Tenaga Dato seolah naik berlipat-lipat, dendam membara membuatnya benar-benar tak ada kata mundur. Ratusan Anggota Yakuza termasuk Hida Kato yang otomatis akan naik pangkat jadi Ketua Yakuza Nagoya tegang bukan main, melihat pertarungan sengit dan mematikan ini.Tapi 20 an anggota Samurai bangga tak kepalang, Dato seolah mengangkat derajat mereka, yang makin di segani dan di takuti, khususnya kelompok Yakuza.Gaya bertarung Dato yang jadi anggota kesatria samurai, seolah menasbihkan dirinya benar-benar samurai sejati. Walaupun bukan asli berdarah Jepang.Craaakkkkk…Hidikato berteriak kesakitan, saat ujung samurai menembus perutnya, saat bersamaan pukulan tongkat Kento Mamaki menghantam punggung Dato.Hingga pemuda ini jatuh bergulingan, samurai masih menancap di perut Hidikato, sehingga kini Dato hanya bertangan kosong menghadapi serangan ganas Kento Mamaki. Kento kembali menyerang dahsyat dengan membabatkan tongkatnya ke arah Dato. Dato tak mau konyol menangkis tongkat besi ini, s
Dato pun membawa hatinya yang kembali nelangsa, dengan jalan-jalan ke Kyoto, dia ringan hati saja ingin ke sana. Dato rindu alam pedesaan dan Kyoto adalah kota yang pas di kunjungi.Dato membatalkan pulang ke Indonesia, dia ingin bersantai sejenak. Terlebih ada janji pada dua gadis belia manis yang bikin Dato bisa tersenyum, Ayumi dan Nomi.Dua gadis belia ini pernah di tipu komplotan Yakuza, dan hampir saja jadi pemeran film dewasa. Namun berhasil Dato tolong, dan kini keduanya sudah kembali pulang ke kampung halaman mereka di Pulau Honshu, di mana Kota Kyoto berada, Pulau ini merupakan bagian dari daerah metropolitan Osaka-Kobe-Kyoto.Dato sengaja bawa mobilnya dari Nagoya, dengan jarak tempuh hampir 2 jam, atau 128 kilometeran dari Kota Nagoya.Hati Dato langsung terhibur melihat alam pegunungan pedesaan yang sangat asri juga ada pantainya yang indah. Dato agaknya ingin melepaskan diri sejenak dari kesuntukan kota.Pertarungan maut dan berdarah-darah yang ia lakoni membuat mentalny
Melihat Dato keduanya langsung menghambur dalam pelukan pemuda ini. “Sudah-sudah, ayo kita turun dari tempat ini.” Dato menghibur keduanya, sekaligus mengajak turun dari bukit ini, beriringan dengan hampir 1000 an orang lainnya, yang awalnya hanya ratusan.“Rumah kami bang, hancur…ortu kami nggak tahu ngilang ke mana!” Ayumi dengan terisak mengisahkan kondisinya saat ini.Kaget juga Dato mendengar kisah kedua gadis belia ini. Tsunami dahsyat yang melanda Kyoto hancurkan kota yang berada di bibir pantai.Tsunami ini sangat cepat datangnya dan sangat cepat surutnya, menyisakan kota yang berantakan. Jalan-jalan raya yang semula mulus kini retak-retak dan banyak rusak parah.Di sini Dato salut sekali dengan aparat Jepang, terutama Tim SAR nya yang bergerak sangat cepat mengatasi kekacauan ini.Dato lalu mengajak ke dua gadis cantik ini ke vila nya untuk sementara. Inilah yang kembali Dato salut juga, vila ini ternyata sangat kokoh, walaupun ada kerusakan sana-sini, tapi tak begitu parah.
Kedua gadis jelita bertubuh mungil ini jadi hiburan bagi Dato, dia pun bisa melupakan Mikako dan juga Minimato San.Dato juga mulai bisa merubah rasa sukanya pada wanita yang lebih tua, karena Ayumi dan Nomi masih keyes-keyes, baru jelang 18 tahunan dan masih berstatus pelajar.Ibarat buah mangga, keduanya ini sedang enak-enaknya di jadikan rujak, legit, asem dan nikmat. Keduanya juga body yang alami dan proporsional, khas remaja Jepang.Dato sampai 1 bulan bersama dua dara jelita ini, mereka bak bulan madu saja dan Dato seolah memiliki dua istri sekaligus. Karena siang malam di layani keduanya dengan mesra.Setelah 1 bulan dan kondisi Kyoto sudah pulih dari gempa dan tsunami dahsyat, Dato pun pamit pada kedua ‘kekasihnya’ ini.Walaupun sedih, tapi kedua gadis mungil ini dengan bercanda bilang nggak sanggup juga kelamaan bersama pemuda kokoh ini.“Lama-lama kami kurus kering, masa Abang bak minum obat sih, minta siang malam …mana itunya guedee lagi. Kini peranakan kami kayak udah pern
Madam Safira malah tersenyum menatap Dato, wanita cantik ini seakan menghadapi seorang anak nakal saja. Benar-benar sangat tenang tak ada gugup-gugupnya.Madam Safira juga mencueki 5 orang yang terlihat berguling-guling menahan sakit. Bahkan 3 orang kini sudah pingsan. Tak terlihat empati dari wanita ini terhadap 3 orang tersebut, seolah pemandangan itu biasa saja baginya.Tembakan yang Dato lesakan membuat mereka antara hidup dan mati, karena mengenai perut dan bahu mereka.“Hmm…tenang dulu jagoan, masa aku tega terhadap kamu sih, jangan lupakan kenangan kita di Batupecah dulu sayang…apakah kamu nggak kangen dengan goyanganku ini!” bujuk Madam Safira dengan senyum di kulum.Tanpa Dato sadari, tangan wanita bergerak perlahan menjamah sebuah mangkuk yang berisi sup panas.“Hmm…tak usah ungkit soal itu lagi Madam Safira atau Madam Nabila. Tangan kamu berdarah-darah, entah sudah berapa puluh orang kamu bikin mampus!” sentak Dato.“Jangan sembarangan menuduh apa buktinya aku berbuat itu?”
“Si-siapa kamu dan mau apa?” wajah di banci inipun langsung pucat tak terkira, todongan pistol tepat ke wajahnya membuatnya hampir kencing di celana warna pinknya.“Jawab saja pertanyaanku, jangan banyak tanya!” bentak Dato, hingga si gemoy ini langsung terdiam.“Sebutkan di mana Madam Safira kini berada!” bentak Dato lagi, sengaja agar si banci ini makin ketakutan.“Di-dia berada di lantai 5, kamar 5120!”“Sama siapa di sana..?”“Kadang sama kekasihnya, kadang sama pengawal brondongnya!” saking takutnya, si banci ini ngomong apa adanya. Apalagi kalau sudah takut begini, sifat kewanitaannya menonjol sekali.“Hmm…baiklah, awas kalau kamu bohong, satu hal, jangan coba-coba lapor dengan siapapun, aku tak segan mencari dan menembak kepalamu, paham!”“Pa-pahamm…ca ileehhh…kagak percaya amat sie…aduhh turunin dong itu burung pelatuk eh pistol, ngeriii!” si banci sampai menutupi wajahnya saking takutnya.Saat akan berpaling karena tadi menunduk dan menutup wajah. Dato ternyata sudah menghila
Dato langsung keluar dari lemari dan dia kini hanya bisa tertegun. Madam Safira terlihat di cekik Albert dan tubuh pria bule ini berlumuran darah.Lalu tubuh si bule ini ambruk ke lantai, dengan membawa tubuh Madam Safira. Dato buru-buru menarik tubuh Madam Safira, wanita ini masih belum tewas, tapi terlihat sudah agak kepayahan.“Madam Safira…!” Dato menarik tubuh ini dan melepaskan tangan kokoh Albert, yang kini terguling dengan tubuh berlumuran darah dan tewas. Akibat tembakan Madam Safira yang tepat menembus dadanya, tembus hingga ke punggung.Melihat Dato yang muncul tiba-tiba, Madam Safira awalnya kaget, lalu dia seakan memberi kode pada Dato agar mendekat.Madam Safira berbisik dengan sekuat tenaga, seakan menyampaikan wasiat terakhirnya. Dato terpaksa mendengarkan dengan seksama, karena suara Madam Safira makin lama makin lemah. Lalu tubuh wanita ini lunglai di pegangan Dato.Dato hanya bisa tertegun, diapun akhirnya meletakan pelan-pelan jasad Madam Safira, yang ternyata tewa
Dato langsung terbang dari Jakarta ke Batupecah dengan private jet Om-nya. Setelah lapor dengan Kapolres-nya, Dato pun sengaja mengunjungi Paman Uja, dan sang paman kaget sekaligus senang di kunjungi keponakannya, yang ternyata seorang anggota polisi.Paman Uja adalah adik dari dokter Qorry, mendiang ibu kandung Dato, yang kini mewarisi klinik milik Dayang, Nenek Dato.Dato jadi ingat masa SMU nya di sini, dia pun memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan dan sekalian mampir ke rumah Arga. Lalu ke rumah Unai, kedua sahabat SMU ini bertugas di daerah lain. Ke sini Dato langsung ingat sosok wanita cantik…Reni.“Apakah setelah menikah Reni ikut suaminya yaa…?” batin Dato.Unai kini bertugas di Manado dan Arga yang menjadi prajurit malah bertugas di Papua. Saat berada di rumah Unai dan aseek berbincang dengan kedua orang tua sahabatnya ini di ruang tamu.Dato kaget saat melihat sebuah mobil parkir di depan rumah dan keluarlah seorang wanita cantik yang…sepintas mirip Bibi Nathasa, tapi dia buk
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman