ke dirinya Dean Hasim Zailani.Gara-gara cerita yang luar biasa ini, sampai Dean izin permisi dari rumah ini, Kanah tetap terdiam tak bisa ngomong apa-apa. Ini
Datuk Hasim Zailani menatap wajah cucutnya, atau generasi ke 7 -nya ini, pertanyaan wajar dan memang sudah saatnya harus di buka pada Dean Tanaka ini.“Cucuku…ini semua memang kesalahan besar datok mu ini, kala itu aku terlalu takut kehilangan harta dan jabatan, juga takut terpuruk. Saat itu aku bercita-cita tinggi, apalagi aku merasa sudah berbuat banyak bagi negaraku, Malaysia. Aku ingin suatu saat jadi Raja Malaysia atau pun Perdana Menteri.”Datuk Hasim Zailani lalu melanjutkan kisahnya, yang di dengar Dean tanpa sekalipun menyela, Dean juga tak bertanya apapun, darimana tiba-tiba di depan mereka tersaji kopi panas yang mengepul dan berbau harum.Sambil seruput kopi harum dan nikmat ini, Dean dengarkan kisah kakek moyangnya yang bak mimpi saja baginya.Kala itu Datuk baru saja mulai merintis sebagai pengusaha muda, walaupun masih di bantu mertuanya Rahim Lim. Lalu datanglah pasukan Jepang yang mengambil alih koloni Inggris di Malaysia.Awalnya Datuk memang mendukung Jepang, tapi l
Dean tak kaget lagi, saat ini secara ajaib, ia sudah berada di pinggir jalan, di mana tak jauh dari sana bus yang mogok tadi sudah bersiap jalan lagi.Dean Tanaka tak mau lama-lama di Indonesia, sesampainya di Pelabuhan Tanjung Priok, dia pun bertanya-tanya, apakah ada kapal yang berangkat ke Jepang.Ternyata ada, tapi bukan sekarang, namun harus menunggu selama 1 bulanan lagi. Mau tak mau Dean pun terpaksa cari penginapan untuk bertahan 1 bulanan lagi di Jakarta.Saat ini Jepang memang sudah berbaikan dengan pemerintahan Indonesia, hubungan diplomatik yang semula rusak di perbaiki, inilah yang membuat hubungan Indonesia dan Jepang kembali mesra, bahkan hubungan dagang juga mulai membaik.Di tandai dengan banyaknya kendaraan asal Jepang yang mulai masuk ke Indonesia, sehingga tak hanya mobil dari Eropa yang seleweran di jalan raya, made in Jepang mulai menyesaki jalanan ibukota Jakarta ini.Untung saja sangu nya masih ada, pemberian Datuk nya saat di Malaysia. “Kakek moyang rupanya s
Setelah berpikir hingga 3 hari, Dean pun memutuskan akan ke Tangerang Selatan, mencari di mana Kitaro San menyembunyikan intan tersebut.Dean pamit ke Rohman pemilik kos, dengan alasan mau berlayar, padahal dia diam-diam pergi ke Tangerang Selatan menggunakan angkutan umum.Ke Tangerang Selatan jaman itu dengan kini tentu beda! Walaupun jalanan sudah mulus, tapi hanya seputaranJakarta, begitu masuk wilayah Banten, jalan rayanya mulai banyak yang rusak dan berlubang.Setelah hampir 4,5 jam perjalanan, Dean pun sampai juga ke Tangerang Selatan yang kala itu masih masuk wilayah administratif Jakarta.Kini dia mengingat petunjuk di surat Kitaro San, yakni dia harus mencari sebuah desa bernama Sawah Baru.Kampung ini masih berupa hutan-hutan yang lebat, walaupun penduduknya sudah mulai ramai.Desa Sawah Baru benar-benar di penuhi persawahan yang luas milik warga, sempat kebingungan juga Dean, kemana mencari intan tersebut.Di tempat sepi, Dean kembali membaca kalimat sandi yang di tulis Ki
Saat terbangun pagi harinya, Dean kaget di depannya sudah terhidang air teh panas. Lalu ada singkong rebus lengkap dengan cacapan buah mangganya plus cabe rawit, sangat menggugah selera.“Cuci muka kamu itu Dean, sekaligus gosok gigi, di samping pondok ini ada sungai kecil, mandi nya siang-siang saja, kecuali kamu tahan air dingin!” tegur si nenek.Dean pun mengangguk dan dia mengakui airnya bak air es saking dingin - nya, ia pun hanya cuci muka dan gosok gigi lalu balik lagi ke pondok dan kini mereka sarapan berdua. Dean sampai habiskan satu piring singkon rebus itu, yang entah kapan di masak si nenek misterius ini.“Nek, benarkah nama nenek ini Nyi Ratu?” tanya Dean hati-hati, setelah kekenyangan dan kini mereka bersantai di pondok ini.“He-he-he rupanya kamu sudah di datangi si Kitaro lewat mimpi yaa?” sahut si nenek ini cepat. Anehnya, saat tertawa, giginya putih dan rata tak ada satupun giginya yang tanggal.Makin kaget lah Dean, nenek ini benar-benar hebat, tahu kalau tadi malam
Dean sudah tak memikirkan apa-apa lagi, dia tahunya saat ini sedang bercinta dengan wanita yang sangat cantik, bukan dengan seorang nenek-nenek peot.Bahkan di dalam alam bawah sadarnya, Dean merasa saat ini mereka bukan sedang berada di gubuk tua. Tapi di sebuah kamar yang harum dan indah, mirip kamar-kamar Istana dan yang mewah.Dean malah seakan mabuk dan benar-benar sayang dengan ‘si putri’ ini, segalanya dia curahkan buat si nenek yang berubah jadi putri jelita ini, yang dia tak tahu asalnya dari mana. Hanya tau nama saja dan di katakan Kitaro San keturunan dari raja-raja Banten jaman lampau.Mereka seakan tak mau berpisah barang sedetikpun, bahkan yang bikin Dean Tanaka berasa aneh, dia tidak merasakan lapar dan haus, yang ada hanyalah ingin bercinta saja setiap waktu.Saking aseeknya menikmati ‘bulan madu’ tak terasa waktu pun sudah 3 hari. Bagi Dean yang sedang di mabuk berahi, waktu 3 hari seolah baru 3 jam saja.“Sayang…sudah waktunya kita berpisah…ini adalah hari ke 3…sesu
Saat malam tiba, Dean pun mencari tempat tidur yang aman, lalu paginya dia buru-buru lanjutkan perjalanan lagi. Sepanjang jalan, Dean memakan buah-buahan yang bisa di makan, untuk menggangal perutnya. Setelah hampir dua hari berjalan, akhirnya Dean bertemu juga dengan perkampungan. Ia langsung mencari warung makan dan makan sepuasnya, karena hampir 6 harian dia tak makan nasi.Pemilik warung sampai aneh sendiri melihat pemuda tampan brewokan ini makan dengan sangat lahap, sampai ludes dua ransum nasi. Padahal lauknya hanya ikan asin dan telor, serta tahu dan tempe, plus sayur kangkung di tambah sambel terasi.Tapi si pemilik warung lega, walaupun makan banyak, pemuda ini tetap bayar dan tidak ngutang. Bahkan dilebihi lagi bayarannya, Dean memang masih menyimpan uangnya di tas ransel.“Kalau mau ke pelabuhan Tanjung Priok, di mana ada bus yang bisa bawa langsung ke sana bik?” tanya Dean sambil menyeruput teh manisnya.“Kamu jalan saja sampai di simpang 3, kamu ambil ke kanan, nah kir
Dayang Meni terlihat menghela nafas panjang, seakan berat mengisahkan apa yang terjadi selama Dean pergi ke Malaysia selama hampir 3,5 tahunan ini.“Dean…setelah kamu pergi kala itu, dua bulanan kemudian aku dan Putri Saiko benar-benar hamil. Namun, pas bulan ke 2 aku keguguran. Sedangkan kandungan Putri Saiko tidak apa-apa…namun. Karena takut ketahuan Kaisar Hokita, aku diminta Putri Saiko tetap pura-pura hamil…dan setelah dia melahirkan, Putri Saiko memintaku agar membawa bayi kalian jauh-jauh dari Istana..!”Dean terdiam mendengarkan kisah yang baginya tak pernah di duga sama sekali. Dayang Meni melanjutkan kisahnya, dia sengaja di berhentikan sebagai dayang oleh Putri Saiko.Karena dianggap hamil dengan seseorang dan melahirkan seorang bayi laki-laki. Padahal bayi yang dia bawa adalah anak Putri Saiko dan Dean Tanaka, untuk keamanan pastinya.Apalagi di saat bersamaan, Dean Tanaka sempat berbalik dukung pemberontak dan kisah sempat merebak sampai ke Tokyo. Inilah salah satu alasan
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman