Dean sudah tak memikirkan apa-apa lagi, dia tahunya saat ini sedang bercinta dengan wanita yang sangat cantik, bukan dengan seorang nenek-nenek peot.Bahkan di dalam alam bawah sadarnya, Dean merasa saat ini mereka bukan sedang berada di gubuk tua. Tapi di sebuah kamar yang harum dan indah, mirip kamar-kamar Istana dan yang mewah.Dean malah seakan mabuk dan benar-benar sayang dengan ‘si putri’ ini, segalanya dia curahkan buat si nenek yang berubah jadi putri jelita ini, yang dia tak tahu asalnya dari mana. Hanya tau nama saja dan di katakan Kitaro San keturunan dari raja-raja Banten jaman lampau.Mereka seakan tak mau berpisah barang sedetikpun, bahkan yang bikin Dean Tanaka berasa aneh, dia tidak merasakan lapar dan haus, yang ada hanyalah ingin bercinta saja setiap waktu.Saking aseeknya menikmati ‘bulan madu’ tak terasa waktu pun sudah 3 hari. Bagi Dean yang sedang di mabuk berahi, waktu 3 hari seolah baru 3 jam saja.“Sayang…sudah waktunya kita berpisah…ini adalah hari ke 3…sesu
Saat malam tiba, Dean pun mencari tempat tidur yang aman, lalu paginya dia buru-buru lanjutkan perjalanan lagi. Sepanjang jalan, Dean memakan buah-buahan yang bisa di makan, untuk menggangal perutnya. Setelah hampir dua hari berjalan, akhirnya Dean bertemu juga dengan perkampungan. Ia langsung mencari warung makan dan makan sepuasnya, karena hampir 6 harian dia tak makan nasi.Pemilik warung sampai aneh sendiri melihat pemuda tampan brewokan ini makan dengan sangat lahap, sampai ludes dua ransum nasi. Padahal lauknya hanya ikan asin dan telor, serta tahu dan tempe, plus sayur kangkung di tambah sambel terasi.Tapi si pemilik warung lega, walaupun makan banyak, pemuda ini tetap bayar dan tidak ngutang. Bahkan dilebihi lagi bayarannya, Dean memang masih menyimpan uangnya di tas ransel.“Kalau mau ke pelabuhan Tanjung Priok, di mana ada bus yang bisa bawa langsung ke sana bik?” tanya Dean sambil menyeruput teh manisnya.“Kamu jalan saja sampai di simpang 3, kamu ambil ke kanan, nah kir
Dayang Meni terlihat menghela nafas panjang, seakan berat mengisahkan apa yang terjadi selama Dean pergi ke Malaysia selama hampir 3,5 tahunan ini.“Dean…setelah kamu pergi kala itu, dua bulanan kemudian aku dan Putri Saiko benar-benar hamil. Namun, pas bulan ke 2 aku keguguran. Sedangkan kandungan Putri Saiko tidak apa-apa…namun. Karena takut ketahuan Kaisar Hokita, aku diminta Putri Saiko tetap pura-pura hamil…dan setelah dia melahirkan, Putri Saiko memintaku agar membawa bayi kalian jauh-jauh dari Istana..!”Dean terdiam mendengarkan kisah yang baginya tak pernah di duga sama sekali. Dayang Meni melanjutkan kisahnya, dia sengaja di berhentikan sebagai dayang oleh Putri Saiko.Karena dianggap hamil dengan seseorang dan melahirkan seorang bayi laki-laki. Padahal bayi yang dia bawa adalah anak Putri Saiko dan Dean Tanaka, untuk keamanan pastinya.Apalagi di saat bersamaan, Dean Tanaka sempat berbalik dukung pemberontak dan kisah sempat merebak sampai ke Tokyo. Inilah salah satu alasan
“Tuan Dean Tanaka…aku akan beli intan ini…seharga 10 miliar yen. Transaksi kita lakukan di bank, karena uangku tersimpan di sana. Bagaimana..? Ini penawaran paling gila dan mahal aku berikan padamu, kamu tanya saja ke toko berlian lain, pasti tak ada yang sanggup membeli satu butir intan ini seharga penawaranku!”Tuan Mamato tentu saja jual kecap, sebab kalau sampai Dean menawarkan ke toko lain, dia sudah pasti menduga, pemilik toko lain pun pasti akan menawar tinggi, bahkan bisa jadi lebih tinggi dari penawarannya saat ini.Tuan Mamato kini memandang wajah Dean Tanaka, yang dalam hati terkaget – kaget tak terkira. Tak menyangka harga sebutir intan berlian ini luar biasa mahalnya. Kalau di rupiahkan lebih dari 1 triliun rupiah.Kenapa Tuan Mamato harus ke bank? Karena dia sebenarnya tak punya duit sebanyak itu, tapi akal cerdiknya jalan, intan ini akan di bantarkan di bank. Dan otomatis dia akan bisa lakukan pinjaman bisa jadi 2X lipat dari harga intan ini, inilah kelihaiannya dalam b
“Maafkan Datok, eh Dean kek…besok aku akan langsung ke Desa Hamurai dan membawa keranjang besi itu.”“He-he-he…agaknya kamu tak bakal mau tinggal di masa depan, ke enakan di sini. Tapi tak apa, itu pilihanmu. Tugas kamu sekarang harus sempurnakan roh kakek, agar kakek tenang menghadap sang Pencipta, juga pastinya kamu harus bertemu ortu mu!”“Iya kek, sekali lagi Dean minta maa…!” mata Datok celingak-celinguk, tapi kakeknya sudah tak ada lagi di sampingnya, bulu kuduknya langsung merinding. Roh kakeknya datang dan pergi tanpa dia ketahui.“Apes dahhhh aku, pasti kelakuanku selama ini bisa di lihat kakek…!” batin Datok malu sendiri. Ia pun kembali ke kamar dan melihat Meni kekasihnya yang makin cantik dan kini sedang nyenyak-nyenyaknya tidur di kasur empuk yang mewah, setelah bercinta lumayan lama dengannya.Besoknya, bersama Ano, sopir pribadinya, Datok pun berangkat ke Desa Hamurai yang berada d Kyoto. Datok sengaja gunakan mobil pribadinya, sekalian ia ingin melihat dua perusahaan y
Dato pun langsung menatap anak kecil tampan ini, seperti terhipnotis, Dato mendekati anak itu. Begitu berhadapan, Dato membungkukan tubuhnya dan memandang wajah anak ini, dia seakan kenal, tapi lupa kenal di mana. “Anak tampan, kamu ngapain di sini, mana kedua orang tuamu?” tanya Dato pelan-pelan, Natasha kini ikut mendekat dan menatap anak kecil ini. “Namaku Dean Tanaka, orang tuaku…ibuku sudah meninggal dunia, ayahku…katanya turunan orang Indonesia dan Malaysia…aku kini sebatang kara, nggak punya saudara dan keluarga lagi. Om aku lapar, belum makan sejak kemarin!” sahut anak kecil ini lancar dan polos, tidak cadel dan apa adanya. Dato dan Natasha sampai saling pandang bingung dan aneh dengan jawaban anak kecil ini. Natasha kini langsung jongkok dan menatap wajah anak kecil yang tadi sebutkan namanya Dean ini. “Dean, jadi kamu belum makan sejak kemarin, iya sih kamu terlihat kelaparan, badan kamu juga bau. Agaknya kamu juga belum mandi, kita ke kamar hotel Om dan Tante yaa. Nanti
“Dean, papa mau tanya, darimana kamu tahu sosok Datuk Maringgih, yang berada di Kuala Lumpur itu?” Dato kini menatap tajam wajah anaknya dengan Minimato San ini.Yang di tatap tetap dengan wajah polosnya, apalagi Dean baru berusia 6 tahunan, belum sekolah dasar lagi, inilah yang membuat Dato penasaran sekaligus heran. Kenapa anaknya ini bisa se pintar ini dan se aneh ini.“Ini perintah kakek moyang, yang minta rohnya harus di sempurnakan, Dean kan masih kecil, makanya papa yang harus bantu Dean melakukannya!” sahut Dean apa adanya, lucu dan polos.Deg…kaget bukan kepalang Dato menghadapi anak sulungnya ini, dia sampai saling pandang dengan Natasha.Istrinya ini lalu menarik Dato, untuk bicara berdua dan membiarkan Dean yang terlihat asek melihat acara kartun di TV. Kadang dia tertawa, layaknya anak kecil melihat tontonan yang lucu.“Sayang, kayaknya ada yang aneh dengan Dean Tanaka ini, kok bicaranya aneh begitu,” bisik Natasha.“Agaknya kita harus bujuk dia, kita bilang ke Jakarta du
Dari dermaga Pulau Bakuh, mereka harus naik mobil lagi menuju ke arah pegunungan, di mana Datuk Maringgih ini tinggal. Dato menyewa sebuah mobil yang stanby di sana.Setelah hampir 1,5 jam, akhirnya mereka sampai juga, tapi kembali ke tiganya jalan kaki menuju ke rumah Datuk Maringgih ini bertempat tinggal.Dean terlihat tak ada kelelahan dia malah kadang berlari-lari kecil, menuju ke rumah Datuk Maringgih yang berada di lereng bukit.Dato kadang mengingatkan anaknya itu, agar pelan-pelan, karena tak mungkin cepat-cepat. Sebab kakek Radin walaupun masih gagah, tapi tak seluwes dirinya ataupun Dean.Akhirnya mereka sampai juga, rumah ini tak terlalu besar, tapi terlihat kokoh dan terbuat dari kayu.“Selamat datang, akhirnya kalian ke sini juga, aku sudah lama juga menunggu kalian!” terdengar suara sambil membuka pintu. Dan keluarlah seorang pria yang usianya di taksir Dato tak berselisih jauh dengan kakeknya.Tapi Dato kecelek, ternyata orang ini sudah berusia hampir 100 tahunan. Walau
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman