Brandon kini waspada, Mr Chen ternyata punya ilmu beladiri yang sangat mumpuni. Emosi Brandon kini naik, ia kini bersiaga penuh, begitu dilihatnya Huda yang berperawakan gempal dan berwajah India ini menyerangnya kembali dengan pukulan tongkat bisbol, Brandon tak bermaksud mundur ia justru menyambut tongkat itu dengan merunduk sedikit lalu pukulan keras bertenaga ia lesakan ke perut Huda.
“Ngekkkk…!” terdengar lah teriakan Huda yang telak menerima tinju keras dari Brandon dan dia ikut terkapar di samping Pilor, yang masih merasakan nyiut-nyiut di lututnya akibat tendangan keras Brandon tadi.
“Majulah kamu keparat!” dengus Brandon, karena ia merasa sakit sekali di pundak akibat bokongan yang dilakukan Mr Chen.
Mr Chen ini melepas kacamatanya, dia tersenyum sinis menatap Brandon.
“Hmmm…kamu pasti Brandon Zailani, kenapa ngaku-ngaku bernama Ali!” ejek Mr Chen yang kini sudah kenal kalau pria ini bukan Ali sep
“Antar ke rumah saya saja pak!” Sarah tak menggubris pertanyaan kenapa Brandon begitu, ia pun menyebutkan alamat lengkapnya, sopir ini mengangguk dan tancap gas, setelah Sarah minta agar cepat.Ternyata Sarah sudah pindah ke rumah yang baru, dia baru 3 hari yang lalu menempati rumah ini, uang pemberian Brandon tiga mingguan yang lalu benar-benar dia gunakan membeli rumah baru.Walaupun tak mewah, tapi rumah ini cukup bagus dan luas, mempunyai halaman lumayan luas dan juga kamar tidur tiga buah, ada juga ruang tamu serta ruang makan plus dapurnya, juga di belakang rumah masih ada tanah kosong yang dipergunakan buat menjemur ataupun tempat bersantai.Rumah ini juga sudah dilengkapi pagar disekelilingnya dan berada di kompleks perumahan kelas menengah. Digarasi juga terdapat sebuah mobil jenis SUV, yang agaknya baru di beli Sarah, tapi entah mengapa hari ini dia malah sengaja naik taksi jalan, sehingga tak sengaja menemukan Brandon dalam keadaan babak b
Setelah di beri suntikan dan obat oleh dokter Toha, Brandon kini merasa enakan, dokter ini juga memuji obat yang di beli adik Sarah, karena obat itu pas untuk kondisi tubuh Brandon yang bonyok habis di sekujur tubuhnya.Setelah dokter Toha pulang, Sarah masuk kembali ke kamar sambil membawakan sup hangat buat di makan Brandon, karena pemuda ini lumayan lama pingsan dan tentu membutuhkan asupan gizi.Tanpa sungkan Sarah menyuapi Brandon yang makan pelan-pelan, saat menyuapi itu Brandon menatap wajah Sarah yang terlihat tetap cantik, walaupun sedang hamil tua.Di tatap begitu Sarah awalnya kagok, tapi dia tetap mencoba bersikap biasa saja.“Sarah…aku mau tanya…?”“Tanya apa pa...eh Bang..?” Sarah sempat tergagap dengan pertanyaan Brandon.“Panggil abang saja…benarkah kamu setelah resign dari Regina, langsung menikah…?”Sarah menatap wajah Brandon, yang di tatap juga menatap wajahnya, sehingga suapan itu terhenti beberapa saat.“Kenapa abang tanya itu?”“Jawablah…!”“Hmm…iya…tapi kami pi
“Sarah…abang masih menunggu jawaban kamu sampai kapan pun tawaran pekerjaan itu, telpon lah kalau ada kesulitan keuangan atau apapun, jangan sungkan…!”“Iya bang!”“Jaga Kesehatan dan jangan terlalu cape, kasian bayi dalam perut kamu itu!” kembali Sarah mengiyakan sambil mengangguk.Brandon mendekati Sarah, lalu menatap wajah cantik wanita ini, Brandon menarik dagu Sarah dan mengecup pelan bibirnya, lalu mengecup dahi Sarah.“Abang sayang sama Sarah…kalau persoalan abang sudah beres…abang akan kembali berkunjung ke sini...bolehkan?”Hampir saja Sarah ingin mengucapkan sesuatu, tapi mulutnya seakan terkunci, sehingga dia hanya diam saja, hal itu terus berlangsung sampai akhirnya Brandon pergi dari rumah ini.Brandon memakai baju yang sebelumnya, sedangkan pakaian yang sebelumnya di belikan Sarah sengaja ia tinggalkan di kamar tempat ia tidur selama 3 malam.Brandon langsung mencegat taksi dan minta di antar ke apartemennya, sampai di apartemen dan pergi ke toilet, Brandon tersenyum sen
“Apa sih yang ingin ia cari, balas dendam atau apa?” pikir Regina kebingungan sendiri.Brandon tersenyum melihat kekagetan Regina, ia lalu mengambil sebuah catatan yang ternyata sudah Brandon tulis pakai tangan.“Bacalah surat ini!”Tanpa tanya Regina membaca surat yang sudah di teken Brandon dan diserahkan pada dia, dahi Regina bergenyit bingung, karena di sana tertulis, kalau Regina telah diangkat Brandon sebagai Wakil Presiden Kanah Group, artinya selama Brandon cuti atau berhalangan, maka Regina lah yang bertanggung jawab di kantor.“Pak Brandon…i-ini benaran?” Regina menatap wajah dingin Brandon yang dari tadi menatapnya saat membaca detik surat itu.Brandon mengangguk cepat, tanda apa yang tertulis tangan itu benar adanya. Wajah Regina langsung berbinar, ini sebuah anugerah yang tak dia sangka-sangka. Karena dari semua CEO, masih banyak yang lebih senior dibandingkan dirinya.Tapi saat ini Brandon malah mempercayakan padanya untuk menjadi wakil presiden direktur di Kanah Group a
Brandon dan Regina terus bergandengan sampai di parkiran, Brandon yang sudah waspada sejak tadi sempat melirik ke belakang dan bukan dua orang yang mengikuti mereka, tapi kini bertambah jadi 5 orang.Tapi Brandon tak takut, baginya kalaupun harus bertarung habis-habisan apa boleh buat.Ia sempat memegang pistolnya yang tersembunyi di badannya dan sudah terisi 6 butir peluru dan masih ada selusin lagi magazine yang sengaja ia bawa sebagai cadangan.“Regina, kayaknya ada yang mengikuti, kita berbalik dulu dan tunggu apa maunya mereka,” bisik Brandon sambil berbisik dan menarik tubuh Regina agar ikut berbalik dan kini 5 orang yang mengikuti sudah dekat dan terlihat langsung mendatangi Brandon yang sudah siaga, serta Regina yang kini mulai ketakutan, wajahnya pucat pasi.Wanita cantik yang tak pernah tahu dunia kekerasan ini sangat gelisah bukan main, tapi saat melihat wajah Brandon, Regina agak tenang, karena Brandon terlihat tenang-tenang saja s
Lee Chai yang sudah takluk ini akhirnya membuka di mana markas atau persembunyian Mr Chen, Brandon mengangguk-angguk.“Cepat kamu pergi dari sini, bawa ke empat anak buah kamu dan bersembunyilah, kalau tidak mau di bunuh Mr Chen!”Setelah itu Brandon cepat-cepat berbalik dan menarik tangan Regina yang bak tak punya tenaga lagi, lalu setelah menghidupkan motor Harley nya, Brandon pergi dari sana tanpa menoleh lagi.Brandon terpaksa cepat-cepat pergi karena dari sana, karena sayup-sayup ia mendengar bunyi sirene yang mendekati ke arah sana. Apalagi di saat bersamaan, warga makin banyak berkumpul.Saking takjubnya dengan perkelahian berdarah itu, di tambah malam hari dan cuaca lampu remang-remang, tak ada warga yang sempat merekam adegan perkelahian mengerikan itu.Namun Brandon lupa, ternyata ada CCTV di tempat itu, itulah yang kini di tonton Brigjend Amran sambil geleng-geleng kepala menyaksikan kekejaman Brandon.Sebagai orang paling bertanggung jawab dengan keamanan di wilayahnya, B
Setelah sekali lagi Brandon mengecup lembut bibir Regina, sedan mewah milik janda muda ini pun meluncur menuju keluar dari kawasan apartemen.Brandon tersenyum sendiri sambil merapikan rambutnya yang pulang panjang dengan kedua tangannya. Baru saja berbalik ingin kembali ke apartemen, di depan Brandon sudah berdiri dua orang lelaki bertubuh tegap.“Pa Brandon…anda ikut kami ke kantor polisi sekarang juga, tolong jangan melawan, karena ini demi kebaikan pa Brandon juga, ini perintah langsung Brigjend Amran!”Brandon terdiam sejenak, lalu iapun menganggukan kepala, namun ia minta izin mau berpakaian yang pantas dulu, karena ia hanya pakai kaos dan celana selutut, kedua polisi berpakaian preman ini tak keberatan, namun mereka mengikuti langkah Brandon hingga ke dalam kamar.Begitu masuk, kedua polisi ini geleng-geleng kepala melihat apartemen Brandon yang terlihat berantakan.Tentu saja berantakan karena semua ruangan di pergunakan
Setelah memberi nasehat panjang lebar, Brigjend yang menatap punggung Brandon yang meninggalkan ruang kerjanya.“Jangan lupa…ke salon lah segera, cukur tu cambang bauk kamu, kamu kayak ngga terurus saja hidup. Apa perlu saya carikan pendamping, biar kamu ada yang memperhatikan!”Brandon tertahan sebentar, lalu menoleh wajah Brigjend Amran, kalau tadi wajahnya muram dan tak ada senyum-senyumnya, kini dia tersenyum malah agak lebar. Menertawakan ucapan Brigjen Amran barusan.“Nanti saja, hati saya belum kebuka-buka cinta untuk wanita…entahlah nanti pa Jenderal!” setelah berucap begitu, Brandon pun permisi dan keluar dari ruangan Brigjend Amran.“Hmmm…pemuda yang mengerikan, kalau saja tak disaksikan warga, aku yakin 5 preman yang mengeroyoknya itu bakalan jadi mayat semuanya!” gumam Brigjend Amran geleng-geleng kepala.Tanpa buang waktu, besoknya Brandon sudah berada dalam pesawat komersial, tu
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman