Selama konsen kuliah, Radin hanya berhubungan dengan 2 wanita, Eva ART nya yang makin hari makin cantik saja, dan Heny.Eva bahkan senang sekali Heny kini rutin ke apartemen menemui majikan tampannya ini, Heny bahkan tak sungkan ikut membantu pekerjaan Eva.Karena sama-sama masih muda dan seumuran, keduanya segera jadi akrab dan bilang mereka sangat beruntung bisa kenal dengan Radin ini.Eva bahkan membawa Heny ke salon perawatan tubuh. “Kamu harus jaga 'gua' kamu itu tetap harum dan kenceng, ingat bos kita itu seleranya kadang susah di tebak!”Keduanya lalu terbahak berdua, karena kini sudah sama-sama mengerti, kalau mereka secara tak langsung sudah jadi ‘selir’ sang bangor tampan ini.Melihat ke akraban keduanya, Radin kadang senyum sendiri, tapi ia membiarkan saja, lucunya, karena keseringan melihat Radin dan Heny bercinta, lama-lama Eva pun tak sungkan ikutan bergabung.Radin bak pejantan tangguh yang dipuaskan dua selirnya ini. Tapi keduanya kadang kepayahan juga melayani keganas
Radin terhibur dan tenang, karena pemandangan di sini luar biasa indahnya, bak berada di alam lain, saking bagusnya, jiwanya menjadi adem dan damai.Melihat gunung yang besar menjulang nun jauh di sana, hutan-hutan yang masih asri dan dingin, serta bunyi-bunyi hewan, di tambah pemandangan persawahan yang menghijau, jiwa berangasan dan hawa nafsunya turun ke titik terendah.Setiap pagi dan sore Radin sering jalan-jalan setelah sekolah pesantrennya kelar, wajahnya yang makin brewokan tapi tampan mudah sekali di kenali, sehingga banyak warga yang di sapanya selalu ingat dengannya.Di awal menjadi santri, Radin harus membiasakan diri dengan aturan ketat pesantren ini, tidur jam 11 malam dan bangun setengah lima subuh.Baru hari ke 10 Radin bisa terbiasa, itupun kepalanya kadang masih goyang-goyang jalan menuju mesjid mengikuti Ahmadi dan Ujang yang sudah terbiasa, karena mereka sudah hampir setahun nyantri disini, ditambah dinginnya cuaca sangat menusuk tulang.Ahmadi lulusan sebuah madra
Radin kini berdiri kokoh, matanya mulai menatap tajam ke 4 preman ini, apalagi diliriknya Soraya Amani dan 2 temannya makin pucat saja wajahnya saing takutnya.Merasa Radin hanya diam, salah satu preman bertubuh pendek yang tadi menampar bahunya merasa ‘si santri’ tinggi besar dan tampan ini ketakutan dengan mereka.Sehingga si pendek ini seakan ingin menancapkan kuku preman nya, agar Radin makin takut, sebuah jurus dia layangkan, kali ini sasarannya perut Radin.Soraya Amani dan dua temannya sampai berteriak kaget, tapi kali ini Radin tak mau lagi jadi sasaran empuk.Begitu lengan si pendek meluncur, dengan kecepatan yang tak di duga-duga si preman ini, Radin miring sedikit, lalu tangannya yang kokoh dan keras memotong lengan itu dan…krakkk.Lengan kanan si preman lunglai dan patah seketika, si pendek ini pun melolong ke sakitan dan rebah di tanah berguling-guling.3 rekannya kaget bukan main dan serempak mencabut belati di pinggang, tanpa banyak cincong langsung menyerbu Radin denga
Pemuda berkulit putih dengan tubuh bersekal-sekal dan kokoh ini mengusap keringat yang membasahi wajahnya, sesekali dia tersenyum puas, tanaman jagung yang sudah di tanam 1 bulan lalu tumbuh dengan subur.“Hebat bang, tanaman jagung ini makin subur, padahal abang baru belajar jadi petani!”Pemuda ini menatap orang yang bicara lalu tersenyum.“Iya Ahmadi, ternyata jadi petani itu akan capek hilangnya kalau tanaman kita makin subur!”“He-he bang Radin bisa aja, abang sadar nggak, saat ini nama Abang rame banget di bicarakan para santriwati, malahan ada yang titip salam ke Abang via aku!”“Husss…kayak nggak tahu ajee kamu Ujang, Abang kita ini lagi pedekati dengan anak angkat pa Ustaz!”“Wuihh bakalan banyak yang patah hati, kalau sampai Abang dan Amai jadian!”Radin menatap dua teman sekamarnya ini saling berdebat, ia hanya tersenyum kecil tanpa menyela perdebatan kecil keduanya.“Di sini di mana yaa ada tukang cukur..?” Radin menatap keduanya, sengaja alihkan perdebatan kedua remaja in
Radin melihat mata si Kucoi celinga-celinguk, agaknya ingin kabur, tapi Radin ini paham dan saat itu sebuah serangan kilat penmuda ganas ini lancarkan.Radin melompat sambil melancarkan pukulan lurus ke depan dan…bukkkk…wajah Kucoi kena telak, goloknya terlepas dari tangan dan diapun terlentang ke aspal dengan keras.Saat akan bangkit, kaki nyeker Radin yang tadi pakai sendal jepit menginjak dadanya, Radin sengaja menekan sehingga Kucoi sesak nafas, 7 rekannya tak ada yang bisa menolong, karena 5 orang pingsan dan 2 orang terlihat meringis-ringis kesakitan, karena tangan mereka patah.“Katakan, siapa yang menyuruh kalian dan di mana markas kalian, jangan lama-lama menyebutkan, aku orangnya tak sabaran!” dengus Radin.“Bo-boss kami namanya Bolakkk…markas kami di-di lereng gunung kampung ini!” si tato dengan suara terengah-engah terpaksa menyebutkan secara detil tempat markas mereka.Selesai Kucoi bicara, ia pun pingsan seketika, sepakan Radin tepat menghajar wajahnya, dua orang yang me
Berpikir begitu, Radin lalu memutuskan mencari waktu yang tepat untuk menyatroni sarang pada preman tersebut.Sejak Radin menghajar para preman ini, Kepala Desa Kampung Janah langsung menemui Radin dan mengucapkan terima kasihnya, karena kini posisinya ‘aman’.Terlebih sang Kades ini tak lama lagi akan ikut pemilihan lagi, karena jabatannya di periode pertama selama 6 tahun 5 bulanan lagi akan habis.Kini Kades Imron tak lagi di sindir warga yang mengatakan dia sebagai kepala desa ‘letoy’ dan tak punya nyali melawan para preman-preman tersebut.Imron, Sang kades ini pun mengundang Radin berkunjung ke rumahnya yang mewah untuk ukuran desa terpencil ini, bahkan ada 2 buah mobil yang nangkring di garasi rumahnya. Tak enak di undang orang nomor 1 di desa kecil ini, Radin pun memenuhi undangan Kades Imron 3 hari kemudian.Yang bikin Radin agak kaget, istri Imron ternyata masih muda dan cantik dan masih berusia 25 tahunan. Kades Imron sendiri sudah berusia 55 tahunan.Bahkan anak nomor 2
Setelah kembali ke mes atau asramanya dan beristirahat menunggu waktu sholat Juhur berjamaah, Radin kini mencari jalan untuk bertanya lebih jauh soal Bolak Siwandjaja pada Soraya Amani.“Pasti ada banyak kisah soal Bolak di diri Amai..?” batin Radin sambil merebahkan diri di kasur tipisnya, yang awal-awal dia datang sulit tidur nyenyak, tapi kini sudah terbiasa.Tak banyak yang tahu kecuali Ahmadi dan Ujang, kalau Radin adalah santri orkay yang sengaja belajar agama di ponpes ini.Aksi Radin yang menghajar para preman kampung memang bikin para santri kini kagum bukan main dengannya, dan pastinya kini makin banyak yang diam-diam mengidolakan pemuda tampan ini.Tapi tidak bagi santri yang satu ini, dialah Nurjaman, seorang santri pria yang sejak lama naksir Soraya Amani.Pemuda ini cemburu berat melihat Amai yang kini mulai akrab dengan Radin. Nurjaman sudah 1 tahun nyantri di sini, sejak lama dia selalu cari-cari kesempatan agar bisa dekat dengan gadis jelita ini.Namun Amai tak pernah
Ditemani Ujang, Radin menyewa sebuah motor seorang tukang ojek jenis bebek, tujuannya adalah menyatroni sarang para preman, berdasarkan keterangan Kucoi dulu.Agar tak kentara dan dicurigai, mereka berdua izin dengan Ustaz Hambali mau ke kota kecamatan, karena Radin ada yang mau di beli.Hanya Ahmadi yang tahu, kalau kedua sahabatnya ini akan menuju ke tempat berbahaya, Ujang memberanikan diri menemani, walaupun Radin sudah wanti-wanti, nanti Ujang jangan dekat-dekat, hanya mengantar saja.Radin kali ini sengaja tak pakai sarung, setelah lama ‘mengandangkan’ jaket, kaos dan jeans serta sepatunya, Hari ini pakaian itu di pakainya lagi.Ternyata memang lumayan jauh sekali tempat yang mereka tuju, bukan 2,5 jam, tapi hampir 3 jam, sampai pegal juga Radin duduk di jok belakang sepeda motor jenis bebek ini, apalagi jalannya tak bisa cepat, karena banyak tanjakan.Sarang para preman ini ternyata menuju ke sebuah lereng gunung yang sepi, dan jarang berselisihan dengan warga.Hawa makin dingi
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman