Perang batin pun langsung bergerak di benak pemuda ini, ikan masak nan gurih sudah tersaji di depan hidung dan sekarang tinggal santap, tunggu apalagi, demikian godaan di hatinya.Saat tangannya tanpa sadar sudah bergerak menuju ke pantat denok gadis belia ini, Radin langsung terdiam, sesaat ia sadar kalau ini adalah Eva gadis malang yang hampir jadi PSK.Kesadaran inipun menyeruak batinnya, Radin tak tega memanfaatkan kesempatan untuk menggauli gadis muda ini, walaupun begitu mudah baginya meniduri Eva saat ini, terlebih gadis belia ini seakan membuka pintu buat pemuda ini bertindak lebih saat ini.Radin memang memegang pantat bohay Eva, tapi justru merapikan kimono gadis belia ini, lalu diapun memejamkan mata menikmati pijatan Eva.Eva awalnya kaget saat Radin memegang pantatnya, tapi dia berbalik salut, pemuda ini malah merapikan kimononya tanpa bertanya, apalagi tergoda.Padahal Radin harus sekuat tenaga bertahan agar tidak tergoda gadis cantik belia ini, sifatnya bangornya berhas
“Siapa yang meng order kalian..?”Terdengar dingin suara Radin, saat itulah Radin melirik dan melihat salah satu rekannya hampir berhasil keluar, tapi yang membuat Radin kaget, orang itu terlihat membidik dirinya dengan senjata api.Duarrrr…Radin secara refleks menembakan pistolnya dan orang tadi langsung tersentak dan terjatuh ke aspal dan berteriak kesakitan.Lavina yang merekam adegan ini dari jarak 30 meteran sampai gemetaran dan terkencing di celana, saking kaget dan gugupnya melihat Radin dengan berdarah dingin menembakan pistolnya tanpa ampun.“Katakan cepat, aku tak pernah bisa sabaran…!” Radin kini kembali menodongkan pistolnya ke orang ini.“Aammmpun bangg…kami hanya suruhan, orangnya adalah Bolak…!”Baru saja selesai mengucapkan kalimat itu, pria ini langsung pingsan seketika, sepakan menyamping Radin tepat menghangtam kepalanya dan terkapar di aspal.Saking marah dan emosinya, Radin lagi-lagi bikin Lavina hampir pingsan dan tak bisa merekam dengan ponselnya, apalagi saat k
Hampir satu malaman Eva tak bisa tidur, saat dia mengintip lagi, pasangan yang sedang di mabuk nafsu itu sudah pindah ke kamar. Bukannya mereda, suara Lavina malah makin membuatnya tak bisa memejamkan mata.“Apess banget aku, dengarin abang dan si Lavina enak-enakan berpacu ada adu alat kelamin, coba ajak aku sekalian, nggak bakalan nolak kaleee…!” batin Eva menjerit saking jengkelnya, karena jelang subuh baru matanya bisa terpejam.Suara lenguhan nyaring Lavina sudah berhenti, tanda kedua orang itu kecapekan dan pastinya ketiduran setelah berpacu dalam melodi hingga 2,5 jam dengan durasi dua babak.Eva bangun ke siangan, hampir jam 9 pagi dan dia kaget kamar hotel sudah sepi, Radin dan Lavina sudah tak berada di kamar.Eva hanya geleng-geleng kepala melihat ruang tamu berhamburan, termasuk kasur majikannya.Noda-noda percintaan yang mengering terlihat jelas, gadis belia ini hanya bisa menghela nafas panjang, ingat gaya-gaya Radin dan Lavina yang bikin jantungnya tak berhenti berdetak
Radin langsung bangkit dari tanah, dia lalu melepas kemejanya yang sobek besar kena tebasan golok ini.Radin juga buka kacamata dan topinya, kecuali masker di mulutnya, penyerangnya yang kaget Radin kebal bacok kembali menyerang dengan ganas, tubuhnya sama tinggi dengan Radin.Radin menunduk menghindari tebasan yang mengarah ke wajahnya, lalu sebuah jurus sekeras-kerasnya ia layangkan.Bukkk…rusuk pria gempal ini kena jurus keras Radin, dia terjungkal ke tanah, golok panjangnya terlepas, dia sempat meringis ke sakitan.Pria ini cepat bangkit saat melihat Radin dengan tenang mendekatinya, dia lalu menyeruduk Radin, tapi Radin langsung menghindar menyamping, agaknya pria ini tahan pukul juga, hanya terlihat meringis sebentar lalu kembali main seruduk.Radin langsung menendang pantatnya, hingga kembali pria ini tersungkur ke tanah, kali ini malah lebih parah, wajahnya menyeruduk motor yang tadi di bawa dua pria yang sudah Radin tembak.Radin mendekat dengan cepat, lalu tanpa ampun kakiny
“Mau jagoan kamu yaa…nih terima akibatnya!” teriak seorang oknum polisi lalu menghajarnya dengan pentungan berkali-kali, agaknya si polisi ini memang sudah terbiasa menghajar tahanan, terlihat dari gaya yang tak kagok ataupun tak memperdulikan korbannya yang hanya bisa pasrah sambil meringis menahan sakit.Buukkkk…bukkk…sudah tak terhitung Radin menerima pukulan-pukulan 3 oknum aparat ini, sehingga dia terkapar dengan luka berdarah di lengan dan wajahnya.Tak mungkin Radin melawan, karena ini markas kepolisian dan juga awalnya dia sadar, wajar saja karena dia sudah melanggara hukum.Namun di sela-sela memukulinya, Radin kaget saat salah satu oknum ini keceplosan bicara, kalau setelah ini mereka akan dapat hadiah besar dari Bolak Siwandjaja.“Bangsat, mereka ini ternyata suruhan politisi busuk dan bos preman itu…!” batin pemuda ini mulai gemas dan marah, hampir saja dia mau memberontak, tapi kembali ia sadar di sini kantor mereka.Radin memang kebal bacok, tapi pukulan bertubi-tubi men
Sebelum pulang kembali ke Jakarta, Aldot juga bilang kedua ibu sambung Radin sudah melahirkan dan kedua adiknya semuanya laki-laki.Radin sempat video call dan melihat dua bayi mungil yang baru berusia 3 mingguan itu. Tapi lagi-lagi Lavina dan Eva kaget sekaligus mau ketawa, saat Radin kena semprot salah satu ibu sambungnya, yang terperanjat melihat wajah Radin yang agak bengkak-bengkak tersebut.“Pokoknya segera pulang, betul tuh kata papa kamu, lanjutin kuliah, stop dulu berkelahi, nakal banget ni anak!” tegur Mami Sisca dengan suara kencang.Mami Melly yang ikutan menatap wajah Radin melalui vidcal ini sampai ikutan geregetan melihat anak sambung mereka yang bonyok-bonyok itu, padahal baru juga sembuh patah tangan dan kaki, sehingga hampir 2 bulanan berobat alternative di rumah Paman Bahran di Desa Dudur.Kasih sayang dua wanita cantik ini memang tulus buat Radin dan 3 saudaranya, Sonia, Rianti dan Resa.Inilah yang membuat Melly dan Sisca tak kesulitan masuk dan jadi bagian keluar
Eva menepis tangan tangan nakal pemuda bangor ini, dia masih malu berbuat lebih dengan majikannya ini. Walaupun dia tak bisa bohong, sesuatu yang tadinya kering kini agak basah!Rasa sungkannya masih sangat tinggi dan tentunya semakin kenal dekat Radin, Eva makin rendah diri.Apalagi saat memasuki apartemen mewah ini, hati Eva sempat mengkeret dan tak henti-henti mengagumi kemewahan tempat ini.Selain tempatnya sangat luas, juga benda-benda di dalamnya kekinian semuanya dan tak ada yang berharga murah.“Gelas ini saja jangan-jangan seharga rumah emak dan abah di kampung,” batin Eva, saat memegang gelas minum yang unik dan terlihat artistik tersebut.Eva juga menempati sebuah kamar khusus buatnya, yang bikin dia makin geleng-geleng kepala saking mewahmnya di matanya.Punya kasur empuk, WC mewah dan pastinya kamarnya saja berukuran 7X9 meter, lebih luas dari rumah kedua orang tuanya di kampung yang hanya berukuran 5X7 meteran, dan pastinya selalu sejuk, karena pakai AC sentral. Dia pu
Kadang-kadang Radin mengontak AKP Bardi menanyakan perkembangan pencarian Bolak, yang dikatakan berpindah-pindah tempat persembunyiannya.“Sangat licin mas, saat anggota datang ingin menyergap, si Bolak sudah duluan kabur, agaknya ada kelompok yang melindunginya, ini sedang kami selidiki!”Itulah penjelasan AKP Bardi yang jadi Ketua Tim penangkapan DPO paling di cari ini. Radin percaya dengan ucapan sang perwira menengah ini.Dari data yang ia miliki, AKP Bardi termasuk polisi yang sederhana dan sangat anti di sogok, apalagi main bisnis haram.AKP Bardi naik pangkat murni karena prestasi, bukan karena main jilat atasan ataupun menyogok. Perwira yang langka saat ini, di tengah banyaknya kasus miring yang menerpa institusi ini, mulai dari level pangkat terendah, hingga yang berpangkat sekelas jenderal polisi.3 bulan kemudian..!Suatu hari saat santai di sebuah kafe yang berada di Mal Tunjungan Plaza bersama 3 sohibnya, Antonio, Basad dan Tomo…!Radin melihat ada seorang lelaki lenganny
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman