Setelah memberi nasehat panjang lebar, Brigjend yang menatap punggung Brandon yang meninggalkan ruang kerjanya.
“Jangan lupa…ke salon lah segera, cukur tu cambang bauk kamu, kamu kayak ngga terurus saja hidup. Apa perlu saya carikan pendamping, biar kamu ada yang memperhatikan!”
Brandon tertahan sebentar, lalu menoleh wajah Brigjend Amran, kalau tadi wajahnya muram dan tak ada senyum-senyumnya, kini dia tersenyum malah agak lebar. Menertawakan ucapan Brigjen Amran barusan.
“Nanti saja, hati saya belum kebuka-buka cinta untuk wanita…entahlah nanti pa Jenderal!” setelah berucap begitu, Brandon pun permisi dan keluar dari ruangan Brigjend Amran.
“Hmmm…pemuda yang mengerikan, kalau saja tak disaksikan warga, aku yakin 5 preman yang mengeroyoknya itu bakalan jadi mayat semuanya!” gumam Brigjend Amran geleng-geleng kepala.
Tanpa buang waktu, besoknya Brandon sudah berada dalam pesawat komersial, tu
Karena selama ini Tantri sudah tak terhitung menikmati uang-uang yang digelontorkan Wijaya, mulai dari apartemen, mobil hingga uang saku dan juga perawatan tubuh Tantri yang nilainya tak sedikit.“Aku tahu semenjak kamu mengetahui Brandon kini jadi orang tajir, kamu berusaha ingin balikan lagi dengan tunangan kamu itu. Tak semudah itu Tantri, sekarang pilihan kamu hanya 2, lanjutkan pernikahan kita, lalu video-video syur kita akan aku hapus semua dan satu hal lagi, kamu tetap jadi bini keduaku, titik!”Sama-sama keras kepala dan sama-sama tak mau mengalah, keduanya pun malah bertengkar makin sengit. Wijaya tetap mengancam akan menyebarkan video itu, terutama ke atasan Tantri, sehingga sudah bisa di bayangkan, karir Tantri di kepolisian akan habis seketika itu juga, termasuk pidana berat yang bakal ia terima.“Pokoknya aku pingin kita pisah, dan hapus segera video-video itu, atau…?”“Atau apa perempuan tak diri?”
Brandon kini mengamati dengan seksama di balik kaca tembus pandangan, melihat interogasi yang dilakukan anak buah Brigjend Roni terhadap dua orang yang dulu menguntitnya di jalan tol kota.Dua orang yang bernama Cungkring dan Sukar ini sedang ditanyai dua orang polisi, pertanyaan menohok tentu saja di arahkan pada keduanya, yakni siapa yang mengorder mereka mengikuti Brandon.Keduanya hanya mengatakan satu nama yakni Mr Bhat.“Apakah kalian pernah bertemu dengan orang yang bernama Mr Bhat itu?” tanya Briptu Soha, polisi yang menginterogasi keduanya.Cungkring dan Sukar kompak menggeleng, keduanya hanya bilang kalau tugas mereka adalah menguntit Brandon, lalu kalau ada kesempatan melakukan eksekusi pada ‘the new crazy rich’ muda ini. Kesimpulannya, baik Cungkring maupun Sukar benar-benar tak tahu siapa jati diri Mr Bhat, mereka hanya terima order dari seseorang dan uang pun di transfer saja.Walaupun keduanya sempat menerima bogem mentah, tetap saja jawabannya begitu, sehingga Brandon
“Saya akan bantu Bang Punang menghadapi kelompok preman itu!”“Bantu…bantu bagaimana Mas…?” Punang kaget bukan main dengan ucapan Brandon.“Kita lawan kelompok itu!”“A-apa…!”“Saya tak main-main bang Punang, kita tunggu saat mereka datang ingin menagih uang preman pada abang dan anak buah, kita tunjukan kita juga tak takut dengan mereka!”Punang yang awalnya tak yakin dengan ucapan Brandon, akhirnya mengangguk saat Brandon tanpa sungkan menunjukan pistolnya di dadanya.Brandon menyakinkan Punang, ia tak segan menembak mati para preman itu, agar tidak menganggu Punang cs lagi.Punang akhirnya mengangguk setuju, ia bilang biasanya tiap malam minggu, kawanan preman saingannya itu datang menyatroni mereka dan menagih uang setoran baik, dengan cara lemah lembut ataupun dengan kekerasan.“Tapi selalu dengan kekerasan mas, karena mereka mau ambil s
Tiba-tiba…duarrr…duarrr…duarrr, tiga kali tembakan Brandon lepaskan, ketiga orang yang tadi mengeroyoknya langsung terjengkang ke belakang, mereka memegang bahu dan kaki yang terkena tembakan.Ternyata saat terdesak tadi, Brandon tanpa ampun dan secepat kilat mencabut pistolnya dan langsung menembak dari jarak dekat.Julukan sebagai penembak jitu membuat tembakannya tak meleset dan tepat mengenai para preman ini, tapi tidak membunuhnya. Karena yang di tuju Brandon tempat-tempat yang tidak berbahaya bagi para preman iniBrandon bangkit, ia kini mendekati pimpinan preman yang kini seakan terbang nyalinya, setelah mendengar 3X tembakan yang tepat mengenai 3 anak buahnya.Brandon menodongkan pistolnya ke wajah preman ini, sehingga sang preman ini bersujud ke takutan, warga yang geger mendengar tembakan tadi semuanya lari menjauh ketakutan, tak berani jadi saksi kekerasan antar preman, yang mereka pikir pasti sama-sama sangat ganas ini.
“Huhh, enaknya kamu ngomong, harusnya kamu sudah ku hajar sampai mati, kamu lihat 3 anak buahku yang barusan kamu tembak tadi, itu harus kamu bayar sangat mahal, bahkan bisa saja dengan nyawa kamu?” dengus Yanke dengan nada marah.Brandon tertawa kecil, ia langsung melempar lima bebat uang pecahan 100 ribu ke hadapan Yanke.“Cepat ke rumah sakit dan buang peluru di kaki itu, nanti tambah parah, uang itu lebih dari cukup untuk berobat, aku yakin paling dua mingguan sudah mulai sembuh!” suara Brandon terdengar dingin.Yanke terkaget-kaget, ia tanpa di suruh 2X langsung mengambil lima bebat uang tersebut.“Heii kamu bertiga cepat ke rumah sakit, nih bawa uang untuk berobat!” perintah Yanke, ketiga anak buahnya yang tadi jalan terpincang-pincang langsung mengangguk hormat dan secepatnya pergi dari sana untuk segera berobat, setelah menerima dua bebat uang yang nilainya pasti 20 juta, sisa yang 30 juta malah di simpan Yanke,
Jam 10 pagi, Brandon didampingi Ali datang ke tempat itu, Brandon pangling melihat Yanke dan 100 anak buahnya berbaju seragam yang sama, di dada mereka tercantum tulisan nama ormas nya, yakni Ormas Merah Putih.Brandon yang datang dengan jas kulit warna hitam, jeans warna gelap plus sepatu boot serta rambut yang di ikat rapi, di dampingi Ali yang berbaju ala PDH (pakaian dinas harian), langsung disambut Yanke dan memeluknya.Kali ini Brandon sengaja bawa mobil sport mewahnya, yang di sopiri Ali, Yanke dan 100 an anak buahnya kini percaya, Brandon adalah seorang crazy rich yang suka berpenampilan begitu, yakni apa adanya dan tak suka kayak orang kantoran yang rapi.Setelah dipeluk Yanke, Brandon menoleh ke semua anak buah Yanke dan tersenyum tipis, ia makin tersenyum saat melihat Punang yang ikut berbaju seragam sama dengan anak buah Yanke.“Bagus Bang Punang, mulai saat ini kalian semua anak buahku dan Yanke serta Abang adalah tangan kananku d
Yanke duduk santai menunggu seseorang yang akan datang ke tempat itu, sesuai jadwal yang disepakati, mereka kembali akan bertemu di sebuah kafe yang berada di kawasan Mangga Dua, Jakarta Pusat.Tak sampai 30 menitan, terlihat lah seseorang pakai jas kulit, kepala nya di tutupi topi jenis Flat cap, entah kenapa tumben hari ini orang ini datang sendiri, biasanya ditemani dua orang pengawalnya.“Selamat datang pa Jenderal,” Yanke berdiri dan mengangguk hormat. Lelaki ini hanya mengangguk lalu duduk di depan Yanke.“Yanke, ku dengar kamu kini punya kantor mewah dan ada mobil operasional dan anak buah kamu makin banyak saja. Hmmm…kamu makin sugih ternyata, artinya setoran pedagang-pedagang dan cukong-cukong yang selama ini kamu jagain makin lancar…kurasa, sudah saatnya kue yang kamu berikan naik 2X lipat dari sebelum-sebelumnya!”Orang yang dipanggil Jenderal ini malah terus mencecar Yanke dengan kalimat-kalimat menohok. Y
Sherly terlihat memanggil seorang pelayan yang tadi mengantarkan uang tips, ia memesan beberapa makanan, rokok serta minuman, Brandon hanya diam saja memperhatikan ulah Sherly.Wajah Sherly mengingatkan Brandon dengan wajah artis Bunga Citra Lestari, walaupun saat ini make up Sherly agak tebal, tapi tak menyembunyikan kecantikan penyanyi ini.“Sering ke sini Bang Brandon..?” Sherly kini berbasa-basi sambil menatap wajah Brandon.“Nggak…baru pertama kali!”“Hmmm…tau darimana tempat ini Bang…maaf agak kepo!” Sherly terlihat agak hati-hati bertanya, karena di lihatnya tampang Brandon tetap dingin, kadang matanya jarang menatap wajah Sherly, karena sering menoleh ke tempat lain.“Tadi cuman jalan-jalan, nggak tau kepingin aja masuk ke sini, kebetulan belum rame, makanya aku putuskan masuk, kalau rame aku malas, aku lagi pingin ketenangan, sambil dengarin lagu-lagu di sini, suara kamu bagus,
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman