Kadang-kadang Radin mengontak AKP Bardi menanyakan perkembangan pencarian Bolak, yang dikatakan berpindah-pindah tempat persembunyiannya.“Sangat licin mas, saat anggota datang ingin menyergap, si Bolak sudah duluan kabur, agaknya ada kelompok yang melindunginya, ini sedang kami selidiki!”Itulah penjelasan AKP Bardi yang jadi Ketua Tim penangkapan DPO paling di cari ini. Radin percaya dengan ucapan sang perwira menengah ini.Dari data yang ia miliki, AKP Bardi termasuk polisi yang sederhana dan sangat anti di sogok, apalagi main bisnis haram.AKP Bardi naik pangkat murni karena prestasi, bukan karena main jilat atasan ataupun menyogok. Perwira yang langka saat ini, di tengah banyaknya kasus miring yang menerpa institusi ini, mulai dari level pangkat terendah, hingga yang berpangkat sekelas jenderal polisi.3 bulan kemudian..!Suatu hari saat santai di sebuah kafe yang berada di Mal Tunjungan Plaza bersama 3 sohibnya, Antonio, Basad dan Tomo…!Radin melihat ada seorang lelaki lenganny
Antonio langsung menelpon temannya yang dinas di Polda Metro, dan tak berselang lama patroli polisi datang lalu membawa Bajung dan Todo ke rumah sakit.Kini ke empatnya sudah kembali pulang dan Radin juga menelpon AKP Bardi yang janji hari ini juga akan ke Jakarta untuk menjemput dua anak buah Bolak Siwandjaja.Tiga hari kemudian…!Radin kembali kuliah seperti biasa dan bakal bersiap untuk mengikuti ujian negara, sebagai prasyarat kelulusannya kelak. Karena kampusnya ini swasta sehingga harus ada ujian negara.Radin sudah memutuskan akan kuliah S2 ke London usai wisuda, sesuai permintaan ayahnya, yang bakal mewariskan secara bertahap perusahaan besar ini ke dirinya.Sampai diparkiran mobil kampus Radin kaget melihat Citra yang turun dari sebuah mobil sejuta umat jadul dan yang bikin dia terdiam, terlihat AKP Bardi juga turun dari mobil ini mencium dahi Citra.“Mas Radin…!”AKP Bardi memanggil Radin, padahal niat pemuda ini adalah pura-pura tak melihat, karena dia pikir pasti ada hubun
Tiba-tiba dan 2 orang yang nekat menyerangnya, Radin langsung menghindar, dan apeslah nya keduanya, tanpa ampun Radin mengayunkan samurai itu dan terkaparlah dua orang itu dengan luka menganga di bahu dan lengan dan meringis-ringis kesakitan.Hampir saja Radin ingin bikin semaput keduanya, tapi dilihatnya puluhan orang yang tawuran memandangnya.Mikir juga pemuda ini karena ada sekitar 30 orang yang menatapnya kebingungan, sebagian besar malah dengan senjata terhunus. Kalau dirinya nekat, bisa jadi yang 30 orang malahan akan mengeroyoknya.“Siapa lagi yang ingin maju, sini cepat…heiii kamu yang bawa clurit dan kau yang bawa golok, hayoo maju!” tantang Radin yang benar-benar naik spanning.Tiba-tiba dari dari kejauhan terdengar bunyi serine polisi dan suara bentakan-bentakan.Dan pelaku tawuran langsung berhamburan kabur, tapi 30 an polisi bertindak cepat 15 orang tertangkap dan sisanya kabur dan terus di kejar polisi hingga ke perkampungan penduduk yang padat.Melihat itu, Radin melem
Eva mencubit dada kokoh berbulu tipis pemuda ini, si ART yang makin modis dan cantik ini, hari ini izin pulang ke kampung halaman selama 2 minggu, karena akan hadiri perkawinan sepupunya di Indramayu.Malam tadi Radin dan Eva bergelut sampai si ART ini mengeluh Radin makin hari makin hyper saja.Sehingga dengan bercanda tapi serius Eva minta Radin segera cari pacar, agar dia nggak setiap malam harus melayani sang juragan tampannya ini.Anehnya, walaupun tak pakai pengaman, Eva sampai kini tak hamil-hamil, padahal si ART ini sudah bilang kalau pun jadi, dia akan tetap bahagia dan akan pelihara ke keturunan bangor ini kelak.Eva pun bilang tak akan menuntut Radin harus menikahinya, karena dia sadar bantuan Radin padanya dan orang tuanya luar biasa banyaknya, terlebih perbedaan status mereka yang jomplang.Eva melambaikan tangannya dan si ART ini kini pulang naik mobil sendiri, yang sebelumnya di belikan Radin, tak lagi naik bus ataupun kereta api.Eva sudah mahir bawa mobil jenis SUV de
Tak lama datang sebuah MPV dan turunlah seorang orang wanita lumayan cantik dan seorang pria, mereka berdua broker perumahan ini, keduanya menghampiri Radin dan Heny.“Saya Ria dan ini Bono, asisten saya…jadi mau lihat-lihat kebagian dalam kah rumah ini?” tawar Ria lalu memerintahkan asistennya membukakan pintu rumah ini,Setelah keliling melihat-lihat rumah dua lantai dengan 4 kamar tidur ini, Radin menatap Heny.“Kamu suka rumah ini Hen?”“Suka banget lah bang, tapi bagaimana dengan abang, kan rumah ini buat abang?” tanya balik Heny.Radin bertanya berapa harganya pada Ria, setelah Ria sebutkan 1 miliaran, Radin langsung menawar 800 juta, Ria ngitung-ngitung dengan ponselnya. “Paling bisa 975 juta pa…itu udah nett!”“900 Juta, bagaimana!”Ria pun kembali ngitung-ngitung, hingga Radin jadi tak sabaran, apalagi Ria sesekali menelpon seseorang, yang agaknya atasannya.“920 juta pa…udah nggak bisa kurang lagi pa!”“Ok…deal, saya bayar sekarang juga dan kapan bisa di tempati?” cetus Rad
Radin tentu ingat pengalamannya saat bersama Rose dan juga Hanum, pertama tak boleh tergesa-gesa, harus lembut dan itu ia praktekan dengan Heny.Dan hasilnya walaupun masih agak perih, tapi lenguhan Heny makin terdengar, tanda dia mulai menikmati terbang ke awan bersama pemuda ini.“Pelan…pelan..bang..!” bisik gadis belia ini, sehingga Radin benar-benar berlaku sangat lembut dan akhirnya sukses membuat Heny klimaks pertama kalinya.Dan selanjutnya permainan panas ini makin lama makin lancar dan berakhir dengan mengeramnya Radin dengan dengusan nyaring.Si bangor kembali telah menabrak pagar ayu seorang gadis cantik, Heny sempat termenung setelah Radin menggeser tubuhnya dari badannya.Gadis jelita ini tak mengira hari ini dia telah berbeda, pagar ayu yang selama ini dia jaga jebol di tangan pemuda, yang dia sebut malaikat penolong bagi keluarganya.Semuanya terjadi begitu saja, tak di rencanakan, apalagi diniatkan, melihat Heny termenung, Radin memeluk tubuh polos ini dan berbisik lem
Selama konsen kuliah, Radin hanya berhubungan dengan 2 wanita, Eva ART nya yang makin hari makin cantik saja, dan Heny.Eva bahkan senang sekali Heny kini rutin ke apartemen menemui majikan tampannya ini, Heny bahkan tak sungkan ikut membantu pekerjaan Eva.Karena sama-sama masih muda dan seumuran, keduanya segera jadi akrab dan bilang mereka sangat beruntung bisa kenal dengan Radin ini.Eva bahkan membawa Heny ke salon perawatan tubuh. “Kamu harus jaga 'gua' kamu itu tetap harum dan kenceng, ingat bos kita itu seleranya kadang susah di tebak!”Keduanya lalu terbahak berdua, karena kini sudah sama-sama mengerti, kalau mereka secara tak langsung sudah jadi ‘selir’ sang bangor tampan ini.Melihat ke akraban keduanya, Radin kadang senyum sendiri, tapi ia membiarkan saja, lucunya, karena keseringan melihat Radin dan Heny bercinta, lama-lama Eva pun tak sungkan ikutan bergabung.Radin bak pejantan tangguh yang dipuaskan dua selirnya ini. Tapi keduanya kadang kepayahan juga melayani keganas
Radin terhibur dan tenang, karena pemandangan di sini luar biasa indahnya, bak berada di alam lain, saking bagusnya, jiwanya menjadi adem dan damai.Melihat gunung yang besar menjulang nun jauh di sana, hutan-hutan yang masih asri dan dingin, serta bunyi-bunyi hewan, di tambah pemandangan persawahan yang menghijau, jiwa berangasan dan hawa nafsunya turun ke titik terendah.Setiap pagi dan sore Radin sering jalan-jalan setelah sekolah pesantrennya kelar, wajahnya yang makin brewokan tapi tampan mudah sekali di kenali, sehingga banyak warga yang di sapanya selalu ingat dengannya.Di awal menjadi santri, Radin harus membiasakan diri dengan aturan ketat pesantren ini, tidur jam 11 malam dan bangun setengah lima subuh.Baru hari ke 10 Radin bisa terbiasa, itupun kepalanya kadang masih goyang-goyang jalan menuju mesjid mengikuti Ahmadi dan Ujang yang sudah terbiasa, karena mereka sudah hampir setahun nyantri disini, ditambah dinginnya cuaca sangat menusuk tulang.Ahmadi lulusan sebuah madra
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman